12 August 2015

Pemasangan Kateter Dengan Nefrolitiasis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Nefrolitiasis
1.      Definisi Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

2.      Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :

a.       Faktor Intrinsik :
1)      Herediter (keturunan).
2)      Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
3)      Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.
b.      Faktor Ekstrinsik :
1)      Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2)      Iklim dan temperatur
3)      Asupan air :
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4)      Diet :
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
5)      Pekerjaan :
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.




3.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2011) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
a.       Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
b.       Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
c.       Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di area koskovertebral.
d.      Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
e.       Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
f.        Hematuria.
g.       Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

4.      Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2010) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a.       Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.
b.      Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c.       Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d.      Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e.       Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f.       Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g.      Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h.      Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i.        Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j.        Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

B.     Tindakan Pemasangan Kateter
1.      Definisi
Kateter adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dimasukkan dalam kandung kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih yang melalui uretra.
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urin.

2.      Tujuan
a.       Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
b.      Untuk mengumpulkan specimen urine
c.       Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
d.      Untuk mengosongkan kantung kemih sebelum dan selama pembedahan

3.      Persiapan Alat
a.       Handscone
b.      Spuit 10 cc
c.       Kateter urine
d.      Kapas sublimat
e.       Jelly
f.       Urine bag
g.      Selimut
h.      Pengalas
i.        Plester dan gunting perban
j.        Bengkok


4.      Prosedur Pemasangan Kateter
a.       Memberitahu dan menjelaskan pada klien.
b.      Mendekatkan alat-alat
c.       Memasang sampiran
d.      Mencuci tangan
e.       Menanggalkan pakaian bagian bawah
f.       Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
g.      Menyiapkan posisi klien
h.      Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i.        Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
j.        Lakukan vulva higyene
k.      Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
l.        Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
m.    Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
n.      Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
o.      Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
p.      Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
q.      Membereskan alat
r.        Mencuci tangan

C.    Manajemen Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
   Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ada tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney adalah:
1.      Langkah I (Pertama):  Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a.       Riwayat kesehatan
b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c.       Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d.      Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
2.      Langkah II ( kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
3.      Langkah III (ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4.      Langkah IV (Empat):   Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien serta dapat merujuk sesuai kondisi klien.
5.      Langkah V (Kelima): Merencanakan Asuhan Menyeluruh
      Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau maslah yang telah diidentifikasi atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6.      Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan.
7.      Langkah VII  ( ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
.





BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Gambaran Umum Lahan Praktik
1.      Gambaran Umum Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
            Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum. Rumah sakit umum memberikan pelayanan  kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, ibu hamil dan sebagainya.
2.      Gambaran umum ruang pengambilan kasus (Mangga)
Ruang Urulogi adalah suatu ruang dari Rumah Sakit tempat penginapan dan perawatan bagi pasien yag rawat inap.
Kamar mangga menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk meninjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.



B.     Pemasangan Kateter pada Bapak M dengan Nefrolitiasis di Ruang Urologi Kamar Mangga.
Rumah Sakit                     : RSUD dr.Fauziah Bireuen
Ruang Rawat/ Kamar       : Urologi/ Mangga
No. Register                      : 172475
Tanggal Masuk                  : 21-06-2015
Tanggal Pengkajian           : 22-06-2015

I.       Pengkajian
a.       Identitas Pasien
1)      Nama                           : Bapak M
2)      Umur                           :  70 Tahun
3)      Anak ke                       : 6 dari 4 bersaudara
4)      Pendidikan                  :  SMA
5)      Alamat                        : Tufah, Jeunieb
6)      Penanggungjawab       : Anaknya
7)      Nama orang tua           : Aminah
8)      Pendidikan terakhir     : SMP
9)      Pekerjaan                     : IRT
10)  Alamat                        : Tufah, Jeunieb
b.      Riwayat Kesehatan lalu    : Tertahan Kencing
c.       Riwayat kesehatan sekarang         : batu ginjal
1)      Keluhan Utama           : Bapak megeluh tertahan kencing
2)      Keluhan Tambahan     : Rasa nyaman berkurang
d.      Pemeriksan Fisik
1)      Kesadaran                   : Stabil
2)      Keadaan Umum          : Lemah
3)      Tanda tanda vital        :
a)      Tekanan darah       : 160/100 mmHg
b)      Suhu Tubuh           : 380C
c)      Denyut Nadi         : 84 x/menit
d)     Pernafasan             : 20 x/menit
4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Kepala                   : Simetris
b)      Mata                      : Kelopak mata            : tidak edema
  Konjungtiva   : pucat
c)      Wajah                    : normal
d)     Telinga                  : normal
e)      Hidung                  : normal
f)       Mulut                    : lidah dan gigi normal
g)      Leher                     : normal
h)      Dada                     : normal
i)        Punggung              : normal
j)        Ekstemitas atas     : normal
k)      Ekstemitas Bawah            : norma
l)        Benetalia               : normal

e.       Pemeriksaan Penunjang
1)      Darah (Hb)                  : 11,6
2)      Urine                           : Jumlah 250 cc
3)      Diagnosa medis           : Batu Ginjal

II.    Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Diagnosa                     : Bapak M umur 70 tahun dengan batu ginjal
Data Dasar                  : TD : 160/100 mg
Masalah                       : Bapak merasa kurang nyaman

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Ptensial      : Retensio Urine
Masalah     : Batu Ginjal

IV. Tindakan Segera Atau Kolaborasi
1.      Observasi keadaan pasien
2.      Kaloborasi dengan dokter spesialis Urologi

V.    Perencanaan
1.      Bina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
2.      Observasi tanda tanda vital
3.      Berikan cairan infus yang cukup
4.      Atur posisi pasien senyaman mungkin


VI. Pelaksanaan
1.      Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
2.      Memberitahukan  hasil pemeriksaan bahwa :
TD             : 110/100 mmHg
RR             : 20 x/menit
Pols            : 84 x/menit
Temp         : 380C

Prosedur Tindakan
1)      Memberitahu dan menjelaskan pada klien.
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien
8)      Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
10)  Lakukan vulva higyene
11)  Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
12)  Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
13)  Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
14)  Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
15)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
16)  Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
17)  Membereskan alat
18)  Mencuci tangan

VII.   Evaluasi
1.      Pasien suda merasa nyaman karena saat kencingnya tak tidak tertahan lagi
2.      Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
3.      Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
4.      Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.