28 September 2015

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PD KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)

LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN  KEPERAWATAN PADA KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)
BAB IPENDAHULUAN


A.    Pendahuluan
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan konfrehensif dalam melakukan asuhan keperawatan dengan kasus panyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
2.      Tujuan Khusus
Sebelum dan sesudah melakukan asuhan keperawatan penulis mampu mengetahui
a.       Anatomi fisiologi system pernafasan, pengertian PPOM dan penyebab
b.      Tahapan proses keperawatan dan aplikasi asuhan keperawatan secara teoritis pada kasus penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)
c.       Kegiatan-kegiatan utama yang perlu dilakukan pada kasus penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)

C.    Manfaat penulisan
1.      Manfaat bagi penulis
a.       Menambahkan pemahaman tentang suatu bagian keilmuan khususnya kasus penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)
b.      Mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada kasus penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)
c.       Memiliki kemampuan nantinya dalam melakukan asuhan keperawatan secara nyata pada kasus penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)
2.      Manfaat bagi klien
a.       Terjadinya kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
b.      Adanya kepastian terhadap tindakan yang akan dilakukan dalam perawatannya
D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
E.     Sistematika Penulisan



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi dan Fisiologi
1.      Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi beberapa bagian. Saluran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru sendiri meliputi dua bagian yaitu saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ( Brashers, 2007).
a.       Saluran pernafasan bagian atas (Upper Respiratory Airway)
1)      Hidung (Cavum Nasalis)
2)      Faring (Tekak)
3)      Laring (Tenggorokan)
b.      Saluran Pernafasan bagian bawah (Cower Airway)
1)      Trakea (Batang Tenggorokan)
2)      Bronkus  (Cabang Tenggorokan)
3)      Alveolus
4)      Paru-paru
c.       Anatomi Paru (Snell, 2006)
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai  alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2). Pertukaran ini terjadi pada alveolus- alveolus di paru melalui sistem kapiler.
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru sebelah kiri. Pada paru kanan lobus- lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis.
Di antara lobus-lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis dan fissura obliqua, sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri terdapat fissura obliqua.
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk  mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2.
 Namun selain itu mengembang dan  mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan otot  pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum pleura.
2.      Fisiologi Pernafasan
Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen (O2) dipindahkan dari udara ke dalam jaringan, dan karbondioksida (C02) dikeluarkan keudara (ekspirasi) dapat dibagi menjadi dua tahap (stadium), yaitu stadium pertama dan stadium kedua.
a.       Stadium pertama

Stadium pertama ditandai dengan fase ventilasi, yitu masuknya campuran gas ke dalam dan keluar paru-paru. Mekanisme ini simungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
b.      Stadium kedua
Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:
1)      Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan
2)      Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus.
3)      Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru
4)      Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.
5)      Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antar alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru

B.     Konsep Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
Penyakit Paru Obstruktif  Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. (Bruner & Suddarth, 2002).
1.      Etiologi
PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup yang sebagian besar bias dicegah. Merekok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOM. Factor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaan yang rendah. Kondisi lingkungan yang buruk karena dekat dengan lokasi pertambangan. Perokok pasif (terkena asap rokok padahal tidak merokok) atau terkena polusi udara dan konsumsi alkolhol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak penderita PPOM.
2.      Klasifikasi
Manurut Alsagat dan mukti (2006), PPOM dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :
a.       Asma bronchial , dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus bronchial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa, cuaca dingin, latihan obat, kimia dan infeksi
b.      Bronkitis Kronik, di tandai dengan batuk-batuk hamper setiap hari disertai pengeluaran dahak sekurang-kuranya tiga bulan berturut-turut dalam satu tahun.
c.       Emfisema, suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal brankus terminal  disertai dinding alveolus.
3.      Pathofisiologi
Merokok salah satu penyebab PPOM, akan menggaggu kerja silia serta fungsi sel-sel makrofag dan menyebabkan inflamasi pada jalan nafas. Peningkatan produksi lendir (ukus) destruksi septum alveolar serta fibrosis peribronkial. Perubahan inflamatori yang dapat dipulihkan jika pasien berhenti merokok sebelum penyakit paru meluas.
Sumbatan mucus dan penyempitan jalan nafas menyebabkan udara nafas terperangkap, seperti pada bronkitid kronis dan enfisema. Hiperinflasi terjadi pada alveoli paru ketika pasien menghembus nafas keluar (ekspirasi). Pada inspirasi jalan nafas akan melebar sehingga udara dapat mengalir melalui tempat obstruksi pada ekspirasi jalan nafas menjadi sempit dan aliran udara nafas akan terhalang. Keadaan udara nafas yang terperangkap umum terjadi pada asma dan bronchitis kronis.

4.      Gejala/Tanda
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan cirri dari PPOM adalah malfu kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk dan produksi dahak khususnya di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas nafas pendek akut. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secan fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. selain itu pasien PPOM banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup dratis sel akibat dari hilangnya nafsu makan karena produk dahak yang makin melintas penurunan daya kekuatan tubuh. Kehilangan selera makan (isolasi social) penurunan kemampuan pencernaan sekundur karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam system.
5.      Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan Fisik
1)      Pasien biasanya tanpak kurus (diameter asterosposterior dada meningkat)
2)      Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
3)      Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang.
4)      Suara nafas berkurang
b.      Pemeriksan Penunjang
1)      Chest X-Ray, dapat menunjukkan hyperinflation paru flattened diafragma, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vascular (enfisema). Peningkatan bentuk broncho vascular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma)
2)      Pemeriksaan fungsi paru dilakukan untuk menentukan penyebab dari dispnea menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat abstruksi atau restriksi memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi.
3)      Darah komplit, peningkatan hemoglobin (enfidema berat) peningkatan eosinofil (asma).

6.      Penalaksanaan Terapi
1)      Penalaksanan Medis
a.       Berhenti merokok
b.      Bronkondilator, kurtikus teroid, dan obat lain (Misalnya terapi augumentasi alfa, antitrypsin, agen antibiotic, agens mukolotik, agen antitusif, vasodilator, narkotik)
c.       Terapi oksigen termasuk oksigen di malam hari
d.      Pemberdayaan, bulektomi untuk mengurangi dispnea: penurunan volume paru untuk meningkatkan ecatisitas dan fungsi robus: transportasi paru.

7.      Komplikasi
Ada tiga komplikasi pernafasan utama yang bias terjadi pada PPOM yaitu gagal nafas akut (Acute Respiratora Failure), Pneumotorak dan giant bullat serta ada satu komplikasi kardiak yaitu penyakit cor-pulmanale.
a.       Acute Respiratora Failure (ARF) terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat istirahat.
b.      Penomotorik, akumulasi udara dalam rongga pleura rongga pleura sesungguhnya merupakan rongga yang khusus, yakni berupa cairan lapisan tipis antara lapisan visceral dan pariental paru-paru. Fungsi cairan pleura adalah untuk membantu gerakan paru-paru menjadi cancar dan mulus selama pernafasan berlangsung.
c.       Gian Bullae adalah timbul karena udara terperangkap di parenchyma paru-paru sehingga acveoli yang menjadi tempat menangkapnya udara untuk pertukaran gas menjadi tidak efektif.




BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN
A.    Pengkajian
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didsarkan pada kehiatan sahar-hari. Ukur kualitas pernafasan antara sekala 1 sampai 10 dan juga mengindefikasikan factor social dan lingkungan yang merupakan factor pendudukung terjadinya gejala. Perawat juga mengindefikasikan tipe dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan factor presipatasi lainnya antara lain perjalanan penularan temperature dan stress. Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk  dan kesimetrisan dada, respiratori rate dan pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot nbantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum. Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan fremitus. Gerakan dinding dada dan penyimpanan diagfragma (Lukenuffe,N,A, 2000).
1.      Aktivitas/ Istirahat
Keletihan, kelemahan
2.       
B.      


1. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta : EGC, 2006.

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

0 komentar: