BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama adalah
suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik.
Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan
ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran
tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari
agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan
materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak,
sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati
yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka
sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama
ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya
mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan
norma atau ajaran agama.
Banyak penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang
tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan
penyakit psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi
tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat
disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan
positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif
dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata
bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi,
religi bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat
mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
lmu kedokteran
psikosomatik -oleh ilmuwan Belanda Prof V. Rijnberk- dinamai juga ilmu
kedokteran kesusilaan. Alasannya, bila seseorang sakit, seluruh jasmani dan
rohaninya sakit. Bukan sebagian atau hanya jasmaninya yang sakit. Pendapat baru
ini mungkin dapat digunakan sebagai pembuka jalan ke arah dunia kedokteran
baru.
Ilmu kedokteran
menjadi pembuka tabir rahasia seperti yang terbukti dalam kehidupan manusia.
Alexis Carel, Freud, Jung, dan Robert, misalnya, adalah nama-nama ahli ilmu
kedokteran yang memecahkan masalah-masalah yang tidak mungkin dapat diperoleh
oleh ahli-ahli di lapangan ilmu pengetahuan lain. Dengan pendapat baru itu,
ilmu kedokteranlah yang pertama mengerti bahwa di antara ilmu kedokteran,
filsafat, dan agama, ada tali hubungan. Dengan tali-tali hubungan itu, kita
dapat mengerti kesatuan berupa makhluk hidup yang dinamai manusia sebagai
keseluruhan, bukan sebagai reduksi.
download lengkap Makalah
B.
Tujuan
Beradasarkan
latar belakang diatas maka yang dapat dijadikan sebagai tujuan pembahasan yaitu
:
1.
Untuk
mengetahui definisi agama
2.
Untuk
mengetahui definisi kesehatan
3.
Untuk
mengetahui hubungan agama dengan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Agama
Agama dianggap
sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua akar
suku kata yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama “ yang berarti kacau sehingga
artinya tidak kacau. Hal itu mengandung pengertian bahwa
agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.
Dalam bahasa Indonesia agama juga dikenal dengan kata addin dari bahasa
arab yang artinya hukum, kata ini juga mengandung arti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa
peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama
selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh
kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama.
Agama lebih
lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang apabila tidak dijalankan oleh
seseorang akan menjadi hutang baginya, dan paham mengenai kewajiban dan
kepatuhan ini membawa pula pada paham balasan yang baik dari Tuhan pada yang
menjalankan kewajiban dan yang patuh dan bagi yang tidak menjalankan kewajiban
dan tidak patuh akan mendapatkan balasan yang tidak baik.
Agama merupakan salah satu struktur
institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial, bahkan
kemasalah tentang kesehatan. Agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang
menata hubungan manusia dengan Tuhannya,manusia dengan manusia lain dan manusia
dengan lingkungannya. Banyak sekali definisi dari agama yang telah diajukan, namun
salah satu pendekatan yang paling komprehensif dalam menjelaskan agama adalah
pendekatan yang menyatakan bahwa agama mencakup:
a.
Doktrin (ajaran-ajaran tentang
keimanan);
b.
Mitos (narasi historis yang bersifat
sakral);
c.
Etika (kode-kode moral yang bersandar
pada ajaran Tuhan);
d.
Praktik peribadatan atau ritual (bentuk
penyerahan diri terhadap kekuatan adikodrati);
e.
Pengalaman keagamaan, mistik,
spiritual;
f.
Institusi sosial.
download lengkap Makalah
Agama adalah
suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik.
Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan
ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran
tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari
agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan
materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak,
sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati
yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka
sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama
ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya
mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan
norma atau ajaran agama.
Banyak penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang
tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini
dinamakan penyakit psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam
emosi tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang
dapat disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif
dan positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang
negatif dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti
nyata bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi,
religi bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat
mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
B.
Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Namun, secara umum pengertian kesehatan
yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum seseorang dari segi semua aspek.
Dalam pengertian kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari
fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk
manusia.
Pengertian
kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita kenal sebagai Organisasi
Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang mana pengertian
kesehatan merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu
kelemahan atau ketiadaan suatu penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental
dan fisik serta juga kesejahteraan sosial.
Pemfokusan pada
definisi kesehatan dan evolusi selama enam dekade pertama hanya pada segelintir
publikasi saja. Sebagian dari mereka memfokuskan pada kekurangan nilai
operasional serta juga permasalahan yang timbul pada pemakaian kata ‘lengkap’
tersebut.
Kemudian yang
lainnya mengungkapkan tentang definisi kesehatan yang masih belum diubah dari
semenjak tahun 1948 yaitu kalimat ‘hanya yang buruk’.
Pengertian
kesehatan kemudian diungkapkan lagi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO
pada Piagam Ottawa yang didedikasikan untuk promosi kesehatan pada tahun 1986.
Pada saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut menyatakan bahwa
kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan sumber daya untuk hidup
sehari-hari. Selain itu, kesehatan dikatakan juga sebagai suatu konsep yang
positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga sumberdaya sosial.
Kemudian
pengertian kesehatan juga merupakan suatu keadaan atau kondisi dari jiwa dan
raga serta juga sosial yang dapat menjadikan seseorang dengan kehidupannya yang
produktif baik dari segi ekonomi maupun dari segi kehidupan sosialnya.
C.
Hubungan Agama dengan
Kesehatan
Pergeseran zaman
dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah
dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan
metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan
penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri
atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis,
tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu,
jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau
baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu sakit.
Dengan demikian, berkembanglah ilmu kesehatan
yang dapat mengurangi atau malah dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah
satunya dengan operasi, menurut sebagian orang operasi itu bisa mengurangi atau
menyembuhkan penyakit. Pada zaman dahulu, pengobatan modern seperti yang kita
saksikan saat ini belum sempurna, peralatannya pun masih sederhana, misalnya
dengan tanaman -tanaman yang di sekitar kita (herbal), kita juga menggunakan
alat yang sederhana pula, seperti untuk menutup luka hanya menggunakan kain
seadanya.
Namun, kita
juga belum bisa menghubungkan mana yang
berdasarkan ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara bekam,
bekam merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti ini dapat kita amalkan kepada orang lain.
Disamping itu, bekam juga dapat meringankan penyakit – penyakit tertentu,
seperti halnya pada orang yang mengalami
pegal-pegal pada bunggung,tengkung dan bagian tubuh yang lain dengan cara
mengeluarkan darah kotor yang dapat menyumbat sirkulasi darah pada jaringan
tertentu.
Ada pula
pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama agama Islam, seperti terapi
urine yang sudah terbukti mengurangi resiko diabetes mellitus dengan cara
meminum air kencing yang pertama kali keluar saat pagi hari. Dari pandangan
agama, itu sangat diharamkan, karena seperti halnya minum alkohol ataupun makan
bangkai, air kencing merupakan zat sisa dari metabolism tubuh yang mengandung
racun (toksik) , dan apabila terlalu sering dikonsumsi maka akan terjadi
kerusakan pada hati dan organ lainnya.
1.
Pola Hubungan Saling Berlawanan.
Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai dua bidangkehidupan
yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi
wacana prokontra.
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yangdianjurkan
dalam bidang kesehatan tidak selaras dengan apayang dianjurkan dalam agama
Misalnya mengenai terapi dengan urine, pengobatan dengan hal yang
memabukkan atau pencegahan HIV/AIDS melalui kondom.
Dalam konteks ini, urine menurut ajaran islam adalah sesuatu hal
yang najis. Oleh karena itu, terapi kesehatan dengan menggunakan urine
sesungguhnya merupakan hal yang bertentangan. Begitu pula pengobatan dengan
menggunakan barang atau benda-benda yang diharamkan misalnya alkohol.
Promosi tentang penggunaan kondom untuk menghindarkan diri dari
sebaran HIV/AIDS merupakan suatu program yang memiliki irisan moral dengan
Agama. Program ini dapat diapresiasikan oleh kalangan agama sebagai kebijakan
yang membuka peluang perilaku pergaulan beba satau scrimplisit kebijakan itu
seakan berbunyi “bolehkan free sex asalkan pakai kondom”
2.
Pola Hubungan Mendukung.
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi
salingmendukung. Orang yang akan melaksanakan ibadah haji membutuhkan peran
tenagamedis untuk melakukan general check up supaya kegiatan ibadah hajidapat
berjalan lancar.
Tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang telah
diakui oleh kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Itu ajaran agama
sejatinya memiliki potensi untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan.
download lengkap Makalah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama dan
kesehatan saling berhubungan, polanya pun sangan beragam yaitu saling melawan, saling
mendukung, saling melengkapi dan saling berjalan pada kewenangannya sendiri.
Namun, kita juga belum bisa
menghubungkan mana yang berdasarkan ajaran agama atau tidak. Semisal,
pengobatan dengan cara bekam, bekam merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah
SAW, berarti ini dapat kita amalkan
kepada orang lain. Ada pula pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama
agama Islam, seperti terapi urine.
Aspek agama itu sendi juga termasuk dalam
kesehatan dan sebaliknya kesehatan juga ada pada agama. Seperti halnya, di
dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh
melakukan diskriminasi terhadap pasien terutama dalam hal keagamaan. Ada 2 hal
yg perlu diperhatikan yaitu ajaran agama secara normatif dan ada perilaku
keagamaan yg riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat. Fungsi dari agama
sangat berpengaruh bagi kesehatan yaitu sebagai moral, sebagai sumber keilmuan,
sebagai amal kesehatan.
B.
Saran
Penulis beharap
makalah ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna bagi para pembaca dan dapat
menjadi pelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup kita sesama manusia
yang dilaksnakan melalui proses yang disebut interaksi sosial.
Akhir kata,
penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan pada makalah
ini yang kurang berkenan. Penulis sebagai mahasiswi yang masih membutuhkan
kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah B. Purwakanta Hasan, Psikologi Perkembangan
Islami, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Rakhamat Jalaluddin, Psikologi Agama sebuah
pengantar,PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2003.
Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.
download lengkap Makalah
0 komentar:
Post a Comment