Latar Belakang: Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama
di Kabupaten Nias. Bahkan, pada saat ini telah terjadi kasus resistensi
pengobatan malaria di Pulau Nias. Salah satu penyebab kejadian resistensi adalah karena perilaku petugas
kesehatan dalam penatalaksanaan kasus malaria. Di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Gunung Sitoli Nias, malaria termasuk dalam 10 besar penyakit pada tahun
2005-2006. RSUD Nias merupakan satu-satunya rumah sakit dan menjadi rujukan
bagi 18 Puskesmas di wilayah tersebut.
Tujuan: Penelitian ini berfokus pada penatalaksanaan klinis malaria dan
bertujuan untuk: (1) mengukur kejadian diagnostic dan treatment errors, (2)
mengukur kejadian error of ommission dan error of commission; (3)
mengeksplorasi perilaku klinis petugas kesehatan; dan (4) mengidentifikasi
faktor predisposisi, pendukung dan penguat perilaku klinis petugas kesehatan.
Metode: Studi ini menerapkan kombinasi penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Seratus empat puluh enam (146) sediaan darah pada bulan Mei (2007) diperiksa
kembali oleh laboratorium di Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengukur
kesepakatan diagnosis Kappa. Seluruh rekam medik pasien yang diduga menderita malaria juga digunakan
untuk mengetahui kejadian kesalahan diagnosis dan terapi. Untuk penelitian
kualitatif, dilakukan wawancara terhadap dokter umum, dokter spesialis, petugas
laboratorium dan perawat yang menangani kasus malaria. Data kualitatif
dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam.
Hasil: Uji kesepakatan Kappa menunjukkan nilai kesepakatan diagnosis yang
lemah (koefisien Kappa 0,04). Kejadian kesalahan medis pada penatalaksanaan malaria sebesar 1,87 kali per
pasien. Studi ini menemukan 98 kejadian kesalahan diagnosis, terdiri dari 16
kejadian error of ommission (17,39%) dan 82 error of commission (89,13%).
Selain itu, terdapat 92 kejadian kesalahan terapi, terdiri atas 19 kejadian
error of ommission (20,65%) dan 73 kejadian error of commission (79,35%).
Perilaku klinis petugas berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan medik.
Faktor yang mempengaruhi perilaku klinis tersebut adalah tidak adanya pelatihan
bagi petugas rumah sakit, belum tersusunnya standar operasional prosedur,
rendahnya kompetensi petugas laboratorium serta tidak adanya penghargaan atas
kinerja klinis yang tinggi.
Kesimpulan: Studi ini menemukan tingginya kejadian kesalahan medis pada
penatalaksanaan kasus malaria. Peningkatan mutu klinis penatalaksanaan malaria
perlu diprioritaskan, dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi perilaku
klinis petugas.
Kata kunci: medical errors, penatalaksanaan malaria, rumah sakit
Kata kunci: medical errors, penatalaksanaan malaria, rumah sakit
0 komentar:
Post a Comment