28 September 2015

Pemeriksaan Vital Sign Tentang Sinusitis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran tenaga medis juga penting untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju. Untuk itu di perlukan beberapa peran penting bagi masyarakat mengenai kesehatan
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut  nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator  adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien yang lainnya.
Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi Suhu Tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi pernapasan, dan Tekanan darah. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukan keadaan metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukan perubahn pada sistem kardiovaskuler; frekuensi napas dapat menunjukan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Tanda-tanda vital/vital sign merupakan indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural & endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk mengetahui respon terhadap stress fisiologi / psikologi, respon terapi medis & keperawatan, perubahan fisiologis.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk dapat memahami cara pemerikasaan tanda-tanda vital pada pasien perawatan sinusitis.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui definisi pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
b.      Untuk mengetahui Tujuan dan prosedur pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.
c.       Untuk mengetahui definisi sinusitis
d.      Untuk mengetahui penyebab dan gejala-gejala sinusitis.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pemeriksaan Vital Sign
1.      Definisi
Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
2.      Jenis-Jenis Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a.    Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri,  Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop.
Tekanan darah normal  adalah Bayi :70-90/50 mmHg, Anak : 80-100/60 mmHg, Remaja: 90-110/66-70 mmHg, Dewasa muda:110-125/60-70 mmHg dan dewasa tua 130-150/80-90 mmHg.

b.      Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan dystol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Nadi normal adalah Bayi: 120-130 x/menit, Anak: 80-90 x/menit, Dewasa: 70-80 x/menit dan lansia 60-70 x/menit.
c.       Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu.
Suhu tubuh normal: 36,60C- 37,20C, Sub prebris: 370C- 380C, Fibris: 380C- 400C, Hiperpireksis: 400C- 420C dan Hipertomi: kurang dari 360C
d.      Pernafasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pernafasan normal adalah Bayi: 30-40 x/menit, Anak: 20-30 x/menit, Dewasa:16-20 x/menit dan Lansia:14-16 x/menit.

3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien
b.      Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
c.       Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu tubuh pasien
4.      Persiapan Alat
a.       Handscoon
b.      Thermometer  air raksa
b.      3 botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan desinfektan, air bersih.
c.       Tissue
d.      Tensimeter : Spingomanometer/tensi air raksa
e.       Stetoskop
f.       Jam tangan/stopwatch
g.      Baki beserta alasnya
h.      Bengkok
i.        Grafik perkembangan vital sign
j.        Alat lulis
5.      Prosedur Pelaksanaan
1.      Mencuci tangan
2.      Menjaga privasi pasien
3.      Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
b.      Memakai sarung tangan
c.       Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
d.      Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol. Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila  sebelah kiri pasien terlebih dahulu dengan menggunakan tissue.
e.       Letakkan thermometer diaksila sebelah kiri.
f.       Letakkan ujung  tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari pada arteri/nadi yang akan diukur, (mulai dari radiialis, brakhialis, carotis, dan temporalis) tekan dengan lembut
g.      Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan 2x untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur, hitung selama satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan
h.      Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masih menghitung denyut nadi), hitung jumlah pernafasan klien selama 1 menit (naik turunnya dada klien)
i.        Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah (persiapan tensi meter).
j.        bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan baju klien.
k.      Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis (ruang antekubital).
l.        Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai denyutnya hilang kemudian tekanan dinaikkan lagi kurang lebih 30 mmHg.
m.    Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan tentukan tekanan sistolik
n.      Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak pertama (systole) dan terakhir (diastole) pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
o.      Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detik sambil mendengar hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fase korotkof
p.      Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spignomanometer dikembalikan pada angka 0. Lakukan tindakan seperti diatas.
q.      Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan merapikan kembali.
r.        Melepaskan thermometer dari aksila membaca kenaikan suhu, kemudian mencuci thermometer ke dalam air sabun kemudian air desinfektan terakhir ke air bersih
s.       Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
t.        Merapikan kembali pasien dan alat-alat.
u.      Melepaskan handscoon
v.      Mencuci tangan

B.     Teoritis Kasus
1.      Definisi Sinusitis
Sinusitis berasal dua kata yaitu sinus dan itis. Akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis terjadi karena peradangan pada rongga-rongga udara di sekitar hidung yang diikuti oleh infeksi saluran pernafasan. Infeksi pada rongga sinus tersebut mengakibatkan membentuknya lendir sehingga tersumbatnya saluran udara melalui hidung. Penumpukkan lendir merupakan tempat berkembang biaknya bakteri.
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. (Endang Mangunkusumo, 2007)
Sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinus sendiri adalah rongga hidung yang terdapat diarea wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembaban hidung dan menjaga pertukaran udara didaerah hidung.
2.      Penyebab
Penyebab-penyebab sinusitis adalah :
a.       Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b.      Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.       Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan.
d.      Peradangan menahun pada saluran hidung
         Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
e.       Septum nasi yang bengkok
f.       Tonsilitis yg kronik
Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
a.       Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
b.      Alergi
c.       Karies dentis ( gigi geraham atas )
d.      Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
e.       Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f.       Tumor di hidung dan sinus paranasal.

3.      Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah trimeptoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda). Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Irigasi juga efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah drixoral (Smeltzer, 2001).
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat. Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat. Prinsip penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan terhadap penyebabnya. Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).




BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian
Nama                           : Tn. S
Umur                           :  21 tahun
Agama                         :  Islam
Suku                            :  Aceh
Pekerjaan                     Mahasiswa
Status                          Belum Kawin
Alamat                                    : Uteun Gathonm
No.reg                         : 259621
Keluhan Utama           : Hidung tersumbat
Diagnosa                     : Sinusitis

B.     Alat yang digunakan
a.       Handscoon
b.      Thermometer  digital
c.       3 botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan desinfektan, air bersih.
d.      Tissue
e.       Tensimeter : Spingomanometer/tensi air raksa
f.       Stetoskop
g.      Jam tangan/stopwatch
h.      Baki beserta alasnya
i.        Bengkok
j.        Grafik perkembangan vital sign
k.      Alat lulis

C.    Teknik Pemerikasan Vital Sign
1.      Mencuci tangan
2.      Menjaga privasi pasien
3.      Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
4.      Memakai sarung tangan
5.      Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
6.      Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol. Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila  sebelah kiri pasien terlebih dahulu dengan menggunakan tissue.
7.      Letakkan thermometer diaksila sebelah kiri. Selanjutnya sambil menunggu naiknya air raksa pada thermometer lakukan pemeriksaan nadi, pernafasan dan tekanan darah dengan cara:
8.      Letakkan ujung  tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari pada arteri/nadi yang akan diukur, (mulai dari radiialis, brakhialis, carotis, dan temporalis) tekan dengan lembut
9.      Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan 2x untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur, hitung selama satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan
10.  Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masih menghitung denyut nadi), hitung jumlah pernafasan klien selama 1 menit (naik turunnya dada klien)
11.  Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah (persiapan tensi meter).
12.  bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan baju klien.
13.  Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis (ruang antekubital).
14.  Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai denyutnya hilang kemudian tekanan dinaikkan lagi kurang lebih 30 mmhg.
15.  Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan tentukan tekanan sistolik
16.  Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak pertama (systole) dan terakhir (diastole) pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
17.  Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detik sambil mendengar hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fase korotkof
18.  Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spignomanometer dikembalikan pada angka 0. Lakukan tindakan seperti diatas.
19.  Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan merapikan kembali.
20.  Melepaskan thermometer dari aksila membaca kenaikan suhu, kemudian mencuci thermometer ke dalam air sabun kemudian air desinfektan terakhir ke air bersih
21.  Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
22.  Merapikan kembali pasien dan alat-alat.
23.  Melepaskan handscoon
24.  Mencuci tangan

D.    Evaluasi
Tingkat keberhasilan yang diperoleh setelah dilakukan Tindakan Pemerikasaan  Vital Sign pada Tn. S Dengan Sinusitis  di Ruang THT RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah :
1.      Pasien dapat mengetahui perkembangan tentang penyakiynya (perubahan sistem tubuh)
2.      Pasien merasa nyaman
3.      Pasien dapat beristirahat dengan tenang



BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV) yang dilakukan dilahan praktik RSUD dr.Fauziah Bireuen dengan teori sudah sesuai. Misalnya saja pada pengukuran tekanan darah, tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan yang dilakukan dilahan praktik. Begitu juga dengan pengukuran suhu tubuh, penghitungan denyut nadi dan pernapasan, dilakukan sesuai dan sama dengan teori atau dengan kata lain dilakukan sesuai dengan prosedur.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut  nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan.
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. (Endang Mangunkusumo, 2007).

B.     Saran
  1. Bagi mahasiswi dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan tentang  Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.
  2. Bagi pasien dan keluarga pasien harus bersikap tenang dan rileks pada saat melakukan tindakan  serta bersedia melakukan prosedur yang dilakukan.
  3. Tenaga kesehatan, melakukan tindakan sesuai prosedur.




DAFTAR PUSTAKA

Broek, Van Den, Ilmu Kesehatan Tenggorok Hidung dan Telinga edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta : 2010

Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press

Lucente, Frank E, Ilmu THT, Buku kedokteran EGC, Jakarta : 2011

Potter Perry 2000. Buku Saku Keterampilan  dan Prosedur Dasar Edisi, 3 Jakarta : EGC

Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI : Jakarta.



0 komentar: