BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Obat merupakan
sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan,
pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuhnya. Seorang bidan atau perawat yang akan bekerja secara langsung
sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan.
Mengingat tindakan ini bukan merupakan tindakan independen dari bidan atau
perawat, akan tetapi tindakan yang bersifat dependen (kolaboratif), maka bidan
atau perawat membutuhkan suatu peran tersendiri. Tenaga medis dalam
melaksanakan tugasnya, memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan
pemberian secara langsung kepada pasien (Hidayat, 2008).
Bidan sebagai
salah satu tenaga medis yang melaksanakan terapi berpotensi melakukan suatu
kesalahan jika tidak mempunyai tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
bahwa tindakan yang dilakukan akan memberikan efek pada pasien. Salah satu
kegiatan rutinitas bidan atau perawat dalam tindakan keperawatan ialah
memberikan obat terutama injeksi melalui selang intravena.
Pemberian obat
melalui selang intravena biasanya dilakukan dengan cara menghentikan aliran
infus atau diklem, namun cara ini mempunyai efek samping rasa sakit/nyeri,
karena obat-obatan yang diinjeksikan langsung masuk ke pembuluh darah, selain
itu nyeri juga dapat ditimbulkan akibat peningkatan proporsi jumlah infiltrasi
(Potter dan Perry, 2005). Cara ini tidak dianjurkan apabila menginjeksikan
obat-obatan yang agak keras seperti antibiotik dan antiemetik. Lebih lanjut
lagi, apabila hal ini dilakukan terus menerus, akan mempercepat terjadinya
flebitis/ peradangan, karena dinding pembuluh darah vena dapat teriritasi oleh
obat (Burner, 2009).
Selain itu,
pemberian injeksi melalui selang intravena juga dapat dilakukan dengan cara
tanpa diklem atau tanpa menghentikan aliran infus, namun cara ini sangat jarang
sekali dilakukan oleh tenaga medis karena dianggap kurang efektif, walaupun
secara teoritis tindakan ini memiliki beberapa keuntungan yang utama, karena
obat dimasukkan secara bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat menjadi
turun sehingga pasien tidak begitu merasa nyeri (Burner, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan
secara umum dari pengkajian kasus ini adalah: Untuk mengetahui tentang pemberian injeksi intravena melalui selang
infus (bolus) baik dalam teori maupun penerapannya di lahan praktik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui Pemberian Injeksi Intraveda Melalui Silang Infus (Bolus)
b. Untuk
mengetahui Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus
c.
Untuk mengetahui definisi dan penyebab Strok
Iskemik
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pemberian
Injeksi Intravena Melalui Silang Infus (Bolus)
1. Definisi
Menurut
Ambarawati (2009), pemberian obat secara injeksi (parenteral) merupakan
pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan
tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
Injeksi adalah
sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Injeksi intravena (bolus) adalah
pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena atau
melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah
vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi
intravena bertujuan untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari
pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan
serta memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
2. Tujuan
a.
Mendapatkan
reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
b.
Mempertahankan
atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
c.
Mengoreksi
dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
d.
Menghindari
terjadinya kerusakan jaringan.
e.
Memperbaiki
keseimbangan asam basa
f.
Memasukkan
obat dalam jumlah yang besar
g.
Memberikan
tranfusi darah
h.
Menyediakan
medium untuk pemberian obat intravena
i.
Membantu
pemberian nutrisi parenteral
j.
Memonitor
Tekanan Vena Sentral (CVP)
3. Teknik Melakukan Injeksi
Intravena Melalui Bolus
a.
Memberikan
dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b.
Menyiapkan
alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
c.
Memasang
sampiran
d.
Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
e.
Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
f.
Memakai
sarung tangan
g.
Memastikan
tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mengutik-ngutik spuit
h.
Mencari
tempat penyuntikan obat pada karet selang
i.
Memasang
pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
j.
Menghapushamakan
atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara
sirkular dengan diameter + 5 cm
k.
Mengklem
cairan infuse.
l.
Menusukkan
jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan
m.
Menarik
sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus
n.
Memasukkan
obat perlahan-lahan ke dalam vena
o.
Menarik
jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di atas
jarum kemudian tarik jarum keluar.
p.
Periksa
kecepatan tetesan cairan infuse.
q.
Membereskan
alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar
r.
Melepas
sarung tangan, merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
s.
Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
t.
Melakukan
dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
4. Persiapan
Alat
a. Sarung tangan satu pasang
b. Spuit steril 3 ml atau 5 ml
atau spuit imunisasi
c. Bak instrument
d. Kom
e. Perlak dan alasnya
f. Bengkok
g. Wastafel atau tempat cuci
tangan
h. Kapas alkohol
i.
Obat
injeksi dalam vial atau ampul
j.
Daftar
pemberian obat
k. Waskom berisi larutan
chlorine 0,5%
B. Strok Iskemik
1. Definisi
Stroke adalah
terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab
yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan
terjadinya penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik
(penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang terjadi apabila salah satu
cabang dari pembuluh darah otak mengalami penyumbatan, sehingga bagian otak
yang seharusnya mendapat suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut, akan
mati karena tidak mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah sebagaimana
seharusnya.
2.
Klasifikasi Stroke Iskemik
Dikenal
bermacam-macam klasifikasi stroke iskemik. Semuanya berdasarkan atas gambaran
klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh
darah dan stadiumnya.
a. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1)
TIA ( Transient Ischemic
Attack )
2)
Trombosis serebri
3)
Emboli serebri.
b. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu :
1)
TIA ( Transient Ischemic
Attack )
2)
RIND ( Reversible Ischemic
Neurologic Deficit )
3)
Progressing stroke atau
Stroke-in-evolution
4)
Completed stroke
c. Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1)
Sistem karotis
2)
Sistem vertebrobasiler
3.
Penyebab
Stroke iskemik bisa disebabkan oleh berbagai macam problem yang bisa
dikelompokkan menjadi 3 bagian. Yaitu masalah-masalah pembuluh darah, jantung dan
substrat darah itu sendiri.
Pada stroke iskemik, penyumbatan
bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri
karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius
karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian
besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir
di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vertebralis
beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke
semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita
yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung
atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
4.
Terapi
Pada stroke iskemik didapatkan
gangguan pemasokan darah ke sebagian jaringan otak. Ini disebabkan karena
aliran darah berkurang atau berhenti. Bila gangguan cukup berat, akan ada sel
saraf yang mati. Disamping sel yang mati didapatkan pula sel otak yang sekarat.
Sel yang sudah mati tidak dapat
ditolong lagi. Yang kita lakukan ialah usaha agar sel yang sekarat jangan
sampai mati. Setelah terjadi iskemia, di otak terjadi berbagai macam reaksi
lanjutan, misalnya pembentukan edema (sembab) di sebagian otak, perubahan susunan neurotransmitter,
perubahan vaskularisasi regional, perubahan tingkat metabolisme.
Tujuan terapi ialah agar reaksi lanjutan
ini jangan sampai merugikan penderita. Kita berusaha agar sel otak yang belum
mati tetap berada dalam keadaan gawat,
jangan sampai menjadi mati. Diupayakan agar aliran darah di daerah yang iskemik
dapat dipulihkan kembali. Demikian juga metabolismenya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama : Tn.
M
Umur : 69 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan :
Wiraswasta
Perkawinan : Kawin
Kamar : Ramadhan
Alamat : Samalanga
No.reg : 166298
Keluhan utama : Anggota gerak sebelah kanan
kesemutan, tidak bisa digerakkan, dan bicara pelo
Diagnosa : Strok Iskemik
B.
Alat yang digunakan
a. Spuit steril 3 ml atau 5 ml
b. Keranjang berbentuk persegi panjang
(baki)
c. Obat injeksi dalam bentuk vial
atau ampul:
-
Ranitidine 1
amp /12 jam
-
Citicoline 2 amp /12 Jam
C. Prosedur Kerja
di Lahan Praktik
Adapun prosedur kerja di lahan praktik
yaitu:
1.
Memberikan
dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
2.
Menyiapkan
alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
3.
Memasang
sampiran
4.
Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
5.
Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6.
Memakai
sarung tangan
7.
Memastikan
tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mengutik-ngutik spuit
8.
Mencari
tempat penyuntikan obat pada karet selang
9.
Memasang
pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
10. Menghapushamakan atau
mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara sirkular
dengan diameter + 5 cm
11. Mengklem cairan infuse.
12. Menusukkan jarum ke dalam
karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan
13. Menarik sedikit penghisap
untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus
14. Memasukkan obat
perlahan-lahan ke dalam vena
15. Menarik jarum keluar
setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum kemudian
tarik jarum keluar.
16. Periksa kecepatan tetesan
cairan infuse.
17.
Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat
dengan benar
18. Melepas sarung tangan,
merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
19. Mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
20. Melakukan dokumentasi
tindakan yang telah dilakukan
D.
Evaluasi
Tingkat keberhasilan yang diperoleh setelah dilakukan Tindakan Pemberian
Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (bolus) pada Tn. M dengan Strok Iskemik
di Ruang Saraf RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah :
1.
Pasien
Merasa nyaman dan rasa nyeri sedikit berkurang
2.
Pasien
dapat beristirahat dengan tenang
3.
Kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemberian obat melalui selang karet infuse (bolus)
biasanya dilakukan dengan cara menghentikan aliran infus atau diklem, namun
cara ini mempunyai efek samping rasa sakit/nyeri, karena obat-obatan yang
diinjeksikan langsung masuk ke pembuluh darah.
Pemberian injeksi melalui selang
intravena juga dapat dilakukan dengan cara tanpa diklem atau tanpa menghentikan
aliran infus, namun cara ini sangat jarang sekali dilakukan oleh tenaga medis
karena dianggap kurang efektif, walaupun secara teoritis tindakan ini memiliki
beberapa keuntungan yang utama, karena obat dimasukkan secara bersamaan dengan
cairan infus, viskositas obat menjadi turun sehingga pasien tidak begitu merasa
nyeri (Burner, 2009).
Adapun persamaan antara tindakan injeksi via
bolus di lapangan dengan teori yang diperoleh di akademik yaitu:
1. Mengatur posisi
pasien senyaman mungkin.
2. Mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
3. Mencari daerah
penyuntikan obat pada karet selang infus (bolus)
4. Menarik jarum
keluar setelah obat dimasukkan.
5. Membereskan
alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
6. Melakukan
dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Injeksi intravena (bolus) adalah
pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena atau
melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Pemberian obat
melalui intravena dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian obat
intravena secara langsung dan pemberian obat intravena secara tidak langsung.
Pemberian obat secara tidak langsung terdiri dari dua cara, yaitu melalui intra
selang (baik mengklem atau tidak mengklem
selang infuse) dan secara drip. Untuk memberi kenyamanan pada pasien, maka
bidan yang juga bertugas merawat harus dapat memilih cara pemberian injeksi
intravena dengan baik, sebisa mungkin cara yang diambil adalah cara
penginjeksian dengan rasa nyeri dan komplikasi yang rendah.
B. Saran
1. Untuk institusi, metode pembelajaran
yang diterapkan sudah baik, namun lebih di tingkatkan pada praktik di
laboratorium agar mahasiswi lebih terampil saat
melakukan tindakan dan melaksanakan prosedur dengan benar saat akan
turun praktik di rumah sakit
2. Untuk Rumah sakit, diharapkan agar
dalam setiap praktik baik diruang manapun di RSUD dr.Fauziah Bireuen dapat tersedia alat dan bahan yang sesuai dengan
teori, sehingga mahasiswi dan para perawat dapat melakukan tindakan atau
melaksanakan prosedur dengan baik.
3. Untuk Mahasiswi, diharapkan setelah
melakukan praktik, mahasiswi dapat melakukan tindakan pemberian injeksi
intravena sesuai prosedur yang benar, selalu melakukan tindakan pencegahan
infeksi, lebih disiplin dan aktif dalam mengikuti praktik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslam M, Tan CK, dan Prayitno A. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, dan
Musrifatul. 2008 . Keterampilan Dasar Praktik Klinik . Jakarta :
Salemba Medika
Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Post a Comment