04 August 2011

ANTENATAL CARE (ANC)


Pendahuluan
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun diantaranya 99 % terjadi di negara berkembang.
Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung dari kehamilan atau persalinannya (Depkes, 1999). Penyebab langsung kematian tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah ibu hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria (SKRT, 2001). Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2003).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002). 
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro, 2006).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko (Manuaba, 1999). Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi ( Saifuddin, 2002). 
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kamatian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatar belakangi resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko (Elverawati, 2008). Faktor lain seperti usia ibu ketika hamil dan melahirkan, Ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (di atas 35 tahun), Frekuensi melahirkan telah empat kali melahirkan atau lebih dan jarak antar kelahiran atau persalinan kurang dari 24 bulan, termasuk kelompok yang berisiko tinggi dan menambah peluang kematian ibu semakin besar (Sumarjati, 2005).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Definisi
Antenatal Care/ Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 1996).
Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Tujuan Pelayanan
·         Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
·         Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
·         Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
·         Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial (Kusmiyati, et al., 2008).

Kunjungan antenatal
Kunjungan antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan (Meilani, et al., 2009).
Menurut kebijakan dari Pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil. Dengan ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada trimester kedua, minimal dua kali pada trimester ketiga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal:
a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang antental care
b. Kesibukan
c. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
d. Dukungan suami yang kurang
e. Kurangnya kemudahan untuk pelayanan
Kunjungan antenatal merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidan diamati oleh pihak luar (Notoatdmodjo, 2003).

03 August 2011

Membuka File Postscript (PS)


File ekstensi .ps? file apa yah?? Mungkin sebagian dari kita ada yang bertanya-tanya tentang ekstensi file .ps? yah… mungkin karena file ekstensi ini kurang familier di telinga kita dan sebagian besar dari kita lebih familier dengan ekstensi .pdf (Portable Document Format) bukan?
Nah terkadang muncul problem ketika kita sedang mencari dan mau mengunduh jurnal online tapi ekstensi jurnal ini adalah .ps? trus membukanya pake apa yah…??? Mari menuju pencerahan
Pada postingan ini ijinkan saya memaparkan dalam file tutorial bagaimana cara membuka file ekstensi .ps dengan menggunakan Software-Freeware PDF CREATOR.
Berikut Petunjuk Install PDF CREATOR Download disini

24 July 2011

Asfiksia neonatorium

LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorium adalah keadaan bayi lahir yang tidak dapat berapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Sarwono Prawirohardjo, 1992).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (APN).
Asfiksia dibagi menjadi :
1) Asfiksia Berat (Nilai APGAR 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun maka pemberian obat-obat lain serta massase jantung sebaiknya segera dilakukan.
2) Asfiksia ringan-sedang (Nilai APGAR 4-6)
Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam 1 menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengan kepapa dorsofleksi.
Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut penolong diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum pernapasan. Peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali semenit dan diperhatikan gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Jika terjadi penurunan frekuensi jantung dan tonus otot maka bayi dikatakan sebagai penderita asfiksia berat.
Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang menimbulkan sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.
B. PENYEBAB ASFIKSIA
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang sehingga aliran oksigen janin berkurang dan akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
Faktor-faktor dari keadaan ibu sebagai berikut :
a. Preeeklampsi dan eklampsi
b. Perdarahan abnormal
c. Partus lama / partus macet
d. Deman selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan post matur
Dilihat dari tali pusat dapat juga menjadi penyebab terjadinya asfiksia BBL adalah sebagai berikut :
a. Lilitan tali pusat
b. Tali puat pendek
c. Prolapsus tali pusat
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia
a. Bayi premature
b. Persalinan sulit (letak sungsang, gemell, distosia, ekstraksi vakum, forcep)
c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur mekonium
C. DIAGNOSIS
Asfiksia yang terjadi pada bayi merupakan kelanjutan dari hipoksia janin, Dianosis hiposia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Hal ini berikut yang perlu mendapat perhatian :
a) Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah 120 sampai 160 denyutan dalam satu menit. Selama his frekuensi ini biasanya tetapi di luar his kembali lagi ke keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun di bawah sampai 100 di luar atau lebih jika teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
b) Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan.
Penilaian asfiksia BBL dalam melakukan resustasi ditentukan oleh tiga aspek yang sangat penting yaitu :
  1. Pernapasan
  2. Denyut jantung
  3. Warna kulit
Selengkapnya Hub..... saputra.atjeh@gmail.com