28 September 2015

Injeksi Intervena Via Bolus Strok Iskemik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang bidan atau perawat yang akan bekerja secara langsung sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan. Mengingat tindakan ini bukan merupakan tindakan independen dari bidan atau perawat, akan tetapi tindakan yang bersifat dependen (kolaboratif), maka bidan atau perawat membutuhkan suatu peran tersendiri. Tenaga medis dalam melaksanakan tugasnya, memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada pasien (Hidayat, 2008).
Bidan sebagai salah satu tenaga medis yang melaksanakan terapi berpotensi melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan memberikan efek pada pasien. Salah satu kegiatan rutinitas bidan atau perawat dalam tindakan keperawatan ialah memberikan obat terutama injeksi melalui selang intravena.
Pemberian obat melalui selang intravena biasanya dilakukan dengan cara menghentikan aliran infus atau diklem, namun cara ini mempunyai efek samping rasa sakit/nyeri, karena obat-obatan yang diinjeksikan langsung masuk ke pembuluh darah, selain itu nyeri juga dapat ditimbulkan akibat peningkatan proporsi jumlah infiltrasi (Potter dan Perry, 2005). Cara ini tidak dianjurkan apabila menginjeksikan obat-obatan yang agak keras seperti antibiotik dan antiemetik. Lebih lanjut lagi, apabila hal ini dilakukan terus menerus, akan mempercepat terjadinya flebitis/ peradangan, karena dinding pembuluh darah vena dapat teriritasi oleh obat (Burner, 2009).
Selain itu, pemberian injeksi melalui selang intravena juga dapat dilakukan dengan cara tanpa diklem atau tanpa menghentikan aliran infus, namun cara ini sangat jarang sekali dilakukan oleh tenaga medis karena dianggap kurang efektif, walaupun secara teoritis tindakan ini memiliki beberapa keuntungan yang utama, karena obat dimasukkan secara bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat menjadi turun sehingga pasien tidak begitu merasa nyeri (Burner, 2009).

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan penulisan secara umum dari pengkajian kasus ini adalah: Untuk mengetahui tentang pemberian injeksi intravena melalui selang infus (bolus) baik dalam teori maupun penerapannya di lahan praktik.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui Pemberian Injeksi Intraveda Melalui Silang Infus (Bolus)
b.      Untuk mengetahui Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus
c.       Untuk mengetahui definisi dan penyebab Strok Iskemik


BAB II
TINJAUAN KASUS

A.    Pemberian Injeksi Intravena Melalui Silang Infus (Bolus)
1.      Definisi
Menurut Ambarawati (2009), pemberian obat secara injeksi (parenteral) merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.



2.      Tujuan
a.       Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
b.      Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
c.       Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
d.      Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
e.       Memperbaiki keseimbangan asam basa
f.       Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
g.      Memberikan tranfusi darah
h.      Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
i.        Membantu pemberian nutrisi parenteral
j.        Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP)

3.      Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus
a.       Memberikan dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
b.      Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
c.       Memasang sampiran
d.      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
e.       Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
f.       Memakai sarung tangan
g.      Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mengutik-ngutik spuit
h.      Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang
i.        Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
j.        Menghapushamakan atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara sirkular dengan diameter + 5 cm
k.      Mengklem cairan infuse.
l.        Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan
m.    Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus
n.      Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena
o.      Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum kemudian tarik jarum keluar.
p.      Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
q.      Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar
r.        Melepas sarung tangan, merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
s.       Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
t.        Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

4.      Persiapan Alat
a.       Sarung tangan satu pasang
b.      Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
c.       Bak instrument
d.      Kom
e.       Perlak dan alasnya
f.       Bengkok
g.      Wastafel atau tempat cuci tangan
h.      Kapas alkohol
i.        Obat injeksi dalam vial atau ampul
j.        Daftar pemberian obat
k.      Waskom berisi larutan chlorine 0,5%


B.     Strok Iskemik
1.      Definisi
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik (penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang terjadi apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami penyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapat suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut, akan mati karena tidak mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah sebagaimana seharusnya.

2.      Klasifikasi Stroke Iskemik
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke iskemik. Semuanya berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh
darah dan stadiumnya.
a.       Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: 
1)      TIA ( Transient Ischemic Attack )
2)      Trombosis serebri
3)      Emboli serebri. 
b.      Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu :
1)      TIA ( Transient Ischemic Attack )
2)      RIND ( Reversible Ischemic Neurologic Deficit )
3)      Progressing stroke atau Stroke-in-evolution
4)      Completed stroke
c.       Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1)      Sistem karotis
2)      Sistem vertebrobasiler

3.      Penyebab
Stroke iskemik bisa disebabkan oleh berbagai macam problem yang bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian. Yaitu masalah-masalah pembuluh darah, jantung dan substrat darah itu sendiri.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
4.      Terapi
Pada stroke iskemik didapatkan gangguan pemasokan darah ke sebagian jaringan otak. Ini disebabkan karena aliran darah berkurang atau berhenti. Bila gangguan cukup berat, akan ada sel saraf yang mati. Disamping sel yang mati didapatkan pula sel otak yang sekarat.
Sel yang sudah mati tidak dapat ditolong lagi. Yang kita lakukan ialah usaha agar sel yang sekarat jangan sampai mati. Setelah terjadi iskemia, di otak terjadi berbagai macam reaksi lanjutan, misalnya pembentukan edema (sembab) di sebagian  otak, perubahan susunan neurotransmitter, perubahan vaskularisasi regional, perubahan tingkat metabolisme.
Tujuan terapi ialah agar reaksi lanjutan ini jangan sampai merugikan penderita. Kita berusaha agar sel otak yang belum mati  tetap berada dalam keadaan gawat, jangan sampai menjadi mati. Diupayakan agar aliran darah di daerah yang iskemik dapat dipulihkan kembali. Demikian juga metabolismenya.


BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian
Nama                           : Tn. M
Umur                           :  69 tahun
Agama                         :  Islam
Suku                            :  Aceh
Pekerjaan                     :  Wiraswasta
Perkawinan                 :  Kawin
Kamar                         : Ramadhan
Alamat                                    : Samalanga
No.reg                         : 166298
Keluhan utama            : Anggota gerak sebelah kanan kesemutan, tidak bisa digerakkan, dan bicara pelo  
Diagnosa                     : Strok Iskemik

B.     Alat yang digunakan
a.       Spuit steril 3 ml atau 5 ml
b.      Keranjang berbentuk persegi panjang (baki)
c.       Obat injeksi dalam bentuk vial atau ampul:
-          Ranitidine  1 amp /12 jam
-          Citicoline 2 amp /12 Jam




C.    Prosedur Kerja di Lahan Praktik
Adapun prosedur kerja di lahan praktik yaitu:
1.      Memberikan dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
2.      Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
3.      Memasang sampiran
4.      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5.      Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6.      Memakai sarung tangan
7.      Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mengutik-ngutik spuit
8.      Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang
9.      Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
10.  Menghapushamakan atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara sirkular dengan diameter + 5 cm
11.  Mengklem cairan infuse.
12.  Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan
13.  Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus
14.  Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena
15.  Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum kemudian tarik jarum keluar.
16.  Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
17.  Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar
18.  Melepas sarung tangan, merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
19.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
20.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
D.    Evaluasi
Tingkat keberhasilan yang diperoleh setelah dilakukan Tindakan Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (bolus) pada Tn. M dengan Strok Iskemik di Ruang Saraf RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah :
1.      Pasien Merasa nyaman dan rasa nyeri sedikit berkurang
2.      Pasien dapat beristirahat dengan tenang
3.      Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi





BAB IV
PEMBAHASAN

Pemberian obat melalui selang karet infuse (bolus) biasanya dilakukan dengan cara menghentikan aliran infus atau diklem, namun cara ini mempunyai efek samping rasa sakit/nyeri, karena obat-obatan yang diinjeksikan langsung masuk ke pembuluh darah.
Pemberian injeksi melalui selang intravena juga dapat dilakukan dengan cara tanpa diklem atau tanpa menghentikan aliran infus, namun cara ini sangat jarang sekali dilakukan oleh tenaga medis karena dianggap kurang efektif, walaupun secara teoritis tindakan ini memiliki beberapa keuntungan yang utama, karena obat dimasukkan secara bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat menjadi turun sehingga pasien tidak begitu merasa nyeri (Burner, 2009).
Adapun persamaan antara tindakan injeksi via bolus di lapangan dengan teori yang diperoleh di akademik yaitu:
1.      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
2.      Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
3.      Mencari daerah penyuntikan obat pada karet selang infus (bolus)
4.      Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan.
5.      Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
6.      Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian obat intravena secara langsung dan pemberian obat intravena secara tidak langsung. Pemberian obat secara tidak langsung terdiri dari dua cara, yaitu melalui intra selang (baik mengklem atau tidak mengklem selang infuse) dan secara drip. Untuk memberi kenyamanan pada pasien, maka bidan yang juga bertugas merawat harus dapat memilih cara pemberian injeksi intravena dengan baik, sebisa mungkin cara yang diambil adalah cara penginjeksian dengan rasa nyeri dan komplikasi yang rendah.

B.     Saran
1.      Untuk institusi, metode pembelajaran yang diterapkan sudah baik, namun lebih di tingkatkan pada praktik di laboratorium agar mahasiswi lebih terampil saat  melakukan tindakan dan melaksanakan prosedur dengan benar saat akan turun praktik di rumah sakit
2.      Untuk Rumah sakit, diharapkan agar dalam setiap praktik baik diruang manapun di RSUD dr.Fauziah Bireuen  dapat tersedia alat dan bahan yang sesuai dengan teori, sehingga mahasiswi dan para perawat dapat melakukan tindakan atau melaksanakan prosedur dengan baik.


3.      Untuk Mahasiswi, diharapkan setelah melakukan praktik, mahasiswi dapat melakukan tindakan pemberian injeksi intravena sesuai prosedur yang benar, selalu melakukan tindakan pencegahan infeksi, lebih disiplin dan aktif dalam mengikuti praktik di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Aslam M, Tan CK, dan Prayitno A. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, dan Musrifatul. 2008 . Keterampilan Dasar Praktik Klinik . Jakarta : Salemba Medika

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Mutholib, Handoyo, dan Arnika Dwi Asti. 2008. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Penyuntikan deksamethason 5 Mg per Bolus Intravena dengan Cara Mengalirkan dan Mengentikan Aliran Infus di BP RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2: 01-102.Timggalkan Komentar Anda

0 komentar: