PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian WHO diseluruh dunia terdapat
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 10.000.000 jiwa pertahun. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
Bayi (AKB) masing-masing 373/100.000
kelahiran hidup serta 60/1000 kelahiran hidup (Winjosastro, 2005).
Untuk mempercepat pencapaian target MDGs,
pada tahun 2011, kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan memulai program
jampersal (jaminan persalinan),yaitu suatu paket program yang mencakup
pelayanan antenatal, persalinan, posnatal, dan keluarga berencana
(Depkes,2005).
1
|
Melalui PONED
dan PONEK, secara angka AKB dan AKI dapat terus menurun, sebagai gambaran dalam
tahun 2009 jumlah AKI sebanyak 831 orang dan ditahun ini 2010 mengalami
penurunan menjadi 641 orang (Depkes, 2005).
Di Indonesia berdasarkan
perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 KH. Jika
Dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar
307/100.000 KH. AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari
target MDG 2015 (102/100.000 KH) sehingga masih memerlukan kerja keras dari
semua komponen untuk mencapai target tersebut
(BPS, 2007).
Angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di
Asia.Kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65
kali lipat kematian ibu di Singapura, 9,5 kali lipat dari Malaysia.Bahkan 2,5
kali lipat dari Filipina.Begitu juga dengan AKB Indonesia, sebesar 45 per 1000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2003).
Data Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
menunjukkan bahwa AKI Provinsi NAD tahun 2005 adalah 354/100.000 kelahiran
hidup, AKB sebesar 39/1.000 kelahiran hidup, sedangkan secara nasional 2005,AKI
adalah 262/100.000 dan AKB 32/1.000 (Dinkes Prov. NAD, 2006).
Kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan
segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung
kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan
anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian
ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%)
(Hermawan, 2009).
Angka kematian
bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi
lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan,
pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru Iahir (sarwono,
2008).
Oleh karena itu tersebut di atas, maka kita sebagai
tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu menurunkan (AKI) dan (AKB) yang
salah satunya dengan cara pengadaan perawatan atau asuhan secara komprehensif
dimulai pada saat Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL).
Berdasarkan data yang di peroleh pada tahun 2010 di BPS
Wahidah, SST di dapatkan data Antenatal care (ANC) sebesar 304 jiwa/tahun dan
data Intranatal Care sebesar 86 jiwa/tahun.
Asuhan
komprehensif ini diberikan pada Ny.J sejak tanggal 26 Juni sampai dengan 15 September 2011 di Desa Seunebok Gunci
Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen dengan harapan agar tercipta kehamilan yang
aman, persalinan yang sehat, masa nifas terhindar dari infeksi dan bayi
terhindar dari Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
0 komentar:
Post a Comment