Showing posts with label Skripsi. Show all posts
Showing posts with label Skripsi. Show all posts

28 September 2015

Menganti Cairan Infus Nefrostomi

BAB II
TINJAUAN KASUS

A.    Mengganti Cairan Infus
1.      Definisi
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartmen yang berbeda, yakni cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS).
Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan (khususnya obat) atau terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Infus adalah memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama ke dalam vena dengan menggunakan perangkat infus (infus set) secara tetesan.
Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Cairan Asering yaitu Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Keunggulan Asering: 1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati. 2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonates. 3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran. 4) Mempunyai efek vasodilator.

2.      Tujuan
Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
a.       Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
b.      Memulihkan keseimbangan asam-basa.
c.       Memulihkan volume darah.
d.      Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.

3.      Persiapan Alat
a.       Cairan infus
b.      Jam tangan

4.      Teknik  Mengganti Cairan Infus
a.       Pastikan kebutuhan klien akan penggantian botol cairan infus dan cek cairan infus sesuai 5 benar :  > benar nama pasien, benar cara, benar cairan, benar waktu, benar dosis
b.      Siapkan alat : jam tangan
c.       Sampaikan salam
d.      Jelaskan prosedur kepada pasien
e.       Dekatkan alat ke samping tempat tidur, jaga kesterilan alat
f.       Buka Flabot botol cairan, jika ada obat yang perlu di drip dalam cairan sekalian dimasukkan dengan spuit melalui mulut botol, tutup kembali
g.      Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang
h.      Ambil botol yang baru, buka tutupnya, kemudian tusukkan alat penusuk pada infus set mulut botol infus dari arah atas dengan posisi botol tegak lurus
i.        Gantung kantung/botol cairan
j.        Periksa adanya udara di selang, dan pastikan bilik drip terisi cairan
k.      Atur kembali tetesan sesuai program
l.        Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus
m.    Bereskan alat
n.      Sampaikan salam
o.      Cuci tangan
p.      Dokumentasikan tindakan


B.     Teoritis Kasus
1.      Definisi Nefrostomi
Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy, pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan pemasangan double J stent (DJ stent) (Robert R. Cirillo, 2008).

2.      Fungsi Nefrostomi
Beberapa fungsi nefrostomi, sebagai berikut :
a.       Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal
b.      Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran kemih atas.
c.       Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling defects, dan kelainan lainnya melalui radigrafi antegrad.
d.      Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem pengumpul ginjal.
e.       Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada tumor ginjal.

3.      Jenis Nefrostomi
Nefrostomi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.              Nefrostomi terbuka
Cara ini merupakan cara klasik, terdapat dua macam teknik, yaitu bila korteks masih tebal dan korteks sudah tipis. Bila kortek masih tebal ginjal dibebaskan sampai terlihat pelvis dan Folley kateter no 20 dimasukkan kedalam pyelum melalui pelvis renalis. Bila kortek sudah tipis Folley kateter langsung dimasukkan melalui sayatan pada kortek.
b.              Nefrostomi perkutan
Nefrostomi perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan fluoroskopi. Syarat dilakukannya nefrostomi perkutan sebagai berikut, ginjal teraba dari luar, kortek tipis dan tidak gemuk.

4.      Indikasi dilakukannya nefrostomi
a.       Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya obstruksi urin sekunder terhadap kalkuli
b.      Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya penyembuhan fistula atau kebocoran akibat cedera traumatik atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi, atau sistitis hemoragik.
c.       Pengobatan uropathy obstruktif nondilated
d.      Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan transplantasi ginjal.
e.       Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan kehamilan.
f.       Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian substansi melalui infus secara langsung untuk melarutkan batu, kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi.
g.      Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan stent ureter antegrade, pengambilan batu, pyeloureteroscopy, atau endopyelotomy)
h.      Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric (misalnya abses atau urinomas)
(Robert R. Cirillo, 2012)Timggalkan Komentar Anda

FaktorFaktor yang mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
“Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat integratif dan instrumentral dalam kehidupan bernegara sedang menghadapi tantangan besar. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dalam membangun jati diri Indonesia seutuhnya pada  abad ini menyebabkan pengaruh bahasa asing sangat dominan. Kekawatiran tentang bahasa asing ini bahkan  jauh hari telah dikemukan oleh Presiden pada saat Konggres Bahasa Indonesia VI tahun 1993 yang menyatakan bahasa Indonesia yang merupakan jati diri bangsa mengalami ancaman terutama makin tidak terkendalinya pemakaian kata dan istilah asing.
Rahardi mengemukakan bahwa bahasa Indonesia kian tergerogoti oleh bahasa asing. Dikemukakan pula bahwa dalam kerangka global hal tersebut tidak boleh dibiarkan terjadi. Oleh karena itu, Rahardi menyatakan urgensi memakai bahasa sendiri. Sementara itu, Tuhusetya (www.sawali.info) mengemukakan suatu pernyataan bahwa usia bahasa Indonesia hampir mencapai 79 tahun (sekarang sudah berusia 80 tahun) yang jika dianalogikan dengan usia manusia, dalam rentang usia tersebut idealnya sudah mencapai taraf kematangan dan kearifan hidup yang “paripurna”. Akan tetapi, secara jujur mesti diakui, bahasa Indonesia tampak makin payah dan sempoyongan dalam memikul beban peradaban pada era global dan mondial ini.

Dari paparan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi bahasa Indonesia mulai terdesak oleh bahasa asing, terutama oleh bahasa  Inggris.  Keadaan saling mendesak ini sebenarnya tidak hanya terjadi antara bahasa  Indonesia dan bahasa Inggris, tetapi juga antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Kenyataan yang ada sekarang ini, fungsi bahasa daerah mulai tergantikan oleh bahasa  Indonesia.  Situasi nonformal yang seharusnya menggunakan bahasa daerah mulai tergantikan oleh bahasa Indonesia. Sebagai contoh saat ini banyak keluarga muda  suku Jawa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada anak balitanya, bukan lagi dengan bahasa Jawa. Begitu pula mulai ada kecenderungan bahasa Inggris  menggantikan peran bahasa Indonesia, baik dalam komunikasi nonformal (lingkungan keluarga) maupun komunikasi formal. Sekarang ini, banyak sekolah  yang sebenarnya bukan sekolah internasional menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar. 


B.     Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang dapat dijadikan sebagai tujuan pembahasan yaitu:
1.      Untuk mengetahui definisi eksistensi Bahasa Indonesia
2.      Untuk mengetahui definisi Faktor-Faktor yang mempengaruhi eksistensi Bahasa Indonesia



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 378) eksistensi  adalah keberadaan. Eksistensi dalam bentuk kata benda berarti hal berada. Berdasarkan penjelasan tersebut, eksistensi memaksudkan suatu keberadaan atau keadaan. Definisi makna sebenarnya yang terkandung memang sulit untuk dipahami. Hal ini disebabkan kata-kata dan bahasa sesungguhnya tidak sempurna, sehingga gagasannya tidak dapat dinyatakan secara persis. Terlebih lagi, kata eksistensi itu mencakup hal yang luas. Namun, bukan berarti kata tersebut tidak dapat dijabarkan (Bagoes, 2013).
Kata eksistensi dapat dipahami dengan melihat konteks kalimatnya. Misalnya, eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi berarti keberadaan bahasa tersebut sebagai bahasa nasional di tengah pergaulan pada era itu. Eksistensi juga mengandung arti adanya satu hal dalam jangka waktu tertentu.
Maksudnya, hal itu masih ada tidak sampai jangka waktu yang ditentukan. Sebagai contoh, eksistensi bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang. Ini berarti  bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang. Eksistensi bahasa Indonesia sangat diperlukan oleh masyarakat.
Masyarakat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengadakan sosialisasi kepada orang lain, terutama yang berasal dari daerah lain. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia digunakan oleh mereka dari Sabang sampai Merauke, di samping bahasa daerah meskipun ada beberapa masyarakat yang tinggal di daerah terpencil belum bias berbahasa Indonesia dengan baik. Eksistensi bahasa Indonesia tengah terancam pada era globalisasi ini. Masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa nasionalnya sendiri.
Masyarakat juga sering menggunakan bahasa alay, bahasa gaul, dan bahasa sejenis yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu melestarikan dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia.

B.     Bahasa Indonesia
Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa  Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di kawasan Sumatera. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928, “lebih bersifat polit is” daripada “bersifat linguist is”. Jadi, secara linguist is, yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya ialah bahasa Melayu. Tujuannya adalah ingin mempersatukan para pemuda Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ciri-ciri kebahasaannya sama dengan bahasa Melayu. Namun, para pemuda menggunakan nama bahasa Indonesia yang dapat memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau kedaerahan (Muslich, 2010: 26).
Muslich (2010: 27) menjelaskan bahwa butir ketiga ikrar “Soempah Pemoeda” berbunyi “Kami poetra-poetri Indonesia, mendjoenjoeng tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” (Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia). Ikrar yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober oleh bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif dan mutlak
diperlukan oleh setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak mungkin berkembang. Selain itu, bangsa tidak mungkin dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa lain. Akibatnya, bangsa itu akhirnya lenyap ditelan zaman. Jadi, bahasa menunjukkan identitas bangsa tersebut.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (dalam Muslich, 2010: 16) menjelaskan fungsi bahasa Indonesia, selain sebagai identitas bangsa, antara lain sebagai (a) lambang kebanggaan nasional, (b) lambang identitas nasional (c) pemersatu berbagai lapisan masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya bahasa, dan (d) alat perhubungan komunikasi antarbudaya dan antardaerah.

C.    Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi
Eksistensi Bahasa Indonesia Pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional,pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.
Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).
Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya.

D.    Eksistensi Bahasa Indonesia
Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari pengembangan dan  penggunaannya dalam sejarah. Bahasa Indonesia masih digunakan hingga saat ini. Hanin (2012) menjelaskan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang ini berasal dari bahasa Melayu Riau dari abad XIX, yang merupakan salah satu ragam bahasa Melayu dari Kepulauan Riau.
Kerajaan Sriwijaya mempunyai peranan penting dalam menyebarkan bahasa Indonesia ke seluruh wilayah Nusantara secara tidak langsung. Kerajaan tersebut adalah kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan di Nusantara. Kerajaan itu menduduki wilayah kerajaan Melayu dan meluas hingga ke wilayah di luar Nusantara. Oleh karena itu, sampai saat  ini negara Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura juga menggunakan bahasa Melayu walaupun dengan dialek yang agak berbeda. 
Mulai sekitar abad ke-20 bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat di lingkungan pemerintahan administratif. Masa penjajahan member peranan dalam pembentukan bahasa Indonesia masa kini. Banyak katakata serapan yang berasal dari bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan bahasa Belanda. Kata-kata serapan tersebut terlalu sering digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia, sehingga bentuknya diubah dan lama kelamaan diserap ke dalam bahasa Indonesia baku.
Tonggak bersejarah perkembangan bahasa Indonesia terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, Indonesia mencangangkan “Soempah Pemoeda”. Dalam “Soempah Pemoeda” itu secara resmi bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional (Die, 2013).  Sebelum terjadi perist iwa “Soempah Pemoeda”, bahasa Indonesia masih disebut sebagai bahasa Melayu. Jika bahasa Melayu tetap digunakan, kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk menghindari hal itu, maka nama “bahasa Melayu” digant i menjadi “bahasa  Indonesia.”. Hal ini juga mempunyai tujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang pada saat itu masih tercerai berai akibat penjajahan bangsa asing yang berlangsung lama dan berkepanjangan. Die (2013) mengatakan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.  Penggunaan bahasa Indonesia diresmikan sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari digunakannya bahasa tersebut hingga saat ini. Hanin (2012) mengemukakan bahwa pada era globalisasi bahasa Indonesia telah dipakai oleh 90% dari seluruh penduduk Indonesia. Bahasa ini juga telah dipakai di hampir semua instansi resmi pemerintahan, pendidikan, perdagangan, transportasi, media massa, dan lain-lain. Namun, masih ada sebagian kecil penduduk atau suku belum mengenal bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa Indonesia juga terlihat di negara asing.
Muslich (2010: xi) mengatakan bahwa perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri cukup pesat, begitu pula dengan perkembangannya di luar negeri. Data terkhir memperlihatkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini semakin meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999.

E.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi bahasa Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa indonesia kita. banyak faktor yang sangat kuat untuk mempengaruhi bahasa indonesia kita, saat kita menggunakanya dengan baik. Disaat kita berbicara dengan sesama kita bisa terpengaruh karena yang pertama lingkungan, faktor lingkungan ini sangat kuat pengaruhnya karena kita berada didalam lingkungan tersebut. Yang  kedua faktor teman terkadang secara tidak sengaja kita sering mengucapkan kata-kata tidak baku dengan teman-teman kita, karena ingin dikatakan gaul. Yang ke tiga pengaruh bahasa daerah, pengaruh ini sering kita dengar sedikit banyak nya jika seseorang tidak sering menggunakan bahasa indonesia ia akan janggal saat berbicara, dia bisa tidak sengaja mengeluarkan bahasa daerahnya saat berbicara dengan orang lain yang jadi nya orang lain tidak mengerti.
Penggunaan kalimat tidak baku dalam berbicara juga mempengaruhi saat kita berbicara dalam situasi formal. ada kalimat-kalimat yang sering kita dengar, saat kita mendengarnya terasa janggal. Ini yang masih mempengaruhi keadaan bahasa kita saat ini. Ini contoh-contoh kalimat tidak baku ialah; ia pukul anjing itu sampai mati, saya kirim surat untuk ibu, pemerintah tolak impor barang ilegal, dan lain-lain.
Setelah kita melihat masalah-masalah diatas kita sudah menyadari ternyata banyak kesalahan kita saat berbicara dengan orang lain. Maka dari itu kita bisa menilai masalah diatas untuk memperbaiki ucapan kita saat berbicara dengan orang lain. Karena ketika ucapan kita sudah sah menurut kamus besar bahasa indonesia bayak keuntungan yang kita temui kita bisa lancar untuk berbicara saat berada didepan orang lain, kita tidak sungkan lagi untuk mengikuti acara-acara formal, kita bisa menilai orang yang berbahasa indonesia yang benar bahwa ia menjunjung tinggi bahasa indonesia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
“Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat integratif dan instrumentral dalam kehidupan bernegara sedang menghadapi tantangan besar.  eksistensi memaksudkan suatu keberadaan atau keadaan Indonesia berasal dari bahasa  Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di kawasan Sumatera. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda 
Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari pengembangan dan  penggunaannya dalam sejarah. Bahasa Indonesia masih digunakan hingga saat ini.

B.     Saran
Masyarakat sebaiknya lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia  daripada menggunakan bahasa asing. Anak-anak muda dan mahasiswa-mahasiswa  hendaknya meminimalisir menggunakan bahasa alay, bahasa gaul, dan bahasa sejenis yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia.
Para dosen hendaknya menggunakan dan mengajarkan bahasa Indonesia yang
baik dan benar mahasiswa-mahasiswa. Pihak swasta hendaknya menggunakan lisan dan tulisan dalam bahasa Indonesia dalam iklan maupun produk mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Bagoes, N. (2013). Pengertian eksistensi dan kajian usabha candidasa part I.  Diakses tanggal 22 November 2013, dari www.congkodok.blogspot.com

Muslich, M. (2010). Bahasa indonesia pada era globalisasi: kedudukan, fungsi,  pembinaan, dan pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Partana, Paina dan Sumarsono. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda bekerja sama dengan Pustaka Pelajar.Timggalkan Komentar Anda

28 March 2015

Kasus Anemia pada Ibu Hamil

Pendahuluan
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.

Patogenesa Anemia Pada Kehamilan
Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .
Kasus Anemia Dewasa
Ibu S usia 35 tahun dengan TB 148 cm dan BB 35 kg adalah seorang penjual nasi bungkus keliling. Tiap hari Ibu S harus bangun pukul 3.30 dini hari untuk menyiapkan nasi bungkusnya, dan mulai pukul 05.30 WIB pagi mulai berjualan keliling komplek dan pulang sekitar pukul 10.00 pagi. Sudah 3 minggu ini Ibu S merasa tidak maksimal bekerja karena Ibu S sering merasa cepat lelah, mata berkunang-kunang, cepat merasa pusing, lemas dan kurang nafsu makan dan beberapa hari yang lalu Ibu S sempat pingsan di dapur saat bersiap-siap untuk bekerja menyiapkan barang-barang dagangannya. Khawatir dengan keadaan istrinya, Bpk Z membawa istrinya kerumah sakit dan didapatkan hasil sbb:
TD                               : 250 mg/dl
Fisik                            : sclera mata tampak pucat
Suhu                            : 37oC
Hb                               : 10 g/dl
Ht                                : 30%
Saturasi transferring    : 15%
Serum ferritin              : 90 ug/l
Glukosa darah             90 mg/dl
Kolesterol Total          150 mg/dl
Eritrosit                       4 jt/ml
 Audit gizi:
Makanpagi      : nasi goreng (1P) + telur ceplok (1P) + the hangat
Siang               : nasi putih (2P) + goring ikan asin saluang (1P), sayur bening bayam + waluh (1P) + tehmanis
Malam             : nasi putih (1P) + tempe bacem (1P), peyek kacang kedelai 1 ptg, pisang ambon (1P)

Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002 hal 450-451).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.

Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
      Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G,1998.HAL 30)
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr% Anemia sedang
Hb <7 gr% Anemia berat

Cara Mengatasi dan mencegah anemia pada ibu hamil :
1.      Ketika mengetahui hamil, segera periksa kondisi kesehatan anda dan apabil ada faktor genetik anemia pada ibu hamil. Ibu hamil harus mengenali gejala dan jenis anemia yang dialami ibu hamil. Gejala yang umumnya biasa terjadi pada ibu hamil seperti cepat merasa lelah, tubuh sering kehilang ion hingga merasa lesu dan kurang bergairah dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mudah mengantuk, mata berkunag-kunang, kepala pusing dan mual.
2.      Lakukan pemeriksaan darah dan menghitung kadar hemoglobin pada dokter kandungan. Untuk mengetahui apabila ada sel darah merah yang rendah. Jika di dapat hemoglobin rendah dan kadar tekanan darah normal menurun bisa ditandai anda mengalami anemia.
3.      Konsumsi makan-makanan yang mengandung gizi dan nutrisi yang seimbang yang tidak hanya baik kondisi ibu hamil itu sendiri, namun dapat melindungi janin atau bayi kecacatan fisik atau lahir prematur.
4.      Konsumsi makan dan buah yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi dengan banyak konsumsi vitamin C seimbang yang mudah didapat dari buah jeruk, strawberry, brokoli, pepaya dan buah sumber vitamin C lainnya.
5.      Kurangi konsumsi teh atau minuman yang mengandung kafein. Beberapa pendapat, mengatakan bila wanita hamil seharusnya mampu membatasi atau disiplin dalam konsumsi kafein yang terdapat dalam teh maupun kopi. Namun sedikit sekali wanita yang menyukai kopi. Selama masa kehamilan berlangsung umumnya dokter akan memberikan suplemen penambah darah agar penyerapan zat besi tidak terganggu. Namun, pentingnya memberi jarak konsumsi dengan makanan yang di asup.

Perbaiki Pola Konsumsi
Dalam kondisi hamil, wanita jadi dua kali lebih rentan terhadap ADB sebab pada fase tersebut sang janin ikut menimbun cadangan zat besi untuk digunakan dirinya setelah ia lahir. Oleh seba itu, dalam kondisi hamil ibu dituntut untuk memperhatikan asupan zat besinya agar kebutuhan janin dan juga ibu bisa terpenuhi dengan baik. Jika tidak maka ibu pasti mengalami masa yang berat. Adapun gejala yang bisa timbul akibat anemia pada kehamilan adalah keluhan lemah, terlihat sangat pucat, sering pingsan, lelah dan lain-lain. Meski demikian, tekanan ibu cenderung stabil. Hal ini patut diwaspadai sebagai gejala anemia defisiensi zat besi. Untuk akurasi, sebaiknya ibu memeriksakan darah di dokter.
Jika Anda benar-benar mengalami anemia pada kehamilan Anda, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi. Meski demikian, Anda tetap dituntut untuk memperbaiki pola konsumsi Anda. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi misalnya heme iron yang mudah diserap oleh tubuh. Zat besi yang satu ini paling banyak ditemui pada makanan seperti telur dan juga daging merah. Sementara itu, zat non heme iron bisa diperoleh dari sayuran seperti bayam, buncis juga brokoli. Setelah konsumsi zat besi Anda telah baik, jangan lupa untuk menambahkan sejumlah makanan yang membantu penyerapan zat besi utamanya non heme iron yang susah dicerna. Konsumsilah buah-buah yang kaya akan vitamin C misalnya jeruk, papaya, kiwi dan lain-lain. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kafein seperti coklat, kopi, atau teh. Sebab kafein bisa menghambat penyerapan zat besi!



Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono, 2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta
Saifudin, A.B,  2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta
Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Pustaka Rihama, Yogyakarta
Wiknjosastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Putaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta


26 March 2015

Batuk Darah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama. (Dzen, 2009)
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam. (Rahman, 2009).

B.     Etiologi
Penting dibedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali. Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronchialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
a.       Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru, aspergillosis
b.      Tumor : Karsinoma paru
c.       Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik, malformasi Arteriovenous.
Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran pencernaan. Seperti muntah pada umumnya, muntah darah (atau yang dikenal dengan istilah kedokteran hematemesis) didahului oleh adanya aliran balik dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh mual. Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah segar atau kehitaman.
Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran pernapasan. Warna darah merah segar dan tampak bercampur dengan lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung – gelembung udara.

C.    Tanda dan Gejala
-          Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
-          Darah berbuih bercampur udara
-          Darah segar berwarna merah muda
-          Darah bersifat alkalis
-          Anemia kadang-kadang terjadi
-          Darah yang dikeluarkan berisi Lekosit, mikroorganisme, makrofag
-          Batuk yang disertai darah atau lendir.
-          Muka pucat.
-           Demam / suhu badan meningkat .
-          Sering berkeringat pada malam.
-          Berkurangnya nafsu makan.
-          Nafas terasa berat sampai dengan terasa nafas yang sesak.
Bila terdapat gejala lain seperti penurunan berat badan disertai batuk darah dicurigai sebagai karsinoma, bila terdapat keringat malam, demam yang tidak tinggi dicurigai sebagai tuberculosis. Bila batuk darah disertai hematuria dicurigai sebagai Good Pasture Syndrome.

D.    Patofisologi
Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum, gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet. Hemoptysis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.
Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru – paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk.
Batuk darah yang masif alias banyak (>200 cc atau lebih dari satu gelas belimbing) dapat mengganggu saluran pernafasan dan merupakan indikasi untuk segera ke rumah sakit. Kondisi ini membahayakan karena gumpalan darah dapat menyumbat saluran pernafasan, dan menimbulkan kematian.