28 March 2015

Kasus Anemia pada Ibu Hamil

Pendahuluan
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.

Patogenesa Anemia Pada Kehamilan
Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .
Kasus Anemia Dewasa
Ibu S usia 35 tahun dengan TB 148 cm dan BB 35 kg adalah seorang penjual nasi bungkus keliling. Tiap hari Ibu S harus bangun pukul 3.30 dini hari untuk menyiapkan nasi bungkusnya, dan mulai pukul 05.30 WIB pagi mulai berjualan keliling komplek dan pulang sekitar pukul 10.00 pagi. Sudah 3 minggu ini Ibu S merasa tidak maksimal bekerja karena Ibu S sering merasa cepat lelah, mata berkunang-kunang, cepat merasa pusing, lemas dan kurang nafsu makan dan beberapa hari yang lalu Ibu S sempat pingsan di dapur saat bersiap-siap untuk bekerja menyiapkan barang-barang dagangannya. Khawatir dengan keadaan istrinya, Bpk Z membawa istrinya kerumah sakit dan didapatkan hasil sbb:
TD                               : 250 mg/dl
Fisik                            : sclera mata tampak pucat
Suhu                            : 37oC
Hb                               : 10 g/dl
Ht                                : 30%
Saturasi transferring    : 15%
Serum ferritin              : 90 ug/l
Glukosa darah             90 mg/dl
Kolesterol Total          150 mg/dl
Eritrosit                       4 jt/ml
 Audit gizi:
Makanpagi      : nasi goreng (1P) + telur ceplok (1P) + the hangat
Siang               : nasi putih (2P) + goring ikan asin saluang (1P), sayur bening bayam + waluh (1P) + tehmanis
Malam             : nasi putih (1P) + tempe bacem (1P), peyek kacang kedelai 1 ptg, pisang ambon (1P)

Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002 hal 450-451).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.

Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
      Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G,1998.HAL 30)
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr% Anemia sedang
Hb <7 gr% Anemia berat

Cara Mengatasi dan mencegah anemia pada ibu hamil :
1.      Ketika mengetahui hamil, segera periksa kondisi kesehatan anda dan apabil ada faktor genetik anemia pada ibu hamil. Ibu hamil harus mengenali gejala dan jenis anemia yang dialami ibu hamil. Gejala yang umumnya biasa terjadi pada ibu hamil seperti cepat merasa lelah, tubuh sering kehilang ion hingga merasa lesu dan kurang bergairah dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mudah mengantuk, mata berkunag-kunang, kepala pusing dan mual.
2.      Lakukan pemeriksaan darah dan menghitung kadar hemoglobin pada dokter kandungan. Untuk mengetahui apabila ada sel darah merah yang rendah. Jika di dapat hemoglobin rendah dan kadar tekanan darah normal menurun bisa ditandai anda mengalami anemia.
3.      Konsumsi makan-makanan yang mengandung gizi dan nutrisi yang seimbang yang tidak hanya baik kondisi ibu hamil itu sendiri, namun dapat melindungi janin atau bayi kecacatan fisik atau lahir prematur.
4.      Konsumsi makan dan buah yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi dengan banyak konsumsi vitamin C seimbang yang mudah didapat dari buah jeruk, strawberry, brokoli, pepaya dan buah sumber vitamin C lainnya.
5.      Kurangi konsumsi teh atau minuman yang mengandung kafein. Beberapa pendapat, mengatakan bila wanita hamil seharusnya mampu membatasi atau disiplin dalam konsumsi kafein yang terdapat dalam teh maupun kopi. Namun sedikit sekali wanita yang menyukai kopi. Selama masa kehamilan berlangsung umumnya dokter akan memberikan suplemen penambah darah agar penyerapan zat besi tidak terganggu. Namun, pentingnya memberi jarak konsumsi dengan makanan yang di asup.

Perbaiki Pola Konsumsi
Dalam kondisi hamil, wanita jadi dua kali lebih rentan terhadap ADB sebab pada fase tersebut sang janin ikut menimbun cadangan zat besi untuk digunakan dirinya setelah ia lahir. Oleh seba itu, dalam kondisi hamil ibu dituntut untuk memperhatikan asupan zat besinya agar kebutuhan janin dan juga ibu bisa terpenuhi dengan baik. Jika tidak maka ibu pasti mengalami masa yang berat. Adapun gejala yang bisa timbul akibat anemia pada kehamilan adalah keluhan lemah, terlihat sangat pucat, sering pingsan, lelah dan lain-lain. Meski demikian, tekanan ibu cenderung stabil. Hal ini patut diwaspadai sebagai gejala anemia defisiensi zat besi. Untuk akurasi, sebaiknya ibu memeriksakan darah di dokter.
Jika Anda benar-benar mengalami anemia pada kehamilan Anda, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi. Meski demikian, Anda tetap dituntut untuk memperbaiki pola konsumsi Anda. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi misalnya heme iron yang mudah diserap oleh tubuh. Zat besi yang satu ini paling banyak ditemui pada makanan seperti telur dan juga daging merah. Sementara itu, zat non heme iron bisa diperoleh dari sayuran seperti bayam, buncis juga brokoli. Setelah konsumsi zat besi Anda telah baik, jangan lupa untuk menambahkan sejumlah makanan yang membantu penyerapan zat besi utamanya non heme iron yang susah dicerna. Konsumsilah buah-buah yang kaya akan vitamin C misalnya jeruk, papaya, kiwi dan lain-lain. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kafein seperti coklat, kopi, atau teh. Sebab kafein bisa menghambat penyerapan zat besi!



Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono, 2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta
Saifudin, A.B,  2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta
Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Pustaka Rihama, Yogyakarta
Wiknjosastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Putaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta


0 komentar: