BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
Nefrolitiasis
1. Definisi Nefrolitiasis
Nefrolitiasis
adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk
oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir
dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan
secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan
kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.
Nefrolitiasis adalah Pembentukan
deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat
meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu
ginjal ).
2. Etiologi
Terbentuknya
batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik.
Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
a. Faktor Intrinsik :
1) Herediter (keturunan).
2) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
3) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
b. Faktor Ekstrinsik :
1)
Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
2)
Iklim dan temperatur
3)
Asupan air :
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4)
Diet :
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
5)
Pekerjaan :
Penyakit
ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.
3. Manifestasi
Klinis
Manifestasi
klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2011) bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
a. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan
peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil,
demam dan disuria).
c. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam
dan terus-menerus di area koskovertebral.
d. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
e. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
f.
Hematuria.
g. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala
gastrointestinal.
4. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat
(2010) menjelaskan
penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a.
Obat diuretik
thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.
b.
Dianjurkan untuk minum
banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c.
Diet rendah kalsium dan
mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d.
Untuk meningkatkan kadar
sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan
kalium sitrat.
e.
Kadar oksalat yang tinggi
dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat
dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan
tersebut dikurangi.
f.
Kadang batu kalsium
terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis,
keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam
urat.
g.
Dianjurkan untuk mengurangi
asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan
meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h.
Untuk mengurangi
pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i.
Batu asam urat terbentuk jika
keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih
yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j.
Dianjurkan untuk banyak
minum air putih.
B. Tindakan Pemasangan
Kateter
1. Definisi
Kateter adalah sebuah alat berbentuk
tabung yang dimasukkan dalam kandung kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air
kemih yang melalui uretra.
Kateter adalah
suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah
memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk
mengeluarkan urin.
2. Tujuan
a.
Untuk segera mengatasi
distensi kandung kemih
b.
Untuk mengumpulkan specimen
urine
c.
Untuk mengukur residu urine
setelah miksi di dalam kandung kemih
d.
Untuk mengosongkan kantung
kemih sebelum dan selama pembedahan
3. Persiapan
Alat
a. Handscone
b. Spuit 10 cc
c. Kateter urine
d. Kapas sublimat
e. Jelly
f. Urine bag
g. Selimut
h. Pengalas
i.
Plester dan gunting perban
j.
Bengkok
4. Prosedur
Pemasangan Kateter
a. Memberitahu dan
menjelaskan pada klien.
b. Mendekatkan
alat-alat
c. Memasang
sampiran
d. Mencuci tangan
e. Menanggalkan
pakaian bagian bawah
f. Memasang
selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
g. Menyiapkan
posisi klien
h. Meletakkan dua
bengkok diantara tungkai pasien
i.
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
j.
Lakukan vulva higyene
k. Mengambil
kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
l.
Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan
tangan kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai
urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
m. Menampung urine
kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar
semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di
masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
n. Melepas sarung
tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
o. Memasang
pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
p. Menarik selimut
dan mengambil selimut mandi
q. Membereskan
alat
r.
Mencuci tangan
C. Manajemen
Varney
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ada
tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney adalah:
1.
Langkah I
(Pertama): Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah
pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a.
Riwayat kesehatan
b.
Pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhannya
c.
Meninjau catatan terbaru
atau catatan sebelumnya
d.
Meninjau data laboratorium
dan membandingkannya dengan hasil study
2.
Langkah II ( kedua):
Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
3.
Langkah III
(ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah
ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
4.
Langkah IV
(Empat): Mengidentifikasi Dan
Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien serta dapat merujuk sesuai kondisi klien.
5.
Langkah V (Kelima): Merencanakan
Asuhan Menyeluruh
Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau
maslah yang telah diidentifikasi atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/
data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6.
Langkah VI (Keenam)
: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah
ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan.
7.
Langkah VII ( ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah
ke VII ini dilakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Gambaran
Umum Lahan Praktik
1. Gambaran Umum
Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen
Rumah sakit adalah salah satu dari
sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
Berdasarkan jenis
pelayanannya, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum. Rumah sakit umum
memberikan pelayanan kepada berbagai
penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan
terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, ibu hamil
dan sebagainya.
2. Gambaran umum
ruang pengambilan kasus (Mangga)
Ruang Urulogi adalah suatu ruang
dari Rumah Sakit tempat penginapan dan perawatan bagi pasien yag rawat inap.
Kamar mangga menyediakan kemampuan
dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk meninjang fungsi-fungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
B. Pemasangan
Kateter pada Bapak M dengan Nefrolitiasis di Ruang Urologi Kamar Mangga.
Rumah Sakit :
RSUD dr.Fauziah Bireuen
Ruang Rawat/ Kamar : Urologi/ Mangga
No. Register :
172475
Tanggal Masuk :
21-06-2015
Tanggal Pengkajian : 22-06-2015
I. Pengkajian
a. Identitas
Pasien
1)
Nama : Bapak M
2)
Umur : 70 Tahun
3)
Anak
ke : 6 dari 4
bersaudara
4)
Pendidikan
:
SMA
5)
Alamat
: Tufah, Jeunieb
6)
Penanggungjawab : Anaknya
7)
Nama
orang tua : Aminah
8)
Pendidikan
terakhir : SMP
9)
Pekerjaan
: IRT
10)
Alamat
: Tufah, Jeunieb
b.
Riwayat
Kesehatan lalu : Tertahan Kencing
c.
Riwayat
kesehatan sekarang : batu ginjal
1)
Keluhan
Utama : Bapak megeluh tertahan
kencing
2)
Keluhan
Tambahan : Rasa nyaman berkurang
d.
Pemeriksan
Fisik
1)
Kesadaran
: Stabil
2)
Keadaan
Umum : Lemah
3)
Tanda
tanda vital :
a)
Tekanan
darah : 160/100 mmHg
b)
Suhu
Tubuh : 380C
c)
Denyut
Nadi : 84 x/menit
d)
Pernafasan : 20 x/menit
4)
Pemeriksaan
Fisik
a)
Kepala : Simetris
b)
Mata : Kelopak mata : tidak edema
Konjungtiva : pucat
c)
Wajah : normal
d)
Telinga : normal
e)
Hidung : normal
f)
Mulut : lidah dan gigi normal
g)
Leher : normal
h)
Dada : normal
i)
Punggung : normal
j)
Ekstemitas
atas : normal
k)
Ekstemitas
Bawah : norma
l)
Benetalia : normal
e.
Pemeriksaan
Penunjang
1)
Darah
(Hb) : 11,6
2)
Urine :
Jumlah 250 cc
3)
Diagnosa
medis : Batu Ginjal
II. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
Diagnosa : Bapak M umur 70 tahun dengan
batu ginjal
Data Dasar : TD : 160/100 mg
Masalah : Bapak merasa kurang
nyaman
III. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Ptensial : Retensio Urine
Masalah : Batu Ginjal
IV. Tindakan
Segera Atau Kolaborasi
1. Observasi
keadaan pasien
2. Kaloborasi
dengan dokter spesialis Urologi
V. Perencanaan
1. Bina hubungan
baik dengan pasien dan keluarga
2. Observasi tanda
tanda vital
3. Berikan cairan
infus yang cukup
4. Atur posisi
pasien senyaman mungkin
VI. Pelaksanaan
1. Membina
hubungan baik dengan pasien dan keluarga
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa :
TD : 110/100 mmHg
RR : 20 x/menit
Pols : 84 x/menit
Temp : 380C
Prosedur Tindakan
1) Memberitahu dan
menjelaskan pada klien.
2) Mendekatkan
alat-alat
3) Memasang
sampiran
4) Mencuci tangan
5) Menanggalkan
pakaian bagian bawah
6) Memasang
selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
7) Menyiapkan
posisi klien
8) Meletakkan dua
bengkok diantara tungkai pasien
9) Mencuci tangan
dan memakai sarung tangan.
10) Lakukan vulva
higyene
11) Mengambil
kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
12) Membuka labiya
mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai
terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan memasukkan ujung kateter
perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan
menarik nafas panjang.
13) Menampung urine
kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar
semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di
masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
14) Melepas sarung
tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
15) Memasang
pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
16) Menarik selimut
dan mengambil selimut mandi
17) Membereskan
alat
18) Mencuci tangan
VII. Evaluasi
1. Pasien suda
merasa nyaman karena saat kencingnya tak tidak tertahan lagi
2. Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi.
3. Klien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
4. Pengetahuan
klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
0 komentar:
Post a Comment