Pendahuluan
Anemia dalam
kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada trimester I dan
III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan
kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester
II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada
wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%.
Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia
gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit
adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil
disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu
dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak
yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara
maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar
Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari
6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak
hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %,
angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang
mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan
hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan
akhir.
Patogenesa
Anemia Pada Kehamilan
Riwayat alamiah
penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada
individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai
terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali
dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan
penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh
agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat
berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu
(host).
Dari faktor faal
atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma
sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%.
Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada
sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun
pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada
trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih
mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari
unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat,
dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat
mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi
pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga
membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi
dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase
suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju
fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda
dan gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia,
nausea dan vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit
dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi
klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau
kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester
I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat
mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan
pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia,
persalinan tidak spontan .
Kasus Anemia Dewasa
Ibu S usia 35 tahun dengan TB 148 cm dan BB
35 kg adalah seorang penjual nasi bungkus keliling. Tiap hari Ibu S harus
bangun pukul 3.30 dini hari untuk menyiapkan nasi bungkusnya, dan mulai pukul
05.30 WIB pagi mulai berjualan keliling komplek dan pulang sekitar pukul 10.00
pagi. Sudah 3 minggu ini Ibu S merasa tidak maksimal bekerja karena Ibu S
sering merasa cepat lelah, mata berkunang-kunang, cepat merasa pusing, lemas
dan kurang nafsu makan dan beberapa hari yang lalu Ibu S sempat pingsan di
dapur saat bersiap-siap untuk bekerja menyiapkan barang-barang dagangannya.
Khawatir dengan keadaan istrinya, Bpk Z membawa istrinya kerumah sakit dan
didapatkan hasil sbb:
TD :
250 mg/dl
Fisik :
sclera mata tampak pucat
Suhu :
37oC
Hb :
10 g/dl
Ht :
30%
Saturasi transferring : 15%
Serum ferritin : 90 ug/l
Glukosa darah 90 mg/dl
Kolesterol Total 150 mg/dl
Eritrosit 4
jt/ml
Audit gizi:
Makanpagi :
nasi goreng (1P) + telur ceplok (1P) + the hangat
Siang :
nasi putih (2P) + goring ikan asin saluang (1P), sayur bening bayam + waluh (1P)
+ tehmanis
Malam :
nasi putih (1P) + tempe bacem (1P), peyek kacang kedelai 1 ptg, pisang ambon
(1P)
Patofisiologi
Selama kehamilan
terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan
eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini
tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga
member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml.
(Sarwono,2002 hal 450-451).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu
hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel
darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan
kerja jantung.
Hemodulusi
terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36
minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu
akan menjadi 9,5-10 gr%.
Klasifikasi
Anemia dalam kehamilan
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat
di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G,1998.HAL 30)
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr% Anemia sedang
Hb <7 gr% Anemia berat
Cara
Mengatasi dan mencegah anemia pada ibu hamil :
1.
Ketika mengetahui hamil, segera
periksa kondisi kesehatan anda dan apabil ada faktor genetik anemia pada ibu
hamil. Ibu hamil harus mengenali gejala dan jenis anemia yang dialami ibu
hamil. Gejala yang umumnya biasa terjadi pada ibu hamil seperti cepat merasa
lelah, tubuh sering kehilang ion hingga merasa lesu dan kurang bergairah dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, mudah mengantuk, mata berkunag-kunang, kepala
pusing dan mual.
2.
Lakukan pemeriksaan darah dan
menghitung kadar hemoglobin pada dokter kandungan. Untuk mengetahui apabila ada
sel darah merah yang rendah. Jika di dapat hemoglobin rendah dan kadar tekanan
darah normal menurun bisa ditandai anda mengalami anemia.
3.
Konsumsi makan-makanan yang
mengandung gizi dan nutrisi yang seimbang yang tidak hanya baik kondisi ibu
hamil itu sendiri, namun dapat melindungi janin atau bayi kecacatan fisik atau
lahir prematur.
4.
Konsumsi makan dan buah yang mampu
meningkatkan penyerapan zat besi dengan banyak konsumsi vitamin C seimbang yang
mudah didapat dari buah jeruk, strawberry, brokoli, pepaya dan buah sumber
vitamin C lainnya.
5.
Kurangi konsumsi teh atau
minuman yang mengandung kafein. Beberapa pendapat, mengatakan bila wanita hamil
seharusnya mampu membatasi atau disiplin dalam konsumsi kafein yang terdapat
dalam teh maupun kopi. Namun sedikit sekali wanita yang menyukai kopi. Selama
masa kehamilan berlangsung umumnya dokter akan memberikan suplemen penambah
darah agar penyerapan zat besi tidak terganggu. Namun, pentingnya memberi jarak
konsumsi dengan makanan yang di asup.
Perbaiki
Pola Konsumsi
Dalam kondisi
hamil, wanita jadi dua kali lebih rentan terhadap ADB sebab pada fase tersebut
sang janin ikut menimbun cadangan zat besi untuk digunakan dirinya setelah ia
lahir. Oleh seba itu, dalam kondisi hamil ibu dituntut untuk memperhatikan
asupan zat besinya agar kebutuhan janin dan juga ibu bisa terpenuhi dengan
baik. Jika tidak maka ibu pasti mengalami masa yang berat. Adapun gejala yang
bisa timbul akibat anemia pada kehamilan adalah keluhan lemah, terlihat sangat
pucat, sering pingsan, lelah dan lain-lain. Meski demikian, tekanan ibu
cenderung stabil. Hal ini patut diwaspadai sebagai gejala anemia defisiensi zat
besi. Untuk akurasi, sebaiknya ibu memeriksakan darah di dokter.
Jika Anda
benar-benar mengalami anemia pada kehamilan Anda, biasanya dokter akan
memberikan suplemen zat besi. Meski demikian, Anda tetap dituntut untuk
memperbaiki pola konsumsi Anda. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi
misalnya heme iron yang mudah diserap oleh tubuh. Zat besi yang satu ini paling
banyak ditemui pada makanan seperti telur dan juga daging merah. Sementara itu,
zat non heme iron bisa diperoleh dari sayuran seperti bayam, buncis juga
brokoli. Setelah konsumsi zat besi Anda telah baik, jangan lupa untuk
menambahkan sejumlah makanan yang membantu penyerapan zat besi utamanya non
heme iron yang susah dicerna. Konsumsilah buah-buah yang kaya akan vitamin C
misalnya jeruk, papaya, kiwi dan lain-lain. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kafein seperti coklat, kopi,
atau teh. Sebab kafein bisa menghambat penyerapan zat besi!
Daftar
Pustaka
Prawirohardjo,
Sarwono, 2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo, Jakarta
Saifudin,
A.B, 2009. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo,
Jakarta
Waryana,
2010, Gizi Reproduksi, Pustaka
Rihama, Yogyakarta
Wiknjosastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Putaka
Sarwono Prawirahardjo, Jakarta