28 September 2015

Mengukur Berat Badan dengan anemia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.  Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan (Andy Hartono, 2000).
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan dan keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara-cara pengukuran berat badan pada bayi.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui definisi pengukuran berat badan
b.      Untuk mengetahui cara pengukuran berat badan menggunakan timbangan pegas.
c.       Untuk mengetahui prosedur pengukuran berat badan
d.      Untuk mengetagui definisi Anemia
e.       Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi Anemia


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengukuran Berat Badan
1.      Definisi
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang(Supariasa,dkk., 2003).
Berat badan merupakan ukuran indeks gizi dan pertumbuhan yang terbaik, terutama pada bayi, karena mencakup resultante pertumbuhan badan seluruhnya (FKUI, 2007)
Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.
2.      Persiapan Alat
a.       Timbangan
b.      Alat tulis
3.      Prosedur Pengukuran Berat Badan
Timbangan ini untuk anak usia di atas 5 tahun atau dewasa, timbangan yang baik adalah detekto atau beam balance. Berbeda dengan balita, anak di atas 5 tahun dan dewasa sebelum ditimbang hendaknya mengosongkan alat kemih, penimbangan dilakukan sebelum makan atau 2 jam setelah makan.  Prinsip alat detekto ialah pemberat timbangan dapat digeser-geser sampai detekto seimbang. Ada pemberat pengatur satuan, puluhan, dan ratusan. Timbangan ini umumnya dilengkapi dengan ukuran tinggi badan yang build in (jadi satu). Namun detekto tidak praktis bila digunakan di lapangan karena terlalu berat. Alat yang lain yaitu timbangan digital injak atau timbangan pegas yang biasa digunakan.
     Untuk menimbang dengan timbangan pegas :
a.    Letakkan timbangan pada permukaan yang datar
b.    Pastikan jarum menunjukkan angka nol
c.    Pastikan anda menggunakan pakaian seminimal mungkin
d.   Naiklah ke atas timbangan. Jangan melakukan banyak gerakan dan berdirilah dengan tegak. Telapak kaki harus berada tepat di tengah-tengah pijakan alat timbang badan, Berdirilah dengan tenang dan lengan di samping badan. Jangan membuat gerakan-gerakan yang akan mengacaukan timbangan.
e.    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixfH6okGVfvPwBZFX0F4oXghYkB_cCDSWigQm0ZGFfNSuaB7x7OTINFvwMnfONfgNhA5-TE6uFKTvr-0VggckIo1YdXiLW35VC415R3JcTepyHNH-DI3N5GOo900JaBJhCbVrjSOtSfmY/s320/cara+kerja+timbangan.jpgBaca hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan sudut pandang tegak lurus






B.     Konsep Dasar Anemia
1.      Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
2.      Etiologi
a.       Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b.      Perdarahan
c.       Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d.      Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
3.      Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

4.      Tanda dan Gejala
a.       Lemah, letih, lesu dan lelah
b.      Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c.       Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.




BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian
Nama                   : An. F
Umur                   : 13 tahun
Jenis Kelamin      : Laki-laki
Agama                 :  Islam
Suku                    :  Aceh
Ruang                  : Poliklinik Anak
Alamat                 : Alue Pura
Keluhan Utama   : Pusing, pucat
Diagnosa             : Anemia

B.     Alat yang digunakan
1.      Timbangan.
2.      Alat tulis.

C.    Prosedur
a.      Letakkan timbangan pada permukaan yang datar
b.      Pastikan jarum menunjukkan angka nol
c.      Pastikan anda menggunakan pakaian seminimal mungkin
d.     Naiklah ke atas timbangan. Jangan melakukan banyak gerakan dan berdirilah dengan tegak. Telapak kaki harus berada tepat di tengah-tengah pijakan alat timbang badan, Berdirilah dengan tenang dan lengan di samping badan. Jangan membuat gerakan-gerakan yang akan mengacaukan timbangan.
e.      Baca hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan sudut pandang tegak lurus






BAB IV
PEMBAHASAN

            Berdasarkan tinjauan kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara pengukuran berat badan yang ada pada teori di akademik sama dengan yang ada dilahan praktek.
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur. Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita, anak dan ibu hamil.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).

B.     Saran
1.      Untuk  Rumah Sakit
Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan  yang lebih baik khususnnya dalam peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi perawatan yang intensif khususnya pada penderita Anemia
2.      Untuk mahasiswa
Mahasiswa  harus lebih memperdalam  ilmu pengetahuan serta keterampilan dengan cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada klien lebih baik.

3.      Untuk Pihak Akademik
Pihak akademik diharapkan dapat menyediakan buku sumber yang lebih lengkap untuk mempermudah mahasiswa mencari literatur yang diperlukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuannya.terutama buku sumber yang berkaitan dengan kasus Anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2004). Gizi dalam daur kegidupan. Editor, Palupi Widyastuti. EGC : Jakarta.

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
 Timggalkan Komentar Anda

0 komentar: