01 March 2015

Asuhan Keperawatan Post Operasi Pemasangan Selang WSD

A.    Definisi
Water Seal Drainage (WSD) merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara maupun cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.

B.     Indikasi
  • 1)      Pneumothoraks
  • 2)      Hemothoraks
  • 3)      Thorakotomy
  • 4)      Efusi pleura
  • 5)      Emfiema
  •  

  

C.    Tujuan
1)        Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura.
2)        Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan pneumotoraks.
3)        Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.
4)        Mengembangkan kembali paru yang kolaps.


D.    Jenis-Jenis WSD
1.      Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.
2.      Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.
3.      Tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam botol.
4.      Unit drainage sekali pakai
-          Pompa penghisap Pleural Emerson.
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.
-          Fluther valve.
-          Calibrated spring mechanism
E.     Asuhan Keperawatan Post Operasi Pemasangan Selang WSD
1.      Perawatan pasca operasi pemasangan selang WSD.
a)      Perhatikan undulasi pada sleng WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain
-          Motor suction tidak berjalan
-          Slang tersumbat
-          Slang terlipat
-          Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
b)      Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
c)      Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
d)     Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar.
e)      Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
f)       Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
g)      Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat.
h)      Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
i)        Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
j)        Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
k)      Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
l)        Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
m)    Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
n)      Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
o)      Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
p)      Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
2.      Hal yang yang harus di perhatikan pada klien yang menggunakan WSD
a)      Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil.
b)     Observasi adanya distress pernafasan.
c)      Observasi :
-          Pembalut selang dada.
-          Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan darah.
-          Sistem drainage dada.
-          Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
-          Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
-          Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit.
-          Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d)   Posisikan klien :
-          Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak).
-          Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e)    Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu.
f)     Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester.
g)    Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai.
h)    Urut selang jika ada obstruksi.
i)      Cuci tangan
j)      Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
3.      Cara mengganti botol WSD
§  Siapkan set yang baru.
§  Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan.
§  Selang WSD di klem dulu.
§  Ganti botol WSD dan lepas kembali klem.
§  Amati undulasi dalam slang WSD
4.      Indikasi Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a)Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
-          Tidak ada undulasi.
-          Cairan yang keluar tidak ada.
-          Tidak ada gelembung udara yang keluar.
-          Kesulitan bernafas tidak ada.
-          Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara.
-          Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara.
b)      Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada slang.
5.      Masalah keperawatan yang mungkin muncul pasca oprasi pemasangan WSD
-          Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru, Penumpukan sekret / mucus, Kecemasan,Proses peradangan.
-          Resiko terjadi injury
-          Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.

-          Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif.

Lipid

A.    Definisi Lipid
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.
B.     Fungsi Lipid
Lipid ( Lemak ) merupakan nutrisi yang penting kepada tubuh manusia. Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga tubuh.Nomenklatur lainnya penting kepada bayi dan kanak-kanak di mana lemak memberi bekal dalam bentuk kalori untuk menghasilkan tenaga serta berfungsi di dalam keseimbangan cairan tubuh, tekanan osmotik, keseimbangan asid-bes serta aktivitas elektrofisiologi otot dan sistem saraf.
Lemak pula digunakan sebagai atribut rasa dan tekstur makanan.Penggunaan secara banyak di dalam industri makanan telah menimbulkan kebimbangan kepada pengguna terhadap kandungan nutrisi di dalam makanan terproses ini. Di  Malaysia, pengguna lebih memahami keperluan pemakanan, di Kuba memaksimumkan fungsi makanan untuk memperbaiki kesehatan serta pembuatan makanan yang mudah dan cepat saji. Pengguna kini lebih mementingkan produk makanan yang berkhasiat, rendah kandungan lemak, gula dan garam, tinggi kandungan karbohidrat kompleks serta fiber.
Secara umum dapat dikatakan bahwa lipid memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu :
1)      Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak.
2)      Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein  demi   menjalankan aliranair  ion, dan molekul lain, keluar dan masuk kedalam sel
3)      Lipid dapat berguna sebagai penyerap dan pembawa vitamin A, D, E dan K.
4)      Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
5)      Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energy di dalam tubuh dan      komponen yang membentuk membrane semua jenis sel.
6)      Sebagai hormon dan vitamin. Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis
7)      Pembentukan sel dan sumber asam lemak esensial; yang bersifat sebagai pemeliharadan integritas membran sel, mengoptimalkan transpor lipid (karena keterbatasanfosfolipid sebagai agen pengemulsi.
8)      Lipid sebagai sumber steroid, yang sifatnya meningkatkan fungsi-fungsi biologisyang penting Contoh : Sterol (kolesterol) dilibatkan dalam sistem pemeliharaanmembran, untuk transpor lipid dan sebagai prekursor vitamin D3 asam empedu dan,adrenal dan kortikosteroid).

9)      Dari aspek teknologi makanan, lipid bertindak sebagai pelicin makanan yangberbentuk pellet, sebagai zat yang mereduksi kotoran dalam makanan dan berperandalam kelezatan makanan.

Makalah Gastritis

2.1  Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis erosif bila terjadi kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel (Lindseth, G., 2006).
Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering diangap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sulfonamid, steroid juga diketahui menggangu sawar mukosa lambung (Lindseth, G., 2006).

2.2  Etiologi
Gasteritis akut erosif dapat tmbul tanpa diketahui sebabnya.penyebab yang sering dijumpai ialah :
a)      Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b)      Bahan kimi misalny lisol
c)      Merokok
d)     Alkohol
e)      infeksi helicobacter pylori
f)       Steres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembeadahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
g)      Refluks usus lambung
h)      Endotoksin

2.3  Patofisiologi
Gastritis ini dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.

2.4  Tanda dan Gejala
Penyakit ini bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan :
a)      rasa mual dan muntah,
b)      nyeri, perdarahan, rasa lemah,
c)      nafsu makan menurun
d)     sakit kepala.
e)      hilangnya nafsu makan, rasa kenyang,
f)       nyeri ulu hati yang samar-samar
g)      diare
h)      badan menjadi panas,
i)        menggigil, dan
j)        kejang otot
Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu sindrom/ kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat gangguan motilitas, dyspepsia akibat refluks dan dyspepsia tidak spesifik.


2.5  Diagnosa
Gastritis erosif ditegakkan berdasarkan pengamatan klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan kuman H. pylori (Tarigan, P. 2007). Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive. Dengan endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan lokasinya dan dapat menjadi dasar referensi untuk penilaian penyembuhan. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran niche atau crater. Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukkan apakah ada infeksi H. pylori dalam rangka eradikasi kuman.

2.6  Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan Gastritis baik, menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :
a.       Usahakan makan secara teratur.
b.      Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
c.       Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
d.      Hindari makanan ketan.
e.       Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
f.       Hindari minuman alkohol dan merokok.
g.      Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh
h.      Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.
2.7  Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan
a)      Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b)      Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
c)      Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
d)     Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal
e)      Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
f)       Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g)      Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
h)      Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

2.8  Terapi
Terapi pada gastritis erosif terdiri dari terapi non-medikamentosa, medikamentosa dan operasi. Tujuan dari terapi adalah menghilangkan keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki erosi, mencegah kekambuhan dan mencegah komplikasi.
a.       Non-medikamentosa
1)      Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran dalam peningkata asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang dan memerima stres dengan wajar.

2)      Diet
Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung susu tidak lebih baik dari makanan biasa, karena makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung. Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit.
b.      Medikamentosa
1)      Antasida
Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk menghilangkan rasa sakit. Dosis 3x1 tablet.
2)      Koloid Bismuth
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar ulkus dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin. Dosis 2x2 sehari. Efek samping tinja kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
3)      Sukralfat
Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan kutup alumunium hidroksida yang berkaitan dengan kutub positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar ulkus, yang melindungi dari asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesis prostglandin dan menambah sekresi bikarbonat dan mukus , meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan mukosa.


4)      Prostaglandin
Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan menambah aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.
5)      Antagonis Reseptor H2/ ARH2
Struktur homolg dengan histamin. Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel parietal untuk tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin (2x400 mg), Ranitidin 300 mg/hari, Nizatidin 1x300 mg, Famotidin (1x40 mg), Roksatidin (2x75 mg).
6)      Proton Pump Inhibitor/ PPI
Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+- ATP ase yang akan memecah K+H+- ATP menjadi energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah. PPI mencegah pengeluaran asam lambun, menyebabkan pengurangan rasa sakit, mengurangi faktor agresif pepsin dengan PH>4.
-          Omeprazol 2x20 mg
-          Lanzoprazol/ Pantoprazol 2x40 mg
7)      Penatalaksanaan Infeksi H. Pylori
a)      Terapi tripel
-          PPI 2x1 + Amoksisislin 2x1000 + Klaritromisin 2x500
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Klaritromisin 2x500
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Amoksisilin 2x1000
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500
b)      Terapi Kuadrupel, jika gagal dengan terapi tripel. Regimen terapinya yaitu: PPI 2x1, Bismuth 4x2, metronidazol 4x250, tetrasiklin 4x500.
c.       Tindakan operasi

Tindakan operasi sat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa. Prosedur opersi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka keganasan.

Makalah Fertilisasi

A.    Definisi
Fertilisasi atau pembuahan merupakan peristiwa meleburnya gamet jantan dan gamet betina (haploid) membentuk zigot (diploid). Penyerentakan reproduksi secara khas dari jantan tertentu untuk betina tertentu untuk betina tertentu seringkali memerlukan suatu bentuk rayuan. Rayuan ini dimulai oleh pejantan atau betina, dapat merupakan suatu upacara singkat. Rayuan ini juga mempunyai peranan tambahan cenderung dapat mengurangi sifat agresif dan menentukan identitas spesies dan kelamin, yaitu menentukan anggota spesies yang sama tetapi kelamin yang berlawanan.

B.     Jenis-Jenis Fertilisasi
Fertilisasi mempunyai beberapa cara yang umum didapati pada makhluk hidup, yaitu :
1.      Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2.      Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur (Anonymous, 2008).

C.    Proses Fertilisasi
Kehamilan terjadi didahului fertilisasi atau konsepsi yaitu penyatuan sebuah sel telur dengan sebuah sperma yang berarti pula terjadi penyatuan materi genetik dari ovum seorang wanita dengan materi genetik dari sperma seorang pria.
Fertilisasi terjadi pada saat wanita dalam periode masa subur yaitu setelah terjadi ovulasi dan oosit sekunder bergerak disepanjang tuba falopii menuju uterus. Dari 200 hingga 400 juta sperma hasil ejakulasi di dalam vagina, sebagian yang tertinggal di vagina akan terseleksi oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu sperma yang dapat mencapai uterus. Dengan bantuan kontraksi otot uterus, sperma akan menyebar diseluruh permukaan uterus. Sebagian dari sperma ini terseleksi kembali oleh sel darah putih di dalam uterus hingga akhirnya hanya tinggal beberapa ribu bahkan hanya beberapa ratus yang berhasil mencapai tuba falopii untuk bertemu dengan ovum.
Sperma harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang membungkus oosit sekunder. Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu yang saling mendukung sehingga sperma dapat menembus pembungkus oosit sekunder.
Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan:
  1. hialuroidase, suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
  2. akrosin, suatu enzim protease yang dapat menghancurkan senyawa glukoprotein pada zona pelusida.
  3. antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang tersusun dari senyawa glikoprotein. Fertilizin berfungsi:
  1. mengaktifkan sperma agar bergerak cepat.
  2. menarik sperma secara kemotaksis positif.
  3. mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian kortek oosit akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Adanya penetrasi sperma juga akan merangsang penyelesaian meiosis 2 sehingga dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan tiga buah polosit degeneratif.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqyehgNijPLFVLjm4ht207ribta4RFxAUR2tX5RhgV7lqZYfBUz62VDtqxri1ScBbJNuVEB7eCPeRMaZRlQRD0PXGMSlRTChiCj56pXUjdMzo7UUXph__zSzy-MLIk4G7YIx_ZnXPI3sBx/s400/fertilisasi1.png
Fertilisasi berlangsung di dalam tuba falopii
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti sperma yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk zigot yang mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAAqtmW8huXUPwSkksBZdJ6kyInh0o77Elyba_cZhqoL9wY_P6LEvDwO1Q7jdP_E10pBI67aHBxW7gNquGfu7ddW4GCI9XHBhVp9-_er9zWSO4-L_h6ZrNovBK3Yuhn8F60-ULIAQmpq2X/s400/fertilisasi2.png
Terjadi penyatuan sperma dan ovum
Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan (cleavage) menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi beberapa buah sel dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang disebut morula. Morula terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel, pada fase ini embrio disebut blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada endometrium. Sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi embrio yang terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga lapis jaringan tersebut akan mengalami organogenesis atau berkembang menjadi berbagai macam organ.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy6ixAC8kl2AmG4ALAgMCLzJOOhwBI6RqoM5LLGH8ELljRc5d-kUqBQTYuVkhu7BP-GibCGl1v_r1syTj4voahRXHPdamslX74M8QP4g1YDt61nodee6pL2AEfGtWtkbYegZh4h9wwgzUs/s400/fertilisasi3.png
Pembelahan zigot






D.    Kehamilan atau Gestasi.
Embrio berupa blastula bergerak dari oviduct menuju uterus akhirnya tertanam (mengalami implantasi/nidasi) dalam dinding endometrium. Setelah implantasi embrio terjadilah kehamilan.
Sel-sel bagian luar blastula disebut trofoblas mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk melisiskan sel-sel endometrium, kemudian membentuk tonjolan-tonjolan sebagai alat kait untuk menempel pada endometrium. Sel-sel di bawah trofoblas dengan cepat membelah (berproliferasi) membentuk plasenta dan selaput/kantung kehamilan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0m4zRGf2lh3YPR_c7LyxgT-JYSYOoQeb4ofTB6UUNN6wGJeyTWGFRLncyN3D3TT2ym9ra518w6uAmebAwi3sPGtwgWCErPckZWsNeiiHWhmm_KQ4d-U0z79h38ylNNrqa9lUBKZFabD0/s400/fertilisasi412.png

Macam-macam membran kehamilan:
  1. sakus vitelinus atau kantung telur adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
  2. korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion atau jonjot-jonjot di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi embrio.
  3. amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruangan yang berisi cairan amnion (air ketuban). Cairan amnion dihasilkan dari membran amnion, cairan ini berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, menjaga suhu lingkungan embrio dan menjaga dari pengaruh goncangan.
  4. alantois merupakan membran pembentuk tali pusat. Didalam alantois terdapat 2 macam pembuluh darah: arteri pusar dan vena pusar. arteri pusar mengalirkan darah dari jantung fetus menuju plasenta mengandung sisa metabolisme dan karbondioksida. Vena pusar mengalirkan darah dari plasenta menuju jantung fetus mengandung nutrisi dan oksigen.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNDEy-uldt53io_rDscgB0fInLceqe1HZ4SwpzZiH6OD3ml2OmwbtYxKfNpG54-u6Lsr-1e4PvTXQ-hXWKCpO35xDAK8wAb_JDvzShKRlyPzvKS3LwNOHi6CWunK5PNaeaWHhE-8dJG-kj/s400/gestasi1.jpg
Sel-sel bagian dalam blastula disebut embrioblas atau bakal embrio. Mula-mula terdapat 2 lapisan embrioblas yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam), lapisan luar akan melekuk membentuk lapisan tengah atau mesoderm. Pada fase 3 lapisan ini embrio disebut gastrula. Selanjutnya ketiga lapisan ini akan berkembang membentuk berbagai macam organ (organogenesis) pada minggu ke empat sampai ke delapan; lapisan ektoderm membentuk kulit dan rambut, saraf, hidung, mata dsb. Mesoderm berkembang menjadi tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpha dan kelenjar kelamin. Sedangkan endoderm akan membentuk organ-organ pernafasan dan pencernaan. Selanjutnya mulai minggu ke sembilan hingga menjelang kelahiran terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh terjadi sangat pesat, pada masa ini disebut fetus atau janin
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhit8Rpl3r1IXhFC-uQI1GDD8DhyphenhyphenkOYsnEAXEFe4iKd1AmrPQMDQ5UFjmi7DuSOzHEYvk_Jk-O1YbmeRFsymWM8d82x2fLoKYrevQcp_G5q21N2t7ut6D_9w6sLpBUrxGWo43ExB0qFyMTg/s320/2.png
organogenesis
Masa kehamilan adalah masa sejak terjadinya fertilisasi/konsepsi dan embrio terimplantasi dalam endometrium hingga terjadi kelahiran. Rata-rata berlangsung selama 266 hari (38 minggu) dari konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir. Kehamilan manusia dibagi menjadi 3 trisemester, masing-masing 3 bulan lamanya;
  1. Trisemester pertama
Terjadi perubahan zigot menjadi embrio (morula, blastula, gastrula). Selanjutnya gastrula mengalami deferensiasi dan organogenesis sehingga akhir trisemester pertama telah terbentuk fetus (janin) dengan panjang kurang lebih 5 cm. Embrio memberikan sinyal kehadirannya berupa hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang bertindak seperti LH pituitari untuk mempertahankan sekresi progesteron dan estrogen oleh korpus luteum. Tingginya kadar HCG dalam darah ibu menyebabkan sebagian diekskresikan bersama urine dan dapat dideteksi melalui uji kehamilan. Sedangkan kadar progesteron yang tinggi menyebabkan perubahan sistem reproduksi wanita yang hamil seperti: sekresi mukosa dalam servix yang membentuk sumbatan pelindung, pertumbuhan plasenta, pembesaran uterus, penghentian ovulasi dan menstruasi (karena memberikan efek negatif terhadap hipotalamus dan pituitari) dan pembesaran payudara. Diakhir trisemester pertama denyut jantung fetus dapat dideteksi dengan stetoskup. 
  1. Trisemester kedua
Diawal trisemester kedua ibu telah dapat merasakan pergerakan janin dalam kandungannya. Kadar hormon akan stabil ketika HCG menurun, korpus luteum akan rusak dan perannya akan digantikan oleh plasenta untuk mensekresikan hormon progesteron yang berfungsi mempertahankan kehamilan. Selama trisemester kedua, pertumbuhan fetus sangat cepat hingga mencapai panjang sekitar 30 cm. 
  1. Trisemester ketiga
pertumbuhan fetus sangat cepat, hingga akhir trisemester ketiga panjang fetus dapat mencapai kurang lebih 50 cm dan berat mencapai sekitar 3 kg. Aktifitas fetus agak berkurang karena ruangan yang tersedia didalam selaput kehamilan terisi tubuh fetus yang telah membesar. Hal ini menyebabkan organ-organ disekitar uterus terdesak dan tertekan, sehingga ibu hamil sering buang air kecil, mengalami hambatan saluran pencernaan dan merasa pegal pada otot punggung. Kepala fetus merupakan organ yang berukuran paling besar dan berat dari organ tubuh lainnya, sehingga karena gaya gravitasi; kepala fetus telah turun ke bawah masuk kedalam rongga pelvis ibunya untuk siap dilahirkan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeuD6fBdTri5sUNmsx-D2k2qa53E2QS8h5n3f_7-WojPmS1hFBgWOLrETxrBx-DJxAeZFK3xS0CPVbiCdEEQ_oPXWXQgXtLgPuDop_4cJezD4fVgQuDrCumqhgNFKZanHZLVgFoPZaW3At/s400/gestasi+proses.png

Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita hamil antara lain:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPV9JqEE8Gh8W4LdkiTz9jt7QF5ai8yIc4V8cxlcm187C6rBKI-lqbhR8E3BKCt7TFUt6pCvf6x70taFoay81iCP4G_QUO5pRYMfU3PEZ6are8A89IwOxs_gID3e2nREwH-JU1hD8nLfoQ/s1600/Copy+of+kandungan.png
  1. berhenti menstruasi 
  2. timbul rasa mual dan muntah (nyidam) 
  3. payudara membesar dan warna kulit sekitar puting bertambah gelap 
  4. rahim membesar sehingga sering ingin buang air kecil 
  5. timbul garis gelap dari daerah pusar hingga vagina 
  6. gigi mudah terinfeksi dan berlubang
  7. persendian terasa lebih kaku 



Cara Mengatasi Masalah { PAGE \* MERGEFORMAT }

Mengatasi error halaman ms. word, { PAGE \* MERGEFORMAT }
Pengalaman saya waktu itu mengalami masalah di MS WOrd. Anda pernah mengalami masalah seperti ini { PAGE \* MERGEFORMAT }? Jadi misalnya ketika memasukkan nomor halaman di MS.Word ternyata bukan angka yang muncul, tapi tulisan { PAGE \* MERGEFORMAT }.
Sebenarnya, dibalik tulisan tersebut  sudah berupa angka tapi tampilan di wordnya seperti bukan angka, tapi tulisan { PAGE \* MERGEFORMAT }. Buktinya ketika saya copy-kan tulisan itu  kemudian saya paste di google, ternyata yang terpaste adalah angka, bukan tulisan { PAGE \* MERGEFORMAT }.
Cara masalah tersebut, blok tulisan { PAGE \* MERGEFORMAT }, kemudian tekan ALT+F9. Tulisan tersebut berubah kembali menjadi angka. Berhasil? Kalau saya berhasil, semoga teman semua juga berhasil.
Selamat mencobanya terima kasih :D