2.1 Definisi
Gastritis
merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis erosif bila terjadi
kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel (Lindseth, G., 2006).
Gastritis
merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan
respon mukosa terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah
menelan makanan), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim.
Infeksi Helicobacter pylori lebih sering diangap penyebab gastritis akut.
Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sulfonamid, steroid
juga diketahui menggangu sawar mukosa lambung (Lindseth, G., 2006).
2.2 Etiologi
Gasteritis akut
erosif dapat tmbul tanpa diketahui sebabnya.penyebab yang sering dijumpai ialah
:
a)
Obat analgetik anti inflamasi,
terutama aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung.
b)
Bahan kimi misalny lisol
c)
Merokok
d)
Alkohol
e)
infeksi helicobacter pylori
f)
Steres fisis yang disebabkan
oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembeadahan, gagal pernafasan, gagal ginjal,
kerusakan susunan saraf pusat.
g)
Refluks usus lambung
h)
Endotoksin
2.3 Patofisiologi
Gastritis ini
dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan
terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan
produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi
untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga
dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl
dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus
dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu
timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2.4 Tanda dan Gejala
Penyakit ini
bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan :
a)
rasa mual dan muntah,
b)
nyeri, perdarahan, rasa lemah,
c)
nafsu makan menurun
d)
sakit kepala.
e)
hilangnya nafsu makan, rasa
kenyang,
f)
nyeri ulu hati yang samar-samar
g)
diare
h)
badan menjadi panas,
i)
menggigil, dan
j)
kejang otot
Secara umum
pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu sindrom/
kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia
dibagi menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat gangguan
motilitas, dyspepsia akibat refluks dan dyspepsia tidak spesifik.
2.5 Diagnosa
Gastritis erosif
ditegakkan berdasarkan pengamatan klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan
endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan kuman H. pylori (Tarigan, P.
2007). Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive. Dengan
endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus,
ukuran, bentuk dan lokasinya dan dapat menjadi dasar referensi untuk penilaian
penyembuhan. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran niche atau crater.
Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukkan apakah ada infeksi H. pylori dalam
rangka eradikasi kuman.
2.6 Pencegahan
Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan Gastritis baik,
menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :
a.
Usahakan makan secara teratur.
b.
Hindari makanan yang merangsang
seperti asam, pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
c.
Hindari buah-buahan seperti
durian, nenas, dan nangka.
d.
Hindari makanan ketan.
e.
Hindari sayuran yang rendah
serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
f.
Hindari minuman alkohol dan
merokok.
g.
Kurangi mengkonsumsi kopi dan
teh
h.
Tetap lakukan makanan dengan
porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti atau makanan
lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan
a)
Instruksikan pasien untuk
menghindari alkohol.
b)
Bila pasien mampu makan melalui
mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
c)
Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral.
d)
Bila perdarahan terjadi,
lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal
e)
Untuk menetralisir asam gunakan
antasida umum.
f)
Untuk menetralisir alkali
gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g)
Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
h)
Reaksi lambung diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pilorus.
2.8 Terapi
Terapi pada
gastritis erosif terdiri dari terapi non-medikamentosa, medikamentosa dan
operasi. Tujuan dari terapi adalah menghilangkan keluhan, menyembuhkan atau
memperbaiki erosi, mencegah kekambuhan dan mencegah komplikasi.
a.
Non-medikamentosa
1)
Istirahat
Stres dan
kecemasan memegang peran dalam peningkata asam lambung. Sebaiknya pasien hidup
tenang dan memerima stres dengan wajar.
2)
Diet
Makanan lunak
apalagi bubur saring, makanan yang mengandung susu tidak lebih baik dari
makanan biasa, karena makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung.
Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa
sakit.
b.
Medikamentosa
1)
Antasida
Pada saat ini
sudah jarang digunakan, sering untuk menghilangkan rasa sakit. Dosis 3x1
tablet.
2)
Koloid Bismuth
Mekanisme kerja
belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar
ulkus dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin. Dosis 2x2 sehari.
Efek samping tinja kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
3)
Sukralfat
Mekanisme kerja
kemungkinan melalui pelepasan kutup alumunium hidroksida yang berkaitan dengan
kutub positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar ulkus,
yang melindungi dari asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesis prostglandin
dan menambah sekresi bikarbonat dan mukus , meningkatkan daya pertahanan dan
perbaikan mukosa.
4)
Prostaglandin
Mekanisme kerja
dengan mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan
menambah aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya
digunakan sebagai penangkal ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.
5)
Antagonis Reseptor H2/ ARH2
Struktur homolg
dengan histamin. Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel parietal
untuk tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin (2x400 mg), Ranitidin
300 mg/hari, Nizatidin 1x300 mg, Famotidin (1x40 mg), Roksatidin (2x75 mg).
6)
Proton Pump Inhibitor/ PPI
Mekanisme kerja
memblokir enzim K+H+- ATP ase yang akan memecah K+H+- ATP menjadi energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kenaikan gastrin darah. PPI mencegah pengeluaran asam lambun,
menyebabkan pengurangan rasa sakit, mengurangi faktor agresif pepsin dengan
PH>4.
-
Omeprazol 2x20 mg
-
Lanzoprazol/ Pantoprazol 2x40 mg
7)
Penatalaksanaan Infeksi H.
Pylori
a)
Terapi tripel
-
PPI 2x1 + Amoksisislin 2x1000 +
Klaritromisin 2x500
-
PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 +
Klaritromisin 2x500
-
PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 +
Amoksisilin 2x1000
-
PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 +
Tetrasiklin 4x500
b)
Terapi Kuadrupel, jika gagal dengan terapi tripel. Regimen
terapinya yaitu: PPI 2x1, Bismuth 4x2, metronidazol 4x250, tetrasiklin 4x500.
c.
Tindakan operasi
Tindakan operasi
sat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa. Prosedur
opersi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter, darurat karena
komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka keganasan.
0 komentar:
Post a Comment