01 January 2013

MEDICAL ERROR DAN PERILAKU KLINIS PETUGAS KESEHATAN DALAM PENATALAKSANAAN MALARIA DI RSU .................

Latar Belakang: Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Kabupaten Nias. Bahkan, pada saat ini telah terjadi kasus resistensi pengobatan malaria di Pulau Nias. Salah satu penyebab kejadian resistensi adalah karena perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan kasus malaria. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Sitoli Nias, malaria termasuk dalam 10 besar penyakit pada tahun 2005-2006. RSUD Nias merupakan satu-satunya rumah sakit dan menjadi rujukan bagi 18 Puskesmas di wilayah tersebut.

Tujuan: Penelitian ini berfokus pada penatalaksanaan klinis malaria dan bertujuan untuk: (1) mengukur kejadian diagnostic dan treatment errors, (2) mengukur kejadian error of ommission dan error of commission; (3) mengeksplorasi perilaku klinis petugas kesehatan; dan (4) mengidentifikasi faktor predisposisi, pendukung dan penguat perilaku klinis petugas kesehatan.

Metode: Studi ini menerapkan kombinasi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Seratus empat puluh enam (146) sediaan darah pada bulan Mei (2007) diperiksa kembali oleh laboratorium di Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengukur kesepakatan diagnosis Kappa. Seluruh rekam medik pasien yang diduga menderita malaria juga digunakan untuk mengetahui kejadian kesalahan diagnosis dan terapi. Untuk penelitian kualitatif, dilakukan wawancara terhadap dokter umum, dokter spesialis, petugas laboratorium dan perawat yang menangani kasus malaria. Data kualitatif dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam.

Hasil: Uji kesepakatan Kappa menunjukkan nilai kesepakatan diagnosis yang lemah (koefisien Kappa 0,04). Kejadian kesalahan medis pada penatalaksanaan malaria sebesar 1,87 kali per pasien. Studi ini menemukan 98 kejadian kesalahan diagnosis, terdiri dari 16 kejadian error of ommission (17,39%) dan 82 error of commission (89,13%). Selain itu, terdapat 92 kejadian kesalahan terapi, terdiri atas 19 kejadian error of ommission (20,65%) dan 73 kejadian error of commission (79,35%). Perilaku klinis petugas berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan medik. Faktor yang mempengaruhi perilaku klinis tersebut adalah tidak adanya pelatihan bagi petugas rumah sakit, belum tersusunnya standar operasional prosedur, rendahnya kompetensi petugas laboratorium serta tidak adanya penghargaan atas kinerja klinis yang tinggi.

Kesimpulan: Studi ini menemukan tingginya kejadian kesalahan medis pada penatalaksanaan kasus malaria. Peningkatan mutu klinis penatalaksanaan malaria perlu diprioritaskan, dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi perilaku klinis petugas.
Kata kunci: medical errors, penatalaksanaan malaria, rumah sakit

0 komentar: