06 December 2013

Tutorial Instal Ubuntu 11.10. Unity

Jika versi sebelumnya Ubuntu masih menyediakan antar muka Gnome classic sebagai pilihan disamping Unity yang sudah menjadi default GUI sejak Ubuntu 11.04. Pada rilis terbaru ini, Gnome classic sudah tidak lagi disertakan secara default di Ubuntu 11.10. Unity telah menjadi default sesi untuk Ubuntu dan Unity 2d menggantikan Gnome classic sebagai pilihan sesi ketika perangkat grafis yang digunakan belum mendung openGL dan atau driver grafis belum diinstal sehingga Ubuntu tidak mengenalinya.
>>>>>> Selengkapnya >>>>>>

05 December 2013

Jangan Tidur Terlalu Malam !




Para dokter di National Taiwan Hospital baru-baru ini mengejutkan dunia kedokteran karena ditemukannya kasus seorang dokter muda berusia 37 tahun yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT)*, tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif menderita kanker hati sepanjang 10 cm !!
Selama ini hampir semua orang sangat tergantung pada hasil indeks pemeriksaan fungsi hati (Liver Function Index). Mereka menganggap bila pemeriksaan hasil index yang normal berarti semua OK. Kesalahpahaman macam ini ternyata juga dilakukan oleh banyak dokter spesialis. Benar-benar mengejutkan! Para dokter yang seharusnya memberikan pengetahuan yang benar pada masyarakat umum, ternyata memiliki pengetahuan yang tidak benar.Pencegahan kanker hati harus dilakukan dengan cara yang benar. Tidak ada jalan lain kecuali mendeteksi dan mengobatinya sedini mungkin, demikian kata dokter Hsu Chin Chuan. Tetapi ironisnya, ternyata dokter yang menangani kanker hati juga bisa memiliki pandangan yang salah, bahkan menyesatkan masyarakat, inilah penyebab terbesar kenapa kanker hati sulit untuk disembuhkan.

(Kanker Hati)

03 December 2013

02 December 2013

Gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang alat pelindung diri di kamar bersalin dan ruang nifas Rumah sakit ……

ABSTRAK

49 hal + VII Bab + 7 Tabel + 7 Lampiran

Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkatan keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Alasan bidan tidak menggunakan APD ketika bekerja, pada umumnya (52%) karena di tempat kerjanya tidak tersedia APD. Tidak tersedianya APD di sebagaian besar laboratorium yang diteliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari kepala laboraturium dalam penyedian APD, atau anggaran rumah sakit yang terbatas sehingga dana untuk pengadaan APD juga menjadi terbatas.  Alasan lain petugas tidak menggunakan APD adalah malas, lupa, tidak terbiasa dan repot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang alat pelindung diri di kamar bersalin dan ruang nifas rumah sakit dr. Fauziah Kabupaten Bireuen. Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Mei tahun 2012 di kamar bersalin dan ruang nifas rumah sakit dr. Fauziah Kabupaten Bireuen dengan jumlah sampel penelitian adalah 30 orang. Penelitian ini menggunakan data primer. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengolahan data diolah melalui tahap editing, coding, dan tabulating. Kemudian data dianalisa berdasarkan distribusi frekuensi dari setiap variabel. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Alat Pelindung Diri Di Kamar Bersalin dan Ruang Nifas Rumah Sakit dr. Fauziah Kabupaten Bireuen umumnya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 94% dan Gambaran Sikap Bidan Tentang Alat Pelindung Diri Di Kamar Bersalin dan Ruang Nifas Rumah Sakit dr. Fauziah Kabupaten Bireuen umumnya berada pada kategori negatif yaitu sebanyak 63%. Dari pengalaman penelitian ini terbukti bahwa bidan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam memberikan pelayanan kebidanan ini. Diharapkan kepada bidan untuk terus mempertahankan pengetahuan dan memperbaiki sikapnya tentang alat pelindung diri demi keselamatan bidan dalam menjalankan tugas.

Daftar Bacaan             : 15 Buku + 1 Jurnal + 1 Jurnal + 1 Makalah (1990-2011)

Kata Kunci                  : Pengetahuan, Sikap, Alat Pelindung Diri

Peran Bidan Dalam Rehabilitatif


1.       Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
2.       Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
3.       Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4.       Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
5.       Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap bersemangat dalam memulihkan kesehatan.
6.       Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menerima pasien sama seperti individu normal lainnya.

7.       Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi pada kesehatan pasien .

Asuhan keperawatan partus tak Maju

Partus Tak Maju
Partus tak maju adalah statu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar Paksa selama 2 jam terakhir
Etiologi
Factor-faktor penyebab adalah antara lain : kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, grandmulti, ketuban pecah dini.


06 October 2013

Asuhan Keperawatan Pada Keluarga TN. K Dengan Hipertensi


DAFTAR ISI
Halaman Judul   .....................................................................................................         i
BAB I        PENDAHULUAN
BAB II      TINJAUAN TEORITIS
BAB III     TINJAUAN KASUS
BAB IV     PEMBAHASAN
BAB V      KESIMPILAN DAN SARAN


Halaman Persetujuan Pembimbing   ......................................................................        ii
Halaman Abstrak  ..................................................................................................       iii
Halaman Kata Pengantar     ...................................................................................       iv
Halaman Daftar Isi  ...............................................................................................      vii
Halaman Daftar Tabel ...........................................................................................       ix
Halaman Daftar Lampiran   ...................................................................................        x


A.           Latar Belakang Penulisan  .........................................................        1
B.           Tujuan Penulisan    .....................................................................        4
C.           Metode Penulisan   ....................................................................        5
D.           Sistematika Penulisan   ..............................................................        6


A.           Konsep Dasar Keluarga     .........................................................        8
1.       Definisi Keluarga     ............................................................        8
2.       Tipe/Bentuk Keluarga  ........................................................        9
3.       Tugas Dasar Keluarga  ........................................................        9
4.       Tugas Perkembangan Keluarga   .........................................      11
5.       Fungsi Keluarga  .................................................................      13
6.       Tugas – Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan  ...........      14
B.           Konsep Dasar Penyakit  ............................................................      15
1.      Definisi Hipertensi    ...........................................................      15
2.      Anatomi dan Fisiologi   .......................................................      16
3.      Etiologi              ...................................................................      18
4.      Manifestasi Klinik  ..............................................................      20
5.      Penatalaksanaan  .................................................................      20
6.      Komplikasi   ........................................................................      22
7.      Dampak Masalah Terhadap Fungsi Keluarga     ..................      22
C.           Konsep Dasar Asuhan Keperawatan    ......................................      24
1.       Pengkajian  ..........................................................................      24
2.       Diagnosa    ...........................................................................      30
3.       Perencanaan    ......................................................................      31
4.       Pelaksanaan  ........................................................................      38
5.       Evaluasi    ............................................................................      39
            

A.           Pengkajian   ...............................................................................      40
B.           Diagnosa   ..................................................................................      67
C.           Perencanaan   .............................................................................      70
D.           Pelaksanaan   .............................................................................      81
E.            Evaluasi  ....................................................................................      81
F.            Catatan Perkembangan  .............................................................      87
                           

A.           Pengkajian Keperawatan   .........................................................      89
B.           Diagnosa Keperawatan   ............................................................      90
C.           Perencanaan  ..............................................................................      92
D.           Implementasi  ............................................................................      93
E.            Evaluasi   ...................................................................................      93


A.           Kesimpulan    .............................................................................      94
B.           Saran   ........................................................................................      96

Daftar Pustaka
Lampiran
Riwayat Hidup

Download Full KTI

Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit ..........

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secarra holistik dan unik diperlukan pendekatan yang komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid A.Y., 2000:3).
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008:28-29).
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna hidup. Dengan jelas, kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut mempraktikkan spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas dengan klien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan kilen (Potter & Perry, 2005:567).
Dari data yang diperoleh di ruang perawatan bedah Rumah Sakit Haji Makassar, jumlah klien rawat inap pada tahun 2007 sebanyak 335 dengan jumlah perawat diruang perawatan bedah sebanyak 15 orang, di ruang perawatan 1 sebanyak 16 orang dan perawatan 2 sebanyak 18 orang. Sedangkan jumlah pasien pada bulan mei diruang perawatan bedah sebanyak 25 orang, di ruang perawatan 1 sebanyak 11 orang dan perawatan 2 sebanyak 16 orang. Dengan melihat banyaknya jumlah klien disetiap ruang perawatan maka sudah sepantasnya perawat mampu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual yang lebih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pasien yang dirawat di ruang perawatan bedah Rumah Sakit ......... didapatkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di ruangan telah dilakukan oleh beberapa perawat tetapi belum maksimal dilaksanakan sepenuhnya.
Bertolak dari hal tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit ............
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Bab I yaitu latar belakang masalah, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah yaitu : “Adakah Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit .....r?”
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di Rumah Sakit .........
2.      Tujuan Khusus
Diidentifikasinya hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di Rumah Sakit .......

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Klien
Untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesinambungan.
2.      Bagi Ilmu Keperawatan / profesi
a.       Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi keperawatan.
b.      Masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian terkait untuk menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan individu.
3.      Bagi Institusi :
a.       Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian dengan judul yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.
b.      Sebagai sumber informasi pada institusi ...............agar dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya. 
4.      Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga terhadap peneliti dalam rangka menambah wawasan keilmuan.  

Pengaruh penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap prestasi belajar matematika pada materi peluang siswa kelas XI di ......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan itu sendiri dan kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber  daya manusia yang bermutu tinggi. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan.
Pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, hal ini tampak dari rendahnya prestasi belajar matematika. Menurut Zulkardi (2003:14) rendahnya prestasi belajar dan pandangan negatif siswa terhadap pelajaran matematika tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya adalah kurikulum yang padat, materi yang terlalu banyak, metode pembelajaran yang tradisional dan tidak interaktif serta sistem evaluasi yang buruk.
Menurut Slameto (2003:112) salah satu hal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang baik akan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang tidak baik pula. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode pembelajaran yang dipilih dengan tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran serta dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Ketidaktepatan dalam menggunakan suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika.
Hal ini disebabkan karena cara mengajar guru yang menggunakan metode konvensional dalam pengajaran sehingga siswa tidak tertarik dengan pelajaran. Akibatnya siswa tidak menyukai pelajaran, yang berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga siwa pasif. Untuk mengatasi masalah tersebut secara berkelanjutan maka perlu dicari suatu pembelajaran yang tepat, yaitu suasana pembelajaran yang melibatkan siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran dan siswa tertarik untuk mempelajari matematika yang berdampak positif sehingga meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Strategi yang menarik untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam memahami pelajaran matematika adalah strategi pembelajaran model Reciprocal Teaching  Strategi pembelajaran model Reciprocal Teaching merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya secara bergantian. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide dan gagasan atau pendapatnya sendiri.
Berdasarkan pengamatan di lapangan tepatnya di MAN Peusangan, diperoleh informasi bahwa matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Salah satu aspek materi pelajaran matematika di kelas XI MAN yang dianggap sulit oleh siswa adalah pada pokok bahasan peluang khususnya pada materi kaidah pencacahan yang bahwasanya pemahaman siswa terhadap materi tersebut masih sangat jauh seperti yang diharapkan. Anggapan ini mengakibatkan para siswa menjadi malas dalam belajar matematika, sehingga mereka masih enggan untuk ikut berperan aktif pada saat pembelajaran berlangsung dan menunjukkan hasil belajar mereka kurang memuaskan. Selain itu guru dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya pelajaran peluang pada pencacahan masih belum maksimal, ini disebabkan guru dalam menyampaikan materi masih terfokus pada buku paket tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam pemberian soal-soal untuk diselesaikan dan didiskusikan. Selain itu juga siswa sendiri masih belum aktif dalam memperhatikan pelajaran yang dijelaskan, dikarenakan siswa kurang serius dalam memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan melakukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalah yang di alami siswa kelas XI MAN Peusangan. Adapun yang akan peneliti lakukan untuk menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Tteaching, dimana dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching siswa akan dilibatkan secara aktif dan guru dalam mengajar akan memberikan penjelasan kepada siswa dan memberikan soal-soal kepada siswa untuk diselesaikan dan didiskusikan dengan tujuan untuk membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam menerima pelajaran matematikan khususnya pada materi peluang.
Dalam Ibrahim sebagaimana dikutip Dakir (2009) Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran berupa kegiatan mengajarkan materi kepada teman. Pada model pembelajaran ini siswa berperan sebagai “guru” untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi fasilitator dan pembimbing yang melakukan Scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu atau belum tahu.
Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada siswa yang lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan peneliti dengan judul Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Penelitian Eksperimen terhadap siswa kelas XI IPA SMA Negeri 19 Bandung.

Dengan demikian peneliti dalam melakukan penelitian akan mengambil judul tentang “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Peluang Siswa Kelas XI MAN Peusangan”.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan  dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model Reciprocal Teaching terhadap prestasi belajar siswa pada materi peluang di kelas XI MAN Peusangan?

1.3  Tujuan Penelitian
Agar tujuan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui pengaruh model Reciprocal Teaching terhadap prestasi belajar  siswa pada materi peluang di kelas XI MAN Peusangan.

1.4  Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada bidang pendidikan matematika dan dapat mendukung teori yang telah ada tentang metode pembelajaran dan prestasi belajar.
2.      Manfaat Praktis
a.       Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI .......
b.      Membantu guru dalam memilih dan menentukan alternatif model pembelajaran yang sebaiknya digunakan dalam proses pembelajaran agar sasaran pencapaian pemahaman konsep benar-benar tepat dan efektif.
c.       Menambah pengetahuan peneliti tentang model Reciprocal Teaching yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

1.5    Anggapan Dasar dan Hipotesis
Anggapan dasar adalah sesuatu yang dinyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peniliti dalam melaksanakan penelitiannya. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian, yaitu  “Ada pengaruh penerapam model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap prestasi belajar matematika pada materi peluang siswa kelas XI ........

1.6  Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional yang diuraikan adalah :
1.      Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada siswa yang lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa.
2.      Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang.
3.      Definisi peluang  yaitu dua peristiwa atau lebih dinamakan saling eksklusif atau saling asing jika terjadinya peristiwa yang satu mencegah terjadinya peristiwa yang lain.


25 September 2013

Tegurlah Bangsa yang Sombong

Dalam terang, kita sapat melihat isi dunia yang senjang. Lihatlah!!! Mereka yang menaruh asa dalam kantong asoy bekas yang sudah lama dibuang orang.
Mereka raih bungkusan itu, dicium dan lantas memakan isinya. Padahal, itu sangat bau dan lama tersimpan di bak penampungan sampah.

Mengapa mereka harus menanggung karma dari dosa-dosa korupsi para pejabat public itu. Jangan paksa aku untuk mengatakan mereka bertaqdir buruk. Jangan paksa aku untuk mengatakan mereka tak beruntung karena tidak berpendidikan.

Inilah yang dinamakan kesenjangan nomor satu di negeri ini. Ketika para pejabat dan pemimpin negeri, tertawa dan bicara banyak hal tentang pemberantasan korupsi, nasib mereka sudah terkorup sejak lama. Ketika para politisi menawar mahar untuk menduduki jabatan politik, mereka sudah terbakar dengan janji-janji politik bagaikan bara yang menjalar.

Jika mereka serba kekurangan dan tidak memiliki kesejahteraan, sebenarnya akibat korupsi masal yang sudah diperbuat oleh para politikus dan pejabat berkerah putih.

Kita mencoba untuk jujur menyandingkan mereka dan kehidupan digedung mewah dan lantai dansa. Ya ampun, berapa lama Arjuna setengah tua merayu para belia yang menanti bisikan kemesaraan. Arjuna alim yang taat itu pun, akhirnya rela merogoh saku untuk membayar sang belia dari uang hasil korupsi.

Sudah seperti apakah negeri ini? Dari hal terkecil sampai isu-isu besar, sudah tak mencerminkan keadaban yang sulit untuk dihilangkan.

Bangsa yang sombong adalah bangsa yang tak menaruh asa bagi rakyatnya secara nyata. Lihat pengangguran dimana-mana. Para pemimpin bangsa selalu mengatakan kemiskinan menurun dan penggangguran bisa ditekan seminimal mungkin. Faktanya apa?

Haruskah mereka yang mencari bak-bak sampah dan mereka yang berkeliling berjalan kaki meminta keadilan untuk sekedar mencari makan bertambah jumlahnya? Berhentilah menggenggam rupiah untuk menawarkan satu pilihan demi jabatan politik dengan uang Rp50 ribu!

Sudahlah! Aku kecewa dengan bangsa yang tak pernah peduli hal-hal kecil yang bila dibiarkan akan menjadi besar dan menjadi tumor mengenaskan.


Tuhan, tegurlah mereka yang sudah melakukan korupsi itu dengan teguran yang teramat lama untuk disembuhkan. Jangan biarkan hidup mereka terlalu lama. Kasihan rakyat yang menderita kelaparan. Lihat rakyat yang beratraksi meminta keadilan dari sebuah proses ganti rugi lumpur yang jelas itu membahayakan dan bencana yang teramat lama mereka rasakan.

11 September 2013

Racun Berbahaya Yang Masuk kedalam Tubuh Kita dari Sebatang Rokok yang kita hisap

Di dalam rokok yang kita hisap ternyata mengandung banyak racun yang sangat berbahaya jika racun tersebut terus masuk kedalam tubuh kita maka penyakit akan segera mengintai kesehatan kita. Sebab informasi di dalam sebatang rokok setidaknya mengandung 4000 zat kimia dan 40 diantaranya adalah zat kima yang bersifat racun berbahaya, zat zat kimia ini jika masuk kedalam tubuh bukan hanya paru-paru saja yang rusak melainkan seluruh organ tubuh kita akan terpengaruh dengan zat kimia tadi akibatnya semua organ yang ada didalam tubuh perokok bisa rusak semua jika sudah rusak sudah pasti fungsi organ tadi akan tergangu dan tidak bisa menjalankan fungsinya secara normal.
Beberapa daftar racun berbahaya yang masuk kedalam tubuh kita dari sebatang rokok yang kita hisap:
1)      Acetone (aseton), yang biasanya digunakan untuk penghapus kuteks atau pewarna kuku.
2)      Acetic Acid (asam asetat), zat kimia yang terkandung dalam pewarna rambut.
3)      Acrolein, sebelumnya digunakan sebagai senjata kimia.
4)      Ammonia, biasa digunakan untuk bahan pembersih rumah tangga.
5)      Arsenic (arsenik), biasa digunakan untuk racun tikus.
6)      Benzene (benzena), yang digunakan untuk bahan pelarut industri.
7)       B-napthylamine, digunakan dalam pembuatan pewarna dan karet.
8)      Butane, digunakan untuk cairan bahan bakar korek api.
9)      Cadmium (kadmium), terkandung dalam batu baterai.
10)  Carbon Monoxide (karbon monoksida), dikeluarkan dalam asap buangan mobil.
11)  Chromium (kromium), digunakan untuk memproduksi pewarna, cat dan paduan formaldehida cairan pembalseman.
12)  Hexamine, ditemukan dalam cairan bahan bakar korek api.
13)  Hydrogen cyanide (hidrogen sianida), digunakan untuk industri pestisida.
14)  Lead (timbel), digunakan untuk baterai.
15)  Napthalene, ditemukan pada kapur barus.
16)  Mercury (merkuri), cairan logam pada termometer.
17)  Methanol, komponen untuk untuk bahan bakar roket.
18)  Nikotin, juga digunakan untuk insektisida.
19)  Nitrosamine, ditemukan di deterjen yang keras. Umumnya digunakan sebagai mesin degreaser.
20)  Polonium-210, elemen radioaktif tingkat tinggi.
21)  Tar, sebagai bahan untuk pembuatan paving jalan.
22)  Toluene, digunakan untuk industri cat.
23)  Vinyl Chloride, digunakan untuk membuat plastik.
Itulah beberapa racun berbahaya yang ada di sebatang rokok yang kita hisap setiap hari, masihkah kita mau merokok ?


30 June 2013

Penyuluhan Kesehatan


Pengertian       :  penyuluhan kesehatanehatan identik dengan pendidikan kesehatanehatan karena bavorentasi
                           kepada perubahan perilaku yang diharapkan yaitu perilaku sehat sehingga                                      derajat kesehatanehatan dapat ditinggalkan.

3 perilaku sehat
Contohnya :
·         Mandi tiga kali sehari
·         Cuci tangan pakai sabun
·         Makan yang termasuk 4 sehat 5 sempurna

“ Berikut beberapa batasan pengertian tentang penyuluhan kesehatanehatan “

Beberapa pengertian tentang penyuluhan kesehatanehatan.

1.      Azrul Anwar
Penyuluhan kesehatanehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebabkan pesan menanam keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar / mengerti tetapi mau dan bisa melakukan suatu aturan yang ada hubungan dengan kesehatanehatan.
2.      Menurut departemen kesehatanehatan
Penyuluhan kesehatanehatan gabungan berbagai kegiatan dan kesehatanempatan yang berlandasan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu keluarga masyarakat secara kesehataneluruhan hidup sehat.
3.      Wood
Pendidikan kesehatanehatan sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara mengertikan terhadap kebiasaan sehat dan pengetahuan yang hubungan dengan kesehatanehatan perseorangan masyarakat dan hubungannya
4.      Steward
Pendidikan kesehatanehatan unsure program kesehatanehatan dan kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk mengubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu, tetapi program-program pengobatan reabilitas pencegahan penyakit dan pengangkat kesehatan
5.      Graul
Pendidikan kesehatan supaya masyarakat yang telah dikatakan tentang kesehatan dalam perilaku yang ingin dari perseorangan dan masyrakat melalui proses kesehatan
6.      Nys xxande
Pendidikan kesehatanehatan adalah suatu proses perubahan pada hati manusia yang ada hubungan percayanya hubungan tujuan kesehatan perseorangan dalam masyarakat.

27 June 2013

Cara Mengubah Resolusi Foto


Resolusi foto biasanya mengacu pada jumlah pixel (elemen terkecil dari foto digital yang memiliki informasi warna dan kecerahan). Semakin banyak pixel, semakin data dalam sebuah foto digital dan kapasitasnya meningkat.

Jumlah pixel dihitung dengan mengalikan jumlah pixel horizontal dan vertikal. Ada juga definisi resolusi yang lain, yaitu berdasarkan kerapatan pixel (pixel per inch/ppi). Resolusi ini disebut juga resolusi spasial yang lebih menentukan ketajaman sebuah foto.

Cara mengubah resolusi foto dapat dilakukan di software olah foto digital. Yang paling sederhana yaitu yang melalui program MS Paint yang biasanya sudah termasuk di sistem operasi Windows.

Caranya cukup sederhana yaitu menekan tulisan "Resize" yang terletak di bawah menu "Home." Klik pilihan "pixel" dan masukkan jumlah pixel horizontal/vertikal yang dikehendaki.

Jika mengunakan Adobe Photoshop CS, caranya adalah:

Di menu Image, klik "Image Size". Masukkan jumlah pixel horizontal/vertikal yang dikehendaki. Adobe Photoshop CS juga memberikan opsi untuk mengubah ukuran resolusi spasial, pixel per inci. 72-100 ppi cukup baik untuk layar monitor dan untuk cetak, biasanya 300 ppi ukuran yang bagus.

Jika mengunakan Adobe Photoshop Lightroom, caranya adalah pada saat mengekspor foto, di bagian "Image Sizing" kita dapat memasukkan ukuran output foto yang dikehendaki.

07 April 2013

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Di Desa …………………


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang  
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan  manusia yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Anak balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Secara psikologis, rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya.


Gambaran tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen terpadu balita sakit (mtbs) di puskesmas ………………..


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental. Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015 (Kemenkes RI, 2011).
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, maka angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH), 34/1000 KH dan 44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi. Untuk itu, diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam menangani balita sakit, utamanya bidan dan perawat di Puskesmas sebagai lini terdepan pemberi pelayanan (Kemenkes RI, 2011).

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Kader Tentang Pemanfaatan Meja Penyuluhan Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas ………………


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam memberikan pelayanan kesehatan dan gizi yang optimal, Kementrian Kesehatan menetapkan Visi yaitu “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”, dengan salah satu Misi “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, diperlukan berbagai kegiatan di antaranya adalah menggerakkan masyarakat untuk memamfaatkan Posyandu sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh dan berkembang di masyarakat (Kemenkes, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228/100.000 kelahiran hidup, AKB 34/1.000 kelahiran hidup, AKN 19/1.000 kelahiran hidup, AKABA 44/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Aceh, 2010).