28 September 2015

Pemasangan dan Pelepasan Kateter

A.    Konsep Dasar Kateter
1.      Definisi Kateter
Kateter adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dimasukkan dalam kandung kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih yang melalui uretra.
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urin.
2.      Pemasangan Kateter
a.       Tujuan Pemasangan Kateter
1)      Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
2)      Untuk mengumpulkan specimen urine
3)      Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
4)      Untuk mengosongkan kantung kemih sebelum dan selama pembedahan
b.      Persiapan alat
1)      Handscone
2)      Spuit 10 cc
3)      Kateter urine
4)      Kapas sublimat
5)      Jelly
6)      Urine bag
7)      Selimut
8)      Pengalas
9)      Plester dan gunting perban
10)  Bengkok
c.       Prosedur
1)      Memberitahu dan menjelaskan pada klien.
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien
8)      Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
10)  Lakukan vulva higyene
11)  Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
12)  Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
13)  Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
14)  Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
15)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
16)  Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
17)  Membereskan alat
18)  Mencuci tangan
3.      Pelepasan Kateter
Melepas drainase urine pada klien yang dipasang kateter.
a.       Tujuan
Melatih klien berkemih secara normal tanpa menggunakan kateter.
b.      Peralatan 
1)      Sarung tangan
2)      Pinset
3)      Spuit
4)      Batadine
5)      Bengkok 2 buah
6)      Plester


c.       Prosedur
1)      Meberitahu pasien
2)      Mendekatkan alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Membuka plester
6)      Memakai sarung tangan
7)      Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
8)      Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian letakkan kateter pada bengkok.
9)      Olesi area preputium(meatus,uretra) dengan betadin
10)  Membereskan alat
11)  Melepaskan sarung tangan
12)  Mendokumentasikan.

B.     Teoritis Kasus
1.      Definisi Nefrostomi
Suatu tindakan pembedahan untuk menyalirkan urin atau nanah dari sistem pelvikaliseal melalui insisi di kulit.
Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy, pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan pemasangan double J stent (DJ stent) (Robert R. Cirillo, 2008).
2.      Fungsi Nefrostomi
Beberapa fungsi nefrostomi, sebagai berikut :
a.       Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal
b.      Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran kemih atas.
c.       Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling defects, dan kelainan lainnya melalui radigrafi antegrad.
d.      Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem pengumpul ginjal.
e.       Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada tumor ginjal.
3.      Jenis Nefrostomi
Nefrostomi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.         Nefrostomi terbuka
Cara ini merupakan cara klasik, terdapat dua macam teknik, yaitu bila korteks masih tebal dan korteks sudah tipis. Bila kortek masih tebal ginjal dibebaskan sampai terlihat pelvis dan Folley kateter no 20 dimasukkan kedalam pyelum melalui pelvis renalis. Bila kortek sudah tipis Folley kateter langsung dimasukkan melalui sayatan pada kortek.
b.         Nefrostomi perkutan
Nefrostomi perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan fluoroskopi. Syarat dilakukannya nefrostomi perkutan sebagai berikut, ginjal teraba dari luar, kortek tipis dan tidak gemuk.
4.      Indikasi dan Kontraindikasi
a.    Indikasi dilakukannya nefrostomi:
1)      Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya obstruksi urin sekunder terhadap kalkuli
2)      Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya penyembuhan fistula atau kebocoran akibat cedera traumatik atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi, atau sistitis hemoragik.
3)      Pengobatan uropathy obstruktif nondilated
4)      Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan transplantasi ginjal.
5)      Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan kehamilan.
6)      Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian substansi melalui infus secara langsung untuk melarutkan batu, kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi.
7)      Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan stent ureter antegrade, pengambilan batu, pyeloureteroscopy, atau endopyelotomy)
8)      Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric (misalnya abses atau urinomas)
b.   Kontraindikasi dilakukannya nefrostomi:
1)      Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin)
2)      Gangguan pembekuan darah (heofilia, trombositopeni) dan hipertensi tidak terkontrol (dapat menyebabkan terjadinya hematom perirenal dan perdarahan berat renal).
3)      Terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan nefrostomi.
4)      Terjadi asidosis metabolik berat.
5)      Terjadi hiperkalemia.Timggalkan Komentar Anda

0 komentar: