A.
Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu
puer yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan
yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan
sebelum hamil.
Periode
masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga
sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada
masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan
bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan
maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun
akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009). Asuhan masa nifas diperlukan dalam
periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002). Secara
tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Yaitu
ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat
darahnya dari vagina sehingga tidak bersih. Pada saat itu, tanpa disadari zat
darah tersebut, lochea, yang merupakan campuran dari darah dan produk jaringan
dari dinding rahim secara perlahan-lahan luruh, ketika rahim mengalami
pengecilan kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi
pemisahan selama periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak
pengaruh terhadap sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak
bersih, sampai kini (Jones, 2005).
2.
Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a)
Periode immediate
postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b)
Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c)
Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada
periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
3.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan
kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan
pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan
komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung
dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus
dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati,
2009).
4.
Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Pada
masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, masa nifas dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi
dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Kunjungan pertama, dilakukan pada
6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah
pendarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan, dan merujuk bila pendarahan berlanjut, memberikan konseling kepada
ibu dan salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas
karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia dan
jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
Kunjungan
kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan
tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau cairan, dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu mengenali asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari. Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu
setelah persalinan, kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua.
Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan keempat dilakukan 6 minggu
setelah persalinan yang merupakan kunjungan terakhir selama masa nifas
kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit
yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan
KB secara dini. (Prawirohardjo B, 2002).
5.
Perubahan fisiologis pada masa nifas
a)
Perubahan sistem reproduksi
Selama
masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital
ini dalam keseluruhan disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga
perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjer
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
Setelah
janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta
lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai
suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15 cm, lebar lebih
kurang 12 cm dan tebal lebih kurang 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih
5 cm sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian
lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas
simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat
diraba lagi diatas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu
luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.
1) Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu
postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu post
partum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus menjadi
40 sampai 60 gram (berat uterus normal kurang lebih 30 gram). otot-otot uterus
berkontraksi segera postpartum. pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta dilahirkan (Prawirohardjo C, 2002).
2) Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim
yang kini telah mengerut kembali ke ukuran semula, selama kehamilan, rahim
merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim melindungi janin dari
lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri. Dan akhirnya dengan kontraksi
ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut telah di
lalui, dan rahim menjalani involusi, segera setelah melahirkan, berat badan
menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat membulat,
mencapai tali pusar, pada hari ke 14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut
menjadi 350 gram dan tidak lagi dapat di rasakan keberadaannya di dalam perut,
pada hari ke 60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke ukuran normal.
Involusi di sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan
substansinya. Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea
(Jones, 2005).
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau kruenta,
terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, pada hari ke 3 sampai ke 7 keluar cairan
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 7 sampai ke 14
cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah 2
minggu, lokea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokia alba.
Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih
terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika
bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang
menandakan adanya infeksi.
3)
Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5
mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin.
Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
4)
Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh
corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik
berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b)
Perubahan sistem pencernaan
Sering
terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena
makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut
buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas
dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai
empat hari setelah persalinan.
c)
Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali
normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan,
lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan (Rahmawati, 2009).
d)
Perubahan sistem
muskuloskeletal
Otot-otot
uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis,
serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang
pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen,
fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
e)
Perubahan
tanda-tanda vital
1)
Suhu tubuh
wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi
8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi
infeksi pada klien.
2)
Nadi berkisar
antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi Bradikardia.
Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan
belebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya denyut
nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit
meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
3)
Tekanan darah
pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
6.
Perawatan pada masa nifas
Perawatan
postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan
pendarahan postpartum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
bekas efisiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya
penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam postpartum
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya pendarahan post partum. Umumnya wanita
sangat lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus cukup dalam pemenuhan
istirahatnya. Dari hal tersebut ibu harus di anjurkan untuk tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke
kiri, untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu di
perbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah
diperbolehkan pulang (Prawirohadjo C, 2002).
Ibu
diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc,
maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Sebab-sebab ibu postpartum
mengalami sulit berkemih yaitu: berkurang tekanan intra abdominal, otot-otot
perut masih lemah, edema dan uretra, dinding kandung kemih kurang sensitif. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari ke dua
postpartum. Jika hari ke tiga belun juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
per oral tau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa
BAB, maka dilakukan klisma (huknah). Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Bila
wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mules, dapat diberi
analgetik atau sedatiif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam
postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang
timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontra indikasi untuk menyusui bayinya,
seperti wanita yang menderita tifus adominalis, tubercolosis aktif, diabetes
mellitus berat, psikosis, puting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain. Bayi
dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat menyusui oleh karena tidak
dapat mengisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang
menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi
yang dilahirkan dengan alat seperti ekstrasi vakum atau cunam dianjurkan untuk
tidak menyusui sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada
hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusui bila
tidak ada kontra indikasi. Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak
kehamilan, areola mamma dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi
minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan
pecah-pecah, sebelum menyusui mamma harus dibikin lemas dengan melakukan
massage secara menyuluruh. Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan,
barulah bayi disusui (Prawirohardjo C, 2002). Dianjurkan ibu agar istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur (Saleha, 2009).
B.
Konsep
budaya dalam Perawatan postpartum
1. Definisi Budaya.
Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal
yang berkaitan dengan akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin,
2009).
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya
sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat,
ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni
dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003).
Variasi biasa terlihat
diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan
dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan
individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi
perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan
pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa
keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan
perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene
& Gloria, 2001).
2.
Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas
Kebudayaan
maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada
pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu
nifas (Syafrudin, 2009).
Faktor
yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil,
bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping
faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang
mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak
melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu
hamil, bersalin dan nifas (syafrudin. 2009).
Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat
pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara
yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan
masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing
(syafrudin, 2009).
Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada
masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga
tidak bagus untuk rahim (Syafrudin, 2009).
Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain:
1)
Harus
pakais andal kemana pun Bufas pergi, selama 40hari.
2)
Harus
memakai Stagen /udet/ centing. (positif)
3)
Minum
jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4)
Pakai
lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya cepat hilang.
5)
Tidak
boleh bicara dengan keras keras
6)
tiap
pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah lancar
.
7)
kalau
tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu
dapatmempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/
mudah terkenaVarises.
8)
Harus
banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9)
Tidak usah
memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.
Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa,
upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap
wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah
seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat
penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan
sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung
dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat
istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang
bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan
masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat
(Syafrudin, 2009).
C.
Aspek Sosial Budaya Masa Nifas
Masa nifas
adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nias yaitu 6-8 minggu
(Rustam Mochtar, 1998). Tujuan perawatan masa nifas yaitu:
1) Memulihkan kesehatan umum penderita,
2) Mendapatkan kesehatan emosi yang stabil,
3) Mencegah terjadinya ineksi dan komplikasi,
4) Memperlancar pembentukan ASI, dan
5) Agar penderita dapat melaksanaan perawatan sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik.
Keadaan
psikologis pada masa nifas meliputi insting keibuan, yang merupakan perasaan
dan dorongan yang dibawa sejak manusia dilahirkan, yang ada dalam seorang
wanita untuk menjadi seorang ibu yang selalu memberi kasih sayang kepada
anaknya. Sikap ini berada dengan sikap pria dewasa. Walaupun mereka menyukai
anak bayi, tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita. Reaksi ibu setelah
melahirkan ditentukan oleh tempramennya. Bila ibu bertempramen gembira, ibu
biasanya menjadi ibu yang lebih sukses, sedangkan ibu yang selalu murung kemungkinan
mengalami kesulitan dalam tugasnya sebagai seorang ibu. Selain itu, kemungkinan
pula timbul reaksi kecemasan reaksi kekecewaan karena kedatangan bayinya belum
diharapkan. Untuk mengadakan penyesuaian tersebut kemungkinan ibu dapat
mengatasinya sendiri atau memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tugas bidan
untuk memberi bantuan yang merupakan bimbingan agar ibu dapat mengatasi
masalahnya. Kebutuhan ibu masa nifas meliputi:
1) Kebutuhan fisik,
Selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Untuk memenuhi
kebutuhan fisik seperti istirahat, makanan yang bergizi, lingkungan bersih
dilakukan pengawasan dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari
lingkungan setelah ibu pulang nanti.
2) Kebutuhan psikologis.
Kebutuhan bagi tiap-tiap individu bahwa manusia butuh diakui, dihargai,
diperhatikan oleh manusia lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
psikologis, bidan dan keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan
menunjukan rasa simpati dan menghormati.
3) Kebutuhan sosial,
Ibu dipenuhi dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga mendampingi ibu
bila murung, menunjukkan rasa saying pada bayi, memberi bantuan dan pelajaran
yang dibutuhkan untuk mengembalikan kesehatannya.
D. Macam-Macam Aspek Sosial Budaya Pada Masa Nifas
1.
Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur ,
daging , udang , ikan laut,nanas , dan makanan yang berminyak . dampak negative
akan dilarangnya mengkonsumsi telur , daging , udang , ikan laut , nanas , dan
makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu
membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan
dampak positif dari larangan ini tidak ada , karena seharusnya ibu mengkonsumsi
telur , ikan karena baik untuk hasil produksi susu ibu bagi bayinya .
2.
Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang .
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu
tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu
harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat , selain itu ibu pun harus
makan yang teratur , karena saat masa nifas ibu bukan hanya memberikan vitamin
atau pun zat lainnya untuk tubuh , tapi ibu pun memberikan asupan untuk bayinya
dengan menyusui .
3.
Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu
dan tempe tanpa rasa (tanpa di beri rasa atau di beri garam) , selain itu ibu
pun di larang untuk banyak makan dan banyak minum , bahkan ada yang beredar
bahwa bila ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di konsumsi
. Padahal seharusnya ibu memakan makanan yang sehat karena akan mempercepat
penyembukan pada kandung ibu .
4.
Pada masa nifas dan saat menyusui , ibu harus puasa ,
tidak makan makanan yang padat setelah waktu maghrib . Hal ini dibenarkan
karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa
nifas mengalami penimbunan lemak , namun terdapat dampak negatifnya yaitu ibu
menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang
5.
Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru
lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2
kali dalam bulan pertama yaitu umur 0 - 7 hari dan 8 - 30 hari .
6.
Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau
diurut , diberi pilis atau lerongan dan tapel .
Dalam hal ini jika pijatannya benar maka peredaran
darah ibu dan bayi menjadi lancar namun jika pijatan yang salah sangat
berbahaya karena dapat merusak kandungan . Pilis dan tapel dapat merusak kulit
bagi yang tidak kuat atau menyebabkan alergi .
7.
Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air ,
disaring , dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
8.
Dalam hal ini sama sekali tidak memiliki dampak yang
positif karena abu , dan asam tidak mengandung zat yang di gunakan ibu untuk
memproduksi ASInya , dan abu serta asam ini tidak mempengaruhi ibu untuk
memproduksi ASInya lebih banyak.
9.
Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dari sisi medis , sanggama memang dilarang selama 40
hari pertama usai melahirkan . Alasannya , aktivitas yang satu ini akan
menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim , yakni
mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula Contohnya infeksi atau
akan perdarahan ataupun pengaruh psikologis , kekhawatiran akan robeknya
jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi .
10. Adapun sosial
budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat , contoh lainnya adalah seorang
ibu yang ingin keluar rumah harus memakai sendal jepit selama 40 hari selama
masa nifas .
Kemudian harusd
smeminum jamu , agar rahim ibu cepai memulih . Padahalksebenarnya , tidak harus
meminum jamu pun rahim ibu akan memulih , hanya dengan mengkonsumsi makanan
yang bernutrisi .