BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Antropometri
berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat
sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi,
Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi
prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi
secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran
ini mencakup pengukuran berat badan (Andy Hartono, 2000).
Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan
kesehatan dan keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan
yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berat badan harus selalu dimonitor
agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif
sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat
badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks
riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang
terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara-cara pengukuran berat badan pada bayi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui definisi pengukuran berat badan
b. Untuk
mengetahui cara pengukuran berat badan menggunakan timbangan pegas.
c. Untuk
mengetahui prosedur pengukuran berat badan
d. Untuk
mengetagui definisi Anemia
e. Untuk
mengetahui etiologi dan patofisiologi Anemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengukuran
Berat Badan
1. Definisi
Berat badan
merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan
memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang,
otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai
indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi, pengukuran
objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif
murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Berat badan
merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada
bayi baru lahir (neonatus). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,
lemak, air, dan mineral pada tulang(Supariasa,dkk., 2003).
Berat badan
merupakan ukuran indeks gizi dan pertumbuhan yang terbaik, terutama pada bayi,
karena mencakup resultante pertumbuhan badan seluruhnya (FKUI, 2007)
Menimbang berat
badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga,
terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan anak dapat diamati secara
cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat
berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.
2.
Persiapan Alat
a.
Timbangan
b.
Alat tulis
3.
Prosedur Pengukuran Berat Badan
Timbangan ini untuk anak
usia di atas 5 tahun atau dewasa,
timbangan yang baik adalah detekto atau beam
balance. Berbeda dengan balita, anak di atas 5 tahun dan dewasa sebelum
ditimbang hendaknya mengosongkan alat kemih, penimbangan dilakukan sebelum
makan atau 2 jam setelah makan. Prinsip
alat detekto ialah pemberat timbangan dapat digeser-geser sampai detekto
seimbang. Ada pemberat pengatur satuan, puluhan, dan ratusan. Timbangan ini umumnya
dilengkapi dengan ukuran tinggi badan yang build in (jadi satu). Namun detekto
tidak praktis bila digunakan di lapangan karena terlalu berat. Alat yang lain
yaitu timbangan digital injak atau timbangan pegas yang biasa digunakan.
Untuk
menimbang dengan timbangan pegas :
a. Letakkan
timbangan pada permukaan yang datar
b. Pastikan
jarum menunjukkan angka nol
c. Pastikan
anda menggunakan pakaian seminimal mungkin
d. Naiklah
ke atas timbangan. Jangan melakukan banyak gerakan dan berdirilah dengan tegak.
Telapak kaki harus berada tepat di tengah-tengah pijakan alat timbang badan,
Berdirilah dengan tenang dan lengan di samping badan. Jangan membuat
gerakan-gerakan yang akan mengacaukan timbangan.
e. Baca hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan
sudut pandang tegak lurus
B. Konsep Dasar
Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan
POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume
eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau
kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
2.
Etiologi
a. Hemolisis
(eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan
sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi
nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama
dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
4. Tanda
dan Gejala
a. Lemah,
letih, lesu dan lelah
b. Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala
lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama : An. F
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Ruang : Poliklinik
Anak
Alamat : Alue Pura
Keluhan Utama : Pusing, pucat
Diagnosa
: Anemia
B. Alat yang
digunakan
1.
Timbangan.
2.
Alat tulis.
C. Prosedur
a. Letakkan
timbangan pada permukaan yang datar
b. Pastikan
jarum menunjukkan angka nol
c. Pastikan
anda menggunakan pakaian seminimal mungkin
d. Naiklah
ke atas timbangan. Jangan melakukan banyak gerakan dan berdirilah dengan tegak.
Telapak kaki harus berada tepat di tengah-tengah pijakan alat timbang badan,
Berdirilah dengan tenang dan lengan di samping badan. Jangan membuat
gerakan-gerakan yang akan mengacaukan timbangan.
e. Baca
hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan sudut pandang tegak lurus
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan kasus di atas
maka dapat disimpulkan bahwa cara pengukuran berat badan yang ada pada teori di
akademik sama dengan yang ada dilahan praktek.
Anemia
adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka
pria tersebut dikatakan anemia.
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang
terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua
kelompok umur. Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan
kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita, anak dan ibu hamil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menimbang
berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga,
terutama bayi, balita dan ibu hamil. Pertumbuhan anak dapat diamati secara
cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat
berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan
POM, 2011).
B. Saran
1.
Untuk Rumah Sakit
Agar selalu dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik
khususnnya dalam peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi
perawatan yang intensif khususnya pada penderita Anemia
2.
Untuk mahasiswa
Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan dengan
cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada klien
lebih baik.
3.
Untuk Pihak Akademik
Pihak akademik diharapkan dapat
menyediakan buku sumber yang lebih lengkap untuk mempermudah mahasiswa mencari
literatur yang diperlukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuannya.terutama buku
sumber yang berkaitan dengan kasus Anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (2004). Gizi dalam daur kegidupan. Editor, Palupi Widyastuti.
EGC : Jakarta.
Alimul Hidayat, A.
Azis. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.
Jakarta : EGC
Nursalam. 2008. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, Rekawati, Sri
Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Timggalkan Komentar Anda
0 komentar:
Post a Comment