BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pemberian
Obat Melalui Rektum
Memberikan obat melalui rectum
merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat mealui anus dan kemudian rectum
,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini
disebut pemberian obat supositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat , menjadikan lunak pada daerah
fases ,dan merangsang buang air besar .
Pemberian obat yang memiliki efek
local, seperti obat dolcolas supositoria,berfungsi untuk meningkatkan defekasi
secara local pemberian obat dengan obat sistemik, seperti obat aminofilin
supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding rental yang melewati sphincter ani interna.
Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Suppositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui anus atau rektum.
Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai
pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik.
Suppositoria merupakan obat luar
karena penggunaannya tidak melewati mulut dan tidak menuju ke arah lambung,
hanya dimetabolisme dalam darah dan dinding usus.
Salep (cream) adalah sediaan yang
digunakan untuk pemberian topikal ke area perianal. Sebagian besar digunakan
untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal, inflamasi dan nyeri atau
ketidaknyamanan akibat wasir.
B. Tujuan
Memberikan efek
lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
C. Manfaat
Manfaat memberikan obat melalui rektuk
yaitu tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas, mempunyai
tingkatan aliran pembuluh darah yang besar (pembuluh darah di rectum tidak
ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu diabsorpsi dengan baik
melalui dinding rectum.
D. Persiapan
Alat
1.
Baki berisi : obat
suppositoria dalam bungkusnya, sarung tangan, kain kassa, pelican, kertas tissue
2.
Sampiran bila perlu
3.
Pot bila perlu
4.
Pengalas berikutnya
5.
Nierbekken
6.
Waskom berisi larutan
clorin 0,5%
E. Cara Kerja
1.
Cocokan akurasi dan kelengkapan tiap MAR dengan resep obat asli dari
dokter.Periksa kembali nama klien dan nama obat,dosis ,jalur dan waktu
pemberian obat
2.
Lihat kembali rekam medis
apakah terdapat riwayat pembedahan rectal atau perdarahan.
3.
Siapkan obat dan bandingkan
label obat dengan MAR setidaknya dua kali sebelum memberikan obat.
4.
Berikan obat pada klien
tepat waktu dan selalu cuci tangan.
5.
Kenali klien dengan
menggunakan setidaknya dua tanda identifikasi klien. Bandingkan nama klien dan tanda identifikasi yang lain
(contoh:nomor registrasi rumah sakit) pada gelang identifikasi dengan MAR.
Mintalah klien untuk menyebutkan namanya sebagai identifikasi terakhir.
6.
Bandingkan label obat
dengan MAR sekali lagi disamping tempat tidur klien.
7.
Ajari klien mengenai
obatnya. Jelaskan prosedur mengenai posisi dan sensasi yang mungkin terjadi
seperti rasa ingin buang air. Pastikan klien mengerti prosedur tersebut jika ia
ingin menggunakan obatnya sendiri.
8.
Tutup pintu ruangan atau
tarik horden agar didapatkan privasi.
9.
Gunakan sarung tangan
bersih.
10.
Bantu klien mencapai posisi
Sims’. Tutup bagian bawah klien sehingga hanya area anus yang terlihat.
11.
Pasikan pencahayaan cukup
untuk melihat anus dengan jelas. Periksa kondisi anus external,dan palpasi
dinding rectum seperlunya. Lepas sarung tangan jika kotor dan buang ditempat
yang disediakan.
12.
Gunakan sarung tangan baru.
13.
Ambil supositoria dari
bungkusnya, berikan pelumas pada ujung yang bulat (lihat ilustrasi) dengan jeli
pelumas larut air. Licinkan jari teluntuk tangan dominan denganpelumas yang
sama
14.
Minta klien untuk mengambil
nafas melalui mulut dan lemaskan sfinter anii.
15.
Tarik bokong dengan tangan
non dominan. Masukan perlahan supositoria
menyusuri dinding anus melewati sfinter bagian dalam, 10cm (4 inci) pada
orang dewasa, 5cm (2 inci) pada anak-anak dan bayi (lihat ilustrasi). Tekan
dengan lembut untuk menahan bokong sesaat sehingga obat tidak keluar lagi.
16.
Keluarkan jari, dan usap
area anus dengan tisu.
17.
Bereskan alat-alat,
lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
18.
Mintalah klien untuk tetap
berbaring atau miring selama kurang lebih 5
menit untuk mencegah obat keluar.
19.
Jika supositoria mengandung
laksatif atau pelunak feses, letakan lampu pemanggil didekat klien.
20.
Catat pemberian obat pada
MAR.
21.
Perhatikan efek supositoria
(contoh gerakan otot, obat mual) sesuai dengan onset dan durasi obat.
F. Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid,
spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
G. Kontra
Indikasi
1. Hipersensitif
terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
2. Pasien yang
menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.
3. Bionkospasme
berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
4. Gagal fungsi
ginjal dan hati yang berat.
5. Supositoria
sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
6. Pembedahan
rektal.
7.
Klien dengan
pembedahan rectal
H.
Yang
Harus diperhatikan
1.
Identifikasi
klien dengan tepat
2.
Menjelaskan mengenai tujuan dan cara kerja obat dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
3.
Perawat/bidan bertanggung jawab untuk
mengikuti perintah yang tepat
4.
Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
5.
Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
6.
Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal
kadaluarsa
7.
Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan
untuk obat yang bersangkutan.
8.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
9.
Kembalikan
peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel
kemudian cuci tangan.
10. Melakukan eveluasi mengenai efek obat pada klien.
0 komentar:
Post a Comment