Mengeluh, memaki-maki
keadaan, mengganggap diri lemah, menyalahkan diri sendiri adalah situasi yang
mewakilkan dari “keterbatasan”: Daripada kita terhanyut dengan sekumpulan
tetesan peluh dan keluh kesah, lebih baik kita berpikir positif dan
meyakinkan diri bahwa belenggu keterbatasan itu dapat kita patahkan dengan rasa
optimis dan mensugestikan diri bahwa kita dapat meraih apa yang kita inginkan.
Kita bisa mencontoh kreativitas air. Jika air dibendung, ia akan meluap,
kemudian merembes melewati kedalaman tanah. Air tetap akan merembes walaupun di
sekelilingnya ada botol kaca atau kain penutup.
Pertanyaannya sekarang
adalah potensi apa yang dapat kita luapkan jika ia dibendung kebuntuan? Potensi
apa yang dapat kita rembeskan jika kita terkurung oleh botol atau kain
keadaan?.
Kita sendiri yang dapat
menjawab pertanyaan dari rasa keraguan itu dan memahami peta kekuatan maupun
peta potensi yang tertanam pada diri untuk membuka ruang-ruang kesuksesan. Ada
kalanya ketika cita-cita atau mimpi tak sesuai dengan kehendak-Nya, disinilah
saat dimana ujian kesabaran untuk meningkatkan tingkat kedewasaan kita. Ketika
semangat dipatahkan dan kegagalan menyelimuti diri, disinilah dimana kita
dituntut untuk berpikir maju dan tidak monoton.
Sampai pada akhirnya
ketika kita menemukan potensi dan diminta untuk mengukir mimpi pada jalan baru
yang ditentukan oleh-Nya, disinilah baru kita tersadar bahwa potensi unggulan
yang tidak terduga sebelumnya lebih dahsyat dari apa yang pernah terlintas
sebelumnya. Yakinlah, dibalik keterbatasan ada pintu kesuksesan yang melalui
jalur lain pada waktu bersamaan.
Percayalah, kita
disediakan jalan yang berbeda-beda tetapi hanya kita yang mampu “mewarnai
kanvas putih” pada kehidupan kita sendiri dan itu tergantung pada apa
yang kita usahakan dan terserah pada kita, apakah mau mendayagunakan potensi
unggulan itu atau tidak. Karena biasanya usaha berbanding lurus dengan hasil.
0 komentar:
Post a Comment