Fokus asuhan
persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan
kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih
dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh
dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
1)
Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang
disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang
paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2)
Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin
karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.
3)
Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
4)
Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa
tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan,
berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.
5)
Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan
teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi
utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan
bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar
tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan
lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.
Paradigma baru
(aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu
membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena
sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana
kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila
dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih
agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif
terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan
secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu
masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara
bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
0 komentar:
Post a Comment