28 September 2015

Melakukan Strategi Membantu Klien dalam Pengambilan Keputusan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan senantiasa menghadapi pasien yang memiliki kondisi yang sangat kompleks sifatnya, baik ditinjau dari segi latar belakang sosial budayanya, pendidikannya, cita-cita dan keinginannya. Gejolak emosional seperti ini harus memperoleh respon yang positif dari seorang bidan selama memberikan pelayanan kebidanan sehingga diperlukan sebuah straategi yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil keputusan
2.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3.      Untuk mengetahui tipe pengambilan keputusan
4.      Untuk mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada klien
5.      Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien
6.      Untuk mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7.      Untuk mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8.      Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9.      Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1.      Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2.      Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
3.      Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
4.      Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.

Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
1.      Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
2.      Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
3.      Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
4.      Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik :
1.      Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2.      Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3.      Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF dan NEGATIF)

B.     Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.
1.      Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2.      Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3.      Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4.      Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.

C.    Faktor - faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
1.      Fisik
Orang akan mengambil keputusan didasarkan pada pertimbangan fisik. Biasanya memilih hal – hal yang tidak berat dan memforsir tubuh serta tenaga. Ini tentunya didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperti rasa sakit, tidak nyaman atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang sebaliknya memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
2.      Emosional
Pengambilan keputusan hanya didasarkan pada pengambilan keputusan atau perasaan, biasanya hal ini terjadi pada kaum perempuan. Sikap subyektifitas akan mempengaruhi sikap yang diambil, sehingga orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subyektif
3.      Rasional
Pengambilan keputusan secara rasional biasanya didasarkan pada pengetahuan dan dilakukan oleh orang – orang terpelajar dan intelektual.

4.      Praktikal
Didasarkan pada ketrampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuannya dalam bertindak.
5.      Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.      Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberi hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

D.    Tipe  pengambilan keputusan
1.      Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa – apa
Membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa – apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sangup.
2.      Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera.
Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.
3.      Pengambilan keputusan terpaksa, karena sudah krisis.
Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
4.      Pengambilan keputusan reaktif
Seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa – gesa.
5.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan
Dialihkan pada orang lain, membiarkan orang lain yang bertanggungjawab.
6.      Pengambilan keputusan secara hati - hati
Difikirkan secara baik – baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.

E.     Pemberian informasi efektif
Pemberian informasi efektif bila:
1.      Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2.      Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3.      Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.       Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
b.      Menggunakan bahasa sederhana
c.       Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
d.      Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:
1)      memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut, menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
2)      Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep mata, menyiapkan sumbu untuk mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit dalam air yang benar, cara membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di rumah.
3)      Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada mata bayi, mencampur dan melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik

F.     Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K
1.      Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
-          Penolakan atau kebingungan klien.
-          Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa selanjutnya.
-          Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
-          Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
-          Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
-          Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
-          Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami saat klien diam :
-          Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
-          Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
-          Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”.
-          Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
-           Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan sikap tidak menerima.
2.      Klien Menangis
Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
3.      Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
-          Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah seperti harapan klien.
-          Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
-          Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
4.      Konselor melakukan kesalahan
Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.
5.      Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
6.      Klien menolak bantuan konselor
Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7.      Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya,
8.      Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
9.      Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien.
10.  Klien dan konselor sudah saling mengenal
Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.
11.  Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus mengulang pembicaraannya.
12.  Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
13.  Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.
14.  Keadaan kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.

G.    Upaya untuk mengatasi kesulitan
1.      Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2.      Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan klien.
3.      Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4.      Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
a.       Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b.      Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat.

H.    Kesulitan Saat Konseling

Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula. Antara lain :
1.      Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
2.      Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan
3.      Penerimaan yang berlebihan
4.      Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5.      Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6.      Merenungkan setelah sesi yang sulit.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan harus mampu memahami keadaan klien, sehingga dalam pengambilan keputusan, klien bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.

B.     Saran
Diharapkan untuk menjadi seorang bidan (konselor ) yang baik, kita harus memiliki kualitas pribadi serta pengetahuan yang luas,perilaku yangbaik,dan keterampilan yang terapeutik agar dapat memegang peranan pentingdalam proses KIP/K (komunikasi interpersonal/konseling) didalammenjalankan profesi untuk menjadi seorang Bidan Profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Yulifah, yuswanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika.

Baraja, Abubakar. 2006.Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta:Studia Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Komunikasi Efektif . Jakarta:Depkes RI

Johan  T.A, dkk. 2009. komunikasi dan konseling dalam kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Replubik Indonesia.2002. komunikasi efektif. Jakarta: Depkes RI.

Yuswanto yulifah. 2009. Komunikasi dan konseling kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.hTimggalkan Komentar Anda

0 komentar: