01 March 2015

Makalah Gastritis

2.1  Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis erosif bila terjadi kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel (Lindseth, G., 2006).
Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering diangap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sulfonamid, steroid juga diketahui menggangu sawar mukosa lambung (Lindseth, G., 2006).

2.2  Etiologi
Gasteritis akut erosif dapat tmbul tanpa diketahui sebabnya.penyebab yang sering dijumpai ialah :
a)      Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b)      Bahan kimi misalny lisol
c)      Merokok
d)     Alkohol
e)      infeksi helicobacter pylori
f)       Steres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembeadahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
g)      Refluks usus lambung
h)      Endotoksin

2.3  Patofisiologi
Gastritis ini dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.

2.4  Tanda dan Gejala
Penyakit ini bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan :
a)      rasa mual dan muntah,
b)      nyeri, perdarahan, rasa lemah,
c)      nafsu makan menurun
d)     sakit kepala.
e)      hilangnya nafsu makan, rasa kenyang,
f)       nyeri ulu hati yang samar-samar
g)      diare
h)      badan menjadi panas,
i)        menggigil, dan
j)        kejang otot
Secara umum pasien gastritis erosive mengeluh dyspepsia. Dyspepsia adalah suatu sindrom/ kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat gangguan motilitas, dyspepsia akibat refluks dan dyspepsia tidak spesifik.


2.5  Diagnosa
Gastritis erosif ditegakkan berdasarkan pengamatan klinis, pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan kuman H. pylori (Tarigan, P. 2007). Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosive. Dengan endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan lokasinya dan dapat menjadi dasar referensi untuk penilaian penyembuhan. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran niche atau crater. Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukkan apakah ada infeksi H. pylori dalam rangka eradikasi kuman.

2.6  Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan Gastritis baik, menurut Long C, Barbara, 1996, yaitu :
a.       Usahakan makan secara teratur.
b.      Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
c.       Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
d.      Hindari makanan ketan.
e.       Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
f.       Hindari minuman alkohol dan merokok.
g.      Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh
h.      Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.
2.7  Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan
a)      Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b)      Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
c)      Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
d)     Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal
e)      Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
f)       Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g)      Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
h)      Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

2.8  Terapi
Terapi pada gastritis erosif terdiri dari terapi non-medikamentosa, medikamentosa dan operasi. Tujuan dari terapi adalah menghilangkan keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki erosi, mencegah kekambuhan dan mencegah komplikasi.
a.       Non-medikamentosa
1)      Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran dalam peningkata asam lambung. Sebaiknya pasien hidup tenang dan memerima stres dengan wajar.

2)      Diet
Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung susu tidak lebih baik dari makanan biasa, karena makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung. Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit.
b.      Medikamentosa
1)      Antasida
Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk menghilangkan rasa sakit. Dosis 3x1 tablet.
2)      Koloid Bismuth
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar ulkus dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin. Dosis 2x2 sehari. Efek samping tinja kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
3)      Sukralfat
Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan kutup alumunium hidroksida yang berkaitan dengan kutub positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar ulkus, yang melindungi dari asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesis prostglandin dan menambah sekresi bikarbonat dan mukus , meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan mukosa.


4)      Prostaglandin
Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan menambah aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal ulkus gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.
5)      Antagonis Reseptor H2/ ARH2
Struktur homolg dengan histamin. Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel parietal untuk tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin (2x400 mg), Ranitidin 300 mg/hari, Nizatidin 1x300 mg, Famotidin (1x40 mg), Roksatidin (2x75 mg).
6)      Proton Pump Inhibitor/ PPI
Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+- ATP ase yang akan memecah K+H+- ATP menjadi energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah. PPI mencegah pengeluaran asam lambun, menyebabkan pengurangan rasa sakit, mengurangi faktor agresif pepsin dengan PH>4.
-          Omeprazol 2x20 mg
-          Lanzoprazol/ Pantoprazol 2x40 mg
7)      Penatalaksanaan Infeksi H. Pylori
a)      Terapi tripel
-          PPI 2x1 + Amoksisislin 2x1000 + Klaritromisin 2x500
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Klaritromisin 2x500
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Amoksisilin 2x1000
-          PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500
b)      Terapi Kuadrupel, jika gagal dengan terapi tripel. Regimen terapinya yaitu: PPI 2x1, Bismuth 4x2, metronidazol 4x250, tetrasiklin 4x500.
c.       Tindakan operasi

Tindakan operasi sat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa. Prosedur opersi yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangka keganasan.

0 komentar: