08 August 2011

Mita Judo


Bak lon jak jak meusipak cangguek
Baklon duk duk ka bekah ija
Baklon manoe kulet ka teupluek
Baklon gusuek ka abeh luka

keupu na Alee meu ulee cangguek
menyo watee deuk suwah meu upa
Meuheut that Alee jinak top tupong
Sayang rakan lon Leusong golom na

Hoka syedara mandum wareh lon
keu mandum kawom yang muda muda
Ta mita judo sigra adoe lon
Meukawen Lansong meunyo ka hawa

Meunan geu wasit lee Nabiyullah
Rasul meutuwah pang ulee donya
Raseuki mudah tuhan geu tulong
Menan geu seubot oleh maulana

Bekle lam dousa hai adek payong
Bek le adek lon lalo lam zina
Bek gadoh lalo bak babah jurong
Nalom yg ladom di ateuh honda

Hana Puasa (Tidak Berpuasa)


Deungo lon kisah saboh calitra,
Bunoe lam poh sa ulon sep malee.
Watee lon sujud nibak mushalla,
Rukok keuluwa lam saku bajee.
ureung disampeng dikhem meubura,
Krn puasa nyoe teungoh watee.
Hana lon sangka hana teujalok,
Rupajih rukok mantong meu abee...

Wate lon ingat teu khem hana pre,
Rukok meu gule diplung meu taga.
Atra roeh sawoe tinggai sitangke,
Ka rhet meugule ateuh musalla.
Hana jeut keu hai rakan boh hate,
Yang peunteng hase tanyo puasa.
Karna puasa ibadah hate,
Hana so sampe yg tuoeh kada.
Ureung yg teukhem kon geunit ganje,
Geunit seunyum pre mangat na pahla.
Krn senyum sedekah sabe,
Cukoep le hase bln puasa.

Membuat Jam Analog dengan Delphi 7


unit UJam;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, StdCtrls, ExtCtrls;
type
TForm1 = class(TForm)
Timer1: TTimer;
procedure GerakJarumJam;
procedure Timer1Timer(Sender: TObject);
procedure FormCreate(Sender: TObject);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
Form1: TForm1;
i:byte;
Diameter:integer;
Angka, JariJam, JariMenit, JariDetik, TebalGaris, UkuranHuruf : byte;
implementation
{$R *.dfm}
procedure TForm1.GerakJarumJam;
var
jam,menit,detik,milidetik:word;
begin
self.Refresh; //merefresh form
DecodeTime(Now,jam,menit,detik,milidetik);
{mendekode atau menjabarkan waktu sekarang menjadi jam, menit, detik dan milidetik}
//Untuk jarum detik
Canvas.Pen.Color:=clRed;
Canvas.Pen.Width:=2;
Canvas.MoveTo(Diameter div 2,Diameter div 2);
Canvas.LineTo(
(Diameter div 2)-round(
jariDetik*sin(-detik*pi/30)),
(Diameter div 2)-round(
jariDetik*cos(-detik*pi/30)));
// Untuk jarum menit
Canvas.Pen.Color:=clBlack;
Canvas.Pen.Width:=3;
Canvas.MoveTo(Diameter div 2,Diameter div 2);
Canvas.LineTo(
(Diameter div 2)-round(
jariMenit*sin(-menit*pi/30-detik*pi/1800)),
(Diameter div 2)-round(
jariMenit*cos(-menit*pi/30-detik*pi/1800)));
// Untuk jarum jam
Canvas.Pen.Color:=clBlack;
Canvas.Pen.Width:=4;
Canvas.MoveTo(Diameter div 2,Diameter div 2);
Canvas.LineTo(
(Diameter div 2)-round(
jariJam*sin(-jam*pi/6-menit*pi/360)),
(Diameter div 2)-round(
jariJam*cos(-jam*pi/6-menit*pi/360)));
end;
procedure TForm1.Timer1Timer(Sender: TObject);
begin
GerakJarumJam; {memanggil procedure GerakJarumJam}
end;
procedure TForm1.FormCreate(Sender: TObject);
begin
Self.BorderStyle:=bsNone; //Agar form tidak memiliki border
{Setting untuk ukuran jam}
ClientWidth := 150; {menentukan lebar form}
ClientHeight:= ClientWidth; {menentukan tinggi form}
Diameter := ClientWidth; {menentukan diameter jam}
jariJam := 45; {menentukan panjang jarum jam}
jariMenit := 60; {menentukan panjang jarum menit}
JariDetik := 70; {menentukan panjang jarum detik}
//Tentukan posisi angka
for i:=1 to 12 do
{diulang sebanyak angka jam yaitu 12}
begin
TLabel.Create(Self).Name:=’angka’+IntToStr(i);
with TLabel(FindComponent(‘angka’+IntToStr(i))) do
begin
Height:=10;
Width:=15;
Parent:=Self;
Font.Size:=6;
Font.Color:=clBlack;
Font.Style:=[fsBold];
Alignment:=taCenter;
Caption:=IntToStr(i);
Transparent:=true;
Left:=((Diameter-Width) div 2)-round((jariDetik-6)*sin(-i*pi/6));
Top:=((Diameter-Height) div 2)-round((jariDetik-6)*cos(-i*pi/6));
end;
end;
//Buat form jadi bulat
SetWindowRgn(self.Handle, CreateEllipticRgn(0,0,ClientWidth,ClientHeight), true);
end;
end.

07 August 2011

Membuat Program Kalkulator dengan menggunakan delphi


Kalkulator biasanya berbentuk persegi panjang, terdiri dari tombol-tombol angka dan tombol-tombol untuk perhitungan serta sebuah layar pada sebelah atasnya. Dengan adanya kalkulator ini, kita akan sangat terbantu terutama dalam hal hitung-menghitung. Sebenarnya, kita bisa membuat kalkulator tersebut dengan mudah, namun dalam versi digital tentunya. Sebab, Delphi memungkinkan kita untuk membuat program kalkulator dengan cepat dan menyenangkan asalkan Anda tahu konsep dasar tentang cara kerja kalkulator.
Di bawah ini salah satu contoh program kalkulator bawaan windows yang bernama calculator, Anda bisa mengaksesnya melalui  Start | All Programs | Accessories. Selengkapnya...

04 August 2011

ANTENATAL CARE (ANC)


Pendahuluan
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun diantaranya 99 % terjadi di negara berkembang.
Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung dari kehamilan atau persalinannya (Depkes, 1999). Penyebab langsung kematian tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah ibu hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria (SKRT, 2001). Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2003).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002). 
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro, 2006).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko (Manuaba, 1999). Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi ( Saifuddin, 2002). 
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kamatian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatar belakangi resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko (Elverawati, 2008). Faktor lain seperti usia ibu ketika hamil dan melahirkan, Ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (di atas 35 tahun), Frekuensi melahirkan telah empat kali melahirkan atau lebih dan jarak antar kelahiran atau persalinan kurang dari 24 bulan, termasuk kelompok yang berisiko tinggi dan menambah peluang kematian ibu semakin besar (Sumarjati, 2005).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Definisi
Antenatal Care/ Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 1996).
Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Tujuan Pelayanan
·         Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
·         Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
·         Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
·         Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial (Kusmiyati, et al., 2008).

Kunjungan antenatal
Kunjungan antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan (Meilani, et al., 2009).
Menurut kebijakan dari Pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil. Dengan ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada trimester kedua, minimal dua kali pada trimester ketiga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal:
a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang antental care
b. Kesibukan
c. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
d. Dukungan suami yang kurang
e. Kurangnya kemudahan untuk pelayanan
Kunjungan antenatal merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidan diamati oleh pihak luar (Notoatdmodjo, 2003).

03 August 2011

Membuka File Postscript (PS)


File ekstensi .ps? file apa yah?? Mungkin sebagian dari kita ada yang bertanya-tanya tentang ekstensi file .ps? yah… mungkin karena file ekstensi ini kurang familier di telinga kita dan sebagian besar dari kita lebih familier dengan ekstensi .pdf (Portable Document Format) bukan?
Nah terkadang muncul problem ketika kita sedang mencari dan mau mengunduh jurnal online tapi ekstensi jurnal ini adalah .ps? trus membukanya pake apa yah…??? Mari menuju pencerahan
Pada postingan ini ijinkan saya memaparkan dalam file tutorial bagaimana cara membuka file ekstensi .ps dengan menggunakan Software-Freeware PDF CREATOR.
Berikut Petunjuk Install PDF CREATOR Download disini

24 July 2011

Asfiksia neonatorium

LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorium adalah keadaan bayi lahir yang tidak dapat berapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Sarwono Prawirohardjo, 1992).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (APN).
Asfiksia dibagi menjadi :
1) Asfiksia Berat (Nilai APGAR 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun maka pemberian obat-obat lain serta massase jantung sebaiknya segera dilakukan.
2) Asfiksia ringan-sedang (Nilai APGAR 4-6)
Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam 1 menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengan kepapa dorsofleksi.
Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut penolong diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum pernapasan. Peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali semenit dan diperhatikan gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Jika terjadi penurunan frekuensi jantung dan tonus otot maka bayi dikatakan sebagai penderita asfiksia berat.
Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang menimbulkan sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.
B. PENYEBAB ASFIKSIA
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang sehingga aliran oksigen janin berkurang dan akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
Faktor-faktor dari keadaan ibu sebagai berikut :
a. Preeeklampsi dan eklampsi
b. Perdarahan abnormal
c. Partus lama / partus macet
d. Deman selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan post matur
Dilihat dari tali pusat dapat juga menjadi penyebab terjadinya asfiksia BBL adalah sebagai berikut :
a. Lilitan tali pusat
b. Tali puat pendek
c. Prolapsus tali pusat
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia
a. Bayi premature
b. Persalinan sulit (letak sungsang, gemell, distosia, ekstraksi vakum, forcep)
c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur mekonium
C. DIAGNOSIS
Asfiksia yang terjadi pada bayi merupakan kelanjutan dari hipoksia janin, Dianosis hiposia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Hal ini berikut yang perlu mendapat perhatian :
a) Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah 120 sampai 160 denyutan dalam satu menit. Selama his frekuensi ini biasanya tetapi di luar his kembali lagi ke keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun di bawah sampai 100 di luar atau lebih jika teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
b) Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan.
Penilaian asfiksia BBL dalam melakukan resustasi ditentukan oleh tiga aspek yang sangat penting yaitu :
  1. Pernapasan
  2. Denyut jantung
  3. Warna kulit
Selengkapnya Hub..... saputra.atjeh@gmail.com

18 July 2011

Persalinan Macet

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2001).
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
Sering, kan kita dengar, si ibu tak bisa melahirkan normal gara-gara ada kemacetan dalam persalinannya. Sebetulnya apa sih yang dimaksud dengan persalinan macet?
Dalam dunia kedokteran, jalannya persalinan yang macet dikenal dengan istilah distosia. “Penyebabnya ada 3 hal, yaitu karena adanya kelainan pada 3P, power, passage, passenger,”
Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita simak lebih jauh satu per satu. His yang terlalu sering, sehingga tidak efektif. Misalnya pada pembukaan awal seharusnya his hanya 2-3 kali saja, tetapi ternyata 6 kali. “Jadi, tentu saja itu tidak bagus.”
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang persalinan macet atau distasia.
  1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi persalinan macet.
b. Untuk mengetahui penyebab persalinan macet
c. Untuk mengetahui cara penanganan persalinan macet.

Bayi Baru Lahir (BBL)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi pada khususnya Neonatus sebesar 10 juta jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99% (Manuaba, 1998). Seperti yang terjadi di hampir semua negara di dunia, kesehatan bayi cenderung kurang mendapat perhatian di bandingkan umur-umur lainnya.
Padahal data WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir umur 0-28 hari), 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama. Maka 1 minggu pertama dari kelahiran adalah masa paling kritis bagi seorang bayi (Komalasari, 2007).
Menurut Agus Hamonangan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi di bandingkan Negara-negara tetangga. Di Malaysia 10 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 20 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup, Brunai Darusalam 8 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (Azrul, 2005). Di indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target untuk kesehatan bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 kelahiran hidup (tahun 1997) menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Depkes R.I, 2006).
Berdasarkan Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Pemerintah RI (1999) dan Keluarga Sejahtera 2013 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), maka bidan yang bergabung dalam Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di seluruh Indonesia merasa terpanggil dan prihatin atas kesehatan kondisi ibu dan anak belum baik, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 50 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan yang dirasakan sangat lambat, oleh karena itu AKI dan AKB di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (IBI, 2003).
B. Tujuan Pembahasan
a. Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca terutama tentang Asuhan Bayi Baru Lahir Rendah
b. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian / pengumpulan data pada bayi baru lahir Rendah
2. Untuk mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada bayi baru lahir Rendah
3. Untuk mengidentifikasi diagnosa masalah dan masalah potensial pada bayi baru lahir Rendah
4. Untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi apabila terjadi masalah potesial pada bayi baru lahir Rendah
5. Untuk membuat perencanaan tindakan atas diagnosa masalah pada ibu hamil.
6. Untuk membuat pelaksanaan tindakan atas diagnosa masalah pada bayi Baru Lahir Rendah
7. Untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan pasien terhadap perencanaan yang telah disampaikan pada Bayi Baru Lahir Rendah
C. Manfaat
1. Petugas Kesehatan
Sebagai panduan dan masukan untuk instansi Rumah Sakit dalam peningkatan pelayanan kesehatan pada Bayi Baru Lahir Rendah.
2. Akademik
Sebagai sumbangsih bacaan berguna bagi adik-adik dan teman-teman dalam memperdalam ilmu kesehatan yang menyangkut dengan asuhan Bayi Baru Lahir Rendah.
3. Penulis
Penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang asuhan Bayi Baru Lahir Rendah.
4. Masyarakat
Supaya masyarakat mampu menjaga kesehatan serta paham akan asuhan Bayi Baru Lahir Rendah demi tercapainya kelangsungan hidup dan tingkat kesehatan yang optimal.

14 July 2011

PELAYANAN KEBIDANAN STANDAR 3 IDENTIFIKASI IBU HAMIL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan dimana bidan bekerja. Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Telah disadari bahwa pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kebidanan di setiap tingkat pelayanana. Bila hal tersebut dapat diwujudkan, maka angka kematian ibu dapat diturunkan. Berdasarkan itu, standar pelayanan kebidanan ini mencakup standar untuk penanganan keadaan tersebut, disamping untuk pelayanan kebidanan dasar.
Dengan demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputu 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Standar Pelayanan Umum (2 Standar)
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 Standar)
3. Standar Pertolongan persalinan (4 Standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 Standar)
Dimasa yang lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan antenatal untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri serta temuan-temuan fisik yang lalu. Tujuan dari penilaian resiko ini adalah untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuk ibu-ibu ini untuk mendapatkan asuhan yang khusus.
Sekarang kita telah mengetahui bahwa penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yang akan mempunyai masalah selama persalinan. Mengapa penilaian resiko tidak lagi digunakan? Ia tidak lagi dipergunakan karena setiap ibu hamil akan menghadapi resiko komplikasi dan harus mempunyai jangkauan kepada asuhan kesehatan maternal yang berkualitas. Hampir tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana yang akan menghadapi komplikasi yang akan mengancam keselamatan jiwa secara akurat. Banyak ibu-ibu yang digolongkan ”beresiko tinggi” yang tidak mengalami komplikasi apapun.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Bidan dapat memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin serta dapat mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Identifikasi ibu hamil.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan dan pemantauan ibu hamil
3. Untuk mengetahui persiapan persalinan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Standar pelayanan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitaas. Pelayanan keluarga merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Adapun sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered) Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
B. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya sebagai berikut
· Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur
· Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
· Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan. DLL
Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
Hasil dari identifikasi ini :
· Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
· Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
· Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
Persyaratannya antara lain :
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
Prosesnya antara lain :
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
C. Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan.
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan sekaligus akan melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas.
2. Dengan adanya standar pelayanan yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan. Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Pelayanan yang berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian standar penting untuk pelaksanaan pemeliharaan dan penilaian kualitas atau mutu pelayanan. hal ini menunjukkan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Jadi Program menjaga mutu pelayanan adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sisematis dan obyektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan.
3. Contoh Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Seorang ibu yang tingginya kurang dari 139 cm mungkin akan melahirkan bayi seberat 2500 gram tanpa masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak begitu berarti, kehamilan normal dan persalinan yang tidak berkomplikasi mungkin saja mengalami perdarahan pasca persalinan.
Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan dengan ekstraksi vacuum pada bayi dengan presentasi kepada yang masih tinggi di sebuah RB yang masih termasuk wilayah DKI. Dalam kasus ini Bidan tersebut melanggar tugasnya karena hal ini sudah diatur dalam Permenkes No. 572 dimana dalam salah satu butir peraturannya mengatakan bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi vacuum pada posisi kepala sudah didasar panggul dan tidak memungkinkan melakukan rujukan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
B. Saran
1. Diharapkan kepada Akademik agar menyekan buku-buku bacaan yang berkenaan dengan Standar Pelayanan Kebidanan.
2. Para mahasiswa Khusus D-III Kebidanan hendaknya mengkaji secara mendalam tentang Standar Pelayanan Kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Kesehatan Reproduksi , Jakarta, 2005.
Dep Kes RI. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010, Jakarta, 2001
Depkes RI, Standar pelayanan Kebidanan, Jakarta, 2000
Depkes RI, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar, Jakarta, 2004.